TERNATE, NUANSA – Selama 25 tahun perjalanan pemekaran Provinsi Maluku Utara (Malut) masih jauh dari harapan. Kesenjangan pembangunan masih terasa tidak hanya di pelosok desa, namun juga pada pusat kota dan kabupaten, salah satunya Kota Ternate.
Hal ini disampaikan oleh anggota DPRD Kota Ternate Fraksi Partai Nasdem, Nurlaela Syarif. Menurutnya, meskipun kewenangan pendidikan setara SMA dan perguruan tinggi ada pada pemerintah provinsi, namun warganya adalah warga Kota Ternate yang kerap merasakan mahalnya biaya pendidikan.
“Kebetulan kami selama periode ketiga ini selalu consern pada persoalan pendidikan. Kami turun langsung dan rasakan masih banyak ketidakadilan yang rakyat Kota Ternate suarakan terkait pendidikan di tingkat SMA dan perguruan tinggi,” ungkap Nurlaela.
“Antaranya biaya komite di tingkat SMA itu masih diberlakukan dan merata mulai dari Rp 150 ribu per siswa sampai Rp 200 ribu per siswa perbulan, uang sarana dan prasarana ketika masuk SMA yang berkisar jutaan rupiah, program bantuan siswa tidak mampu belum optimal dari aspek pendataan. Banyak keluhan aspirasi ke kami soal ini,” tambahnya.
Terkait perguruan tinggi, Nurlaela mengungkapkan setiap kali turun dan menyerap aspirasi masyarakat, keluhannya adalah tidak ada stimulan pemerintah kota soal keberpihakan bagi anak-anak bangsa yang secara ekonomi tidak mampu untuk mendapat stimulan bantuan.
“Biaya kuliah mahal, kita butuh pemimpin kedepan yang harus benar-benar peduli terhadap keberlangsungan kecerdasan anak bangsa, khususnya di kota Ternate dan Maluku Utara,” tegasnya.
Nurlaela menegaskan program yang riil terkait pendidikan gratis dan terbukti hanya ada di pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Malut nomor urut 4, Sherly Tjoanda-Sarbin Sehe.
“Dari aspek representasi rakyat kami telah mengkaji dengan detail bahwa satu-satunya paslon yang punya komitmen dan pasti akan terlaksana adalah program dari paslon no 4 Sherly-Sarbin,” tandasnya.
Jubir Paslon Sherly-Sarbin ini mengajak masyarakat harus realisitis dalam menentukan pilihan. Karena jika terpilih, Sherly dan Sarbin kedepan bisa sangat aspiratif mendengar masukan dan problem dari seluruh daerah, termasuk Kota Ternate untuk level pendidikan SMA dan perguruan tinggi.
“Provinsi Malut dari aspek indeks pembangunan manusia masih berada pada posisi terbawah dari seluruh provinsi di Indonesia, harapan kami Sherly Tjoanda sebagai seorang ibu yang punya gagasan maju, akan mendorong generasi Kota Ternate maupun Malut lebih baik dan berkeadilan,” tutup Nurlaela. (rls)