DARUBA, NUANSA – La Ode Muhammad Isman Alfadi (27 Tahun), mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) menjadi lulusan terbaik di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Pasifik Morotai.
Isman yang berprofesi sebagai tukang bentor ini berhasil menyelesaikan kuliah selama 3,10 tahun dengan raihan Indeks Prestasi Komulatif (IPK) 3.97.
Isman yang merupakan warga Desa Juanga, Kecamatan Morotai Selatan, itu sudah menarik bentor sejak 2016. Dari hasil jerih payahnya, setidaknya ia mampu menunjang biaya kebutuhan perkuliahannya. Bahkan, Isman sesekali membantu orang tuanya untuk membiayai kebutuhan kuliah sang adik.
“Kalau bawa bentor itu saya setor Rp50 ribu perhari ke pemiliknya. Pendapatan itu tergantung, kalau misalnya saya putar dari jam 6 sampai jam 12 itu berarti bisa dapat Rp70 ribu. Itu pun tergantung kondisi di lapangan. Dari hasil bentor itu untuk membiayai kuliah seperti pembayaran bikin tugas,” kata Isman usai mengikuti yudisium FKIP Unipas Morotai, Senin (19/8).
Di sela-sela kesibukannya sebagai tukang bentor dan mahasiswa, Isman mengaku mampu memaksimalkan kemampuannya dalam mengatur waktu.
“Saya kan sebagai tukang bentor, tapi saya bagi waktu. Kemudian di akademik itu jangan hanya jadi tukang bentor, tapi kuliah juga perlu dikedepankan karena memang kita juga tidak boleh gagal dari dunia pendidikan,” kata Isman.
“Kalau lihat mata kuliahnya pagi, berarti kuliah dulu, nanti pulang kuliah jam 12 itu saya bawa bentor sampai jam 10 malam baru pulang di rumah. Kalau mata kuliah di jam 12 siang, berarti pagi itu harus bawa bentor. Kalau tugas-tugas dari kampus tetap bikin, berorganisasi juga saya aktif,” sambungnya.
Selain itu, Isman mengaku sempat mendapat kesulitan untuk membayar biaya akhir studinya. Ia terpaksa mencari suaka selama tujuh bulan di salah satu perusahaan di Weda, Kabupaten Halmahera Tengah, untuk menunjangi tuntutan biaya yang mesti dibayar.
“Untuk biaya studi akhir ini saya ke Weda selama tujuh bulan untuk mencari uang untuk wisuda. Kalau biaya wisuda itu secara keseluruhan kurang lebih Rp9 juta lebih, itu saya biayai sendiri dan kemudian ada juga orang tua membantu yang kemudian saya juga bisa menyelesaikan kuliah adik saya,” pungkasnya. (ula/tan)