Daerah  

Sekkot Ternate Puji Setinggi Langit Program Eco Bhinneka Muhammadiyah Malut

Peningkatan kapasitas organisasi Eco Bhinneka Muhammadiyah Maluku Utara. (Istimewa)

TERNATE, NUANSA – Eco Bhinneka Muhammadiyah Maluku Utara mengadakan kegiatan peningkatan kapasitas organisasi atau Komunitas Partner Eco Bhinneka (PEKA). Kegiatan yang dilaksanakan di Hotel Bukit Pelangi, Sabtu (31/5) ini dibuka oleh Sekretaris Daerah Kota Ternate, Rizal Marsaoly.

Rizal menyampaikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada Eco Bhinneka Muhammadiyah, karena sekitar empat tahun Eco Bhinneka Muhammadiyah dengan tagline ‘Merawat Kerukunan, Melestarikan Lingkungan’ telah membantu program pemerintah selama ini, baik peningkatan kapasitas terhadap pemuda, pemberdayaan kepada masyarakat dan perempuan. Sebab masalah lingkungan merupakan masalah bersama, dan tidak memandang suku, etnis, agama maupun ras.

“Pemerintah Kota Ternate mengusung tagline Ternate Mandiri dan Berkeadilan (Ternate Andalan), dan saya melihat tagline Eco Bhinneka Muhammadiyah yakni ‘Merawat Kerukunan, Melestarikan Lingkungan’ serta aksi-aksi nyata yang telah dilakukan merupakan langkah yang cukup luar biasa, maka dari itu kita tetap bergandengan tangan untuk tetap merawat lingkungan yang ada di Kota Ternate. Program boleh berakhir, tetapi kolaborasi tetap ada, karena ini penting untuk memperkuat kebijakan-kebijakan ini,” ujar Rizal.

Dalam menuju masa akhir program Eco Bhinneka Muhammadiyah, generasi penerus program harus tetap disebarkan di lingkungan sehingga peran pemuda dan perempuan tetap eksis dan mengakar dalam memperjuangan masalah keberagaman dan ekologi pemuda dan perempuan menjadi jembatan pengetahuan antara sesama pemuda, sehingga program Eco Bhinneka Muhammadiyah ini tidak hanya di Kota Ternate, melainkan tersebar di seluruh kabupaten/kota di Maluku Utara.

Kegiatan ini bertujuan meningkatkan peran pemuda dan perempuan dalam mengelola organisasi secara mandiri dan inklusif, dengan partisipasi pemuda dan perempuan dalam pengambilan keputusan serta membangun jejaring dan kerja sama antar stakeholder.

Regional Manger Eco Bhinneka Muhammadiyah Malut, Usman Mansur, berharap dengan berakhirnya program ini, teman-teman PEKA tetap berkolaborasi menyuarakan tentang kedamaian, toleransi dan kelestarian lingkungan baik dengan aksi ataupun dengan menulis.

“Generasi penerus program harus tetap disebarkan di lingkungan sehingga peran pemuda dan perempuan tetap eksis dan mengakar dalam memperjuangkan masalah keberagaman, dan pemuda menjadi jembatan pengetahuan antara sesama pemuda,” ujarnya.

Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Malut yang diwakili Sri Pujiastuti menambahkan, dengan adanya program Eco Bhinneka Muhammadiyah dalam merawat kerukunan ini seirama dengan Undang-undang 45 pasal 29.

“Bahwa kita semua memeluk agama dan melakukan ibadah sesuai agama kita masing-masing. Saya merasa bangga kepada Eco Bhinneka Muhammadiyah, karena di pundaknya keberhasilan itu dapat kita wujudkan. Sebab Muhammadiyah ingin mewujudkan sepeti para founding father kita, yang sudah dimulai dari sumpah gadja mada sumpah palapa bahwa dia tidak akan beristirahat sampai nusantara bersatu,” katanya.

“Ada juga sila ketiga Pancasila yaitu persatuan Indonesia, karena negara ini merdeka dengan suku, etnis, agama yang begitu banyak. Selain itu, tertuang juga dalam UU 45 pasal 29. Cukup dibanggakan untuk Eco Bhinneka Muhammadiyah, karena dalam berjalannya program mereka sudah memiliki capaian yang luar biasa yaitu telah memiliki komunitas pemuda dan perempuan lintas iman di dusun Tabanga Kelurahan Sulamadaha, terbentuknya komunitas Wanita Peduli Lingkungan (Wapeuli) dan terbitnya buku perempuan-perempuan penggerak perdamaian,” sambung Sri.

Di tempat yang sama, Ketua Komisi I DPRD Malut, Nazlatan Ukhra Kasuba, mengaku lingkungan dapat menyatukan semuanya, dari berbagai latar belakang di daerah masing-masing bahkan masalah lingkungan merupakan masalah yang paling mudah untuk menyatukan sesama umat manusia.

“Lingkungan dapat menyatukan dari berbagai background dan latar belakang, ketika kita berbicara tentang lingkungan itu kita berbicara satu kesamaan, ketika kita berbicara tentang kesamaan kita sudah melepaskan identitas lain. Nah bagaimana lingkungan ini menjadi satu keharmonisan kita dari berbagai agama, bahkan bukan cuman dari berbagai agama tapi sampai berbagai negara, lingkungan itu akan mempersatukan torang samua,” ungkap Nazla.

Senada, Asghar Saleh menambahkan sikap toleransi dan cinta terhadap lingkungan harus diajarkan dan ditanamkan sejak dini. Selain itu, orang melihat sikap toleransi dari prespektif dan kacamata yang berbeda, sebab Kota Ternate merupakan kota yang prural sehingga dibutuhkan sikap toleransi yang tinggi.

“Nilai toleransi itu adalah cara menghormati sesama pemeluk agama yang berbeda, toleransi adalah hebit (kebiasaan), kita boleh berbeda pendapat tapi bagaimana ikut merasakan empati antar sesama,” kata Asghar.

Hal ini juga didukung oleh Dr Tati Sumiati. Menurutnya, dalam perencanaan program harus memiliki target yang terukur. Selain itu, strategi untuk mengidentifikasi masalah juga sangat diperlukan dalam menjalankan sebuah organisasi ataupun komunitas.

“Dalam melaksanakan sebuah program harus ada perencanaan, mengidentifikasi masalah, penetapan tujuan dan indikator keberhasilan. Selain itu, harus ada evaluasi dan tindak lanjut. Dengan perencanaan itu, diharapkan tujuan dan arah kita jelas, efektif dan akuntabel,” imbuh Tati.

Ketua PEKA, Marias Koupun, berharap kerja sama serta kolaborasi antara pemuda dan perempuan lintas iman ini tetap terjaga untuk mewujudkan lingkungan yang hijau dan harmonis.

“Kami harap kita semua dapat terus menjalin kerja sama dan sinergi dalam menjalankan berbagai program yang berfokus pada isu lingkungan dan keberagaman, dengan semangat bhinneka tunggal ika, kita dapat menciptakan solusi yang inovatif dan berkelanjutan untuk menghadapi tantangan,” tutup Marias. (tan)

Exit mobile version