Opini  

Genangan Air di Kampung Makassar Kota Ternate: Masalah Lama yang Tak Kunjung Usai

Genangan air di Kelurahan Makassar Timur, Kota Ternate.

Oleh: Alvian Hamli

___________________

Di tengah gemerlap Kota Ternate, ada satu pemandangan yang tak pernah berubah setiap kali hujan turun—genangan air di Kelurahan Kampung Makassar Timur, Kecamatan Ternate Tengah. Bukan hanya sekadar genangan kecil, tetapi air yang menguasai jalanan, menghambat arus lalu lintas, dan mengganggu aktivitas masyarakat. Setiap musim hujan, jalanan yang seharusnya menjadi urat nadi mobilitas warga justru berubah menjadi kubangan yang menantang kesabaran. Keluhan demi keluhan telah disampaikan, tetapi solusi nyata masih menjadi hal yang sulit ditemukan.

Masalah ini bukan hal baru. Tahun demi tahun berlalu, namun genangan air tetap menjadi pemandangan khas di pusat kota. Pemerintah, yang seharusnya menjadi garda terdepan dalam menyelesaikan persoalan publik, justru tampak tak bergeming. Seakan buta terhadap genangan yang terlihat jelas di depan mata, seakan tuli terhadap keluhan yang terus menggema dari masyarakat. Infrastruktur yang seharusnya menjadi perhatian utama justru terabaikan, sementara warga harus menerima kenyataan pahit bahwa mereka harus hidup berdampingan dengan persoalan yang tak kunjung usai.

Alvian Hamli. (Istimewa)

Tidak ada yang sulit dalam melihat permasalahan ini. Cukup berjalan di sekitar Kampung Makassar setelah hujan turun, maka genangan air yang menghambat jalanan akan langsung terlihat. Namun anehnya, pihak berwenang seolah tidak pernah benar-benar menyadari keberadaannya. Mereka melewati jalan yang sama, melihat kondisi yang sama, tetapi bertindak seakan-akan masalah ini tak pernah ada. Mata mereka terbuka, tetapi tak melihat. Telinga mereka mendengar, tetapi tak menyimak. Seolah-olah mereka hidup dalam dunia yang berbeda dengan masyarakat yang dipimpin.

Harapan sempat tumbuh dengan pergantian kepemimpinan beberapa tahun lalu, namun kini, setelah pemerintah kota kembali dilantik untuk periode kedua, masyarakat mulai bertanya-tanya: apakah kali ini ada perubahan? Ataukah ini hanya sekadar perpanjangan dari periode sebelumnya, di mana janji tinggal janji dan realitas tetap seperti sediakala? Jika periode pertama gagal memberikan solusi, apakah ada jaminan bahwa periode kedua akan lebih baik? Masyarakat butuh jawaban yang nyata, bukan lagi sekadar retorika manis yang menguap begitu saja.

Genangan air di Kampung Makassar bukan hanya soal kenyamanan, tetapi juga simbol dari ketidakpedulian yang terus berulang. Ia adalah cerminan dari bagaimana kebijakan publik sering kali hanya berkutat pada hal-hal seremonial, tanpa benar-benar menyentuh inti persoalan. Jika pemerintah benar-benar berpihak pada rakyat, mengapa hal sesederhana perbaikan drainase pun seakan menjadi tugas yang begitu sulit untuk direalisasikan? Mengapa proyek besar bisa berjalan mulus, tetapi solusi untuk masalah sehari-hari rakyat kecil justru dibiarkan berlarut-larut?

Masyarakat Ternate tidak meminta hal yang berlebihan. Mereka hanya ingin bisa beraktivitas tanpa harus menghadapi genangan air yang mengganggu. Mereka ingin melihat pemerintah yang benar-benar hadir, bukan hanya saat kampanye, tetapi juga saat rakyatnya membutuhkan solusi nyata. Kini, semua mata tertuju pada pemimpin yang baru saja kembali menduduki kursinya. Apakah mereka akan tetap diam dan membiarkan masalah ini menjadi warisan kepemimpinan yang tak terselesaikan? Ataukah mereka akan membuktikan bahwa mereka benar-benar pemimpin yang peduli dan bertanggung jawab? Jawabannya ada pada tindakan, bukan sekadar kata-kata. (*)