JAILOLO, NUANSA – Pemerintah Kabupaten Halmahera Barat dinilai kurang serius menangani bencana erupsi Gunung Ibu pasca pemulangan pengungsi. Hal tersebut disampaikan anggota DPRD Arianto Bobangu usai pertemuan dengan Pjs Bupati Dheni Tjan, Kamis (26/9).
“Dalam pertemuan tadi saya telah menyampaikan kepada Pjs Bupati bahwa akhir-akhir ini banyak sekali kasus kematian di Kecamatan Tabaru ini pasti berkaitan dengan penyakit dari gangguan infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) dan itu pasti ada kaitannya dari dampak erupsi Gunung Ibu,” ujar Arianto.
Sehingga, Pjs Bupati pun telah melakukan kunjungan kerja di Kecamatan Tabaru dalam rangka melihat langsung dampak erupsi Gunung Ibu. Pihaknya berharap Pjs Bupati dalam kurun waktu dua bulan masa jabatannya di Halmahera Barat bisa memberikan kontribusi positif.
“Jadi saya meminta kepada pak bupati untuk segera melakukan tindakan-tindakan nyata dalam bentuk pengobatan gratis, pembagian masker atau kegiatan pelacakan kasus-kasus penyakit yang berkaitan dari penyakit infeksi saluran pernapasan dari dampak erupsi Gunung Ibu,” harapnya.
Politikus PDIP itu menegaskan, kendati status Gunung Ibu masih di level III, tetapi intensitasnya makin tinggi dan itu kelihatannya sudah ada pembiaran dan tidak ada lagi perhatian serius dari Pemkab Halmahera Barat. Padahal, menurutnya, dari dampak erupsi Gunung Ibu itu banyak warga meninggal dunia mulai dari anak-anak hingga lansia.
“Untuk data warga yang meninggal dunia saya belum kantongi, tetapi banyak pasien yang dirawat di rumah sakit itu mengalami gangguan penyakit saluran pernapasan. Jadi saya tegaskan Pemda Halmahera Barat segera melakukan kegiatan-kegiatan nyata yang berkaitan dengan pengurangan dari dampak erupsi Gunung Ibu. Sebab banyak pasien yang meninggal dunia itu terdampak penyakit infeksi saluran pernapasan,” tandasnya. (adi/tan)