Opini  

Harapan dan Kenyataan Utilitarianisme Kabupaten Kepulauan Sula

Oleh: Armin Kailul

________________

TULISAN ini saya mulai dengan semboyan “beranilah berpikir sendiri” (Sapere Aude), merupakan ajakan untuk menggunakan akal dan kemampuan berpikir secara independen, tidak hanya mengikuti pendapat atau pandangan orang lain tanpa mempertanyakannya. Ungkapan ini memiliki akar pada era Pencerahan (Aufklärung atau Enlightenment), di mana Immanuel Kant mengklaim frasa “Sapere Aude!” sebagai motto. Sapere Aude berarti “Beranilah untuk berpikir sendiri”.

Semboyan kedua “Cogito, ergo sum” (latin) atau “I think, therefore I am” (bahasa Inggris) adalah sebuah pernyataan filsafat yang dikemukakan oleh Rene Descartes. Ungkapan ini berarti “Aku berpikir, maka aku ada”. Ini dianggap sebagai dasar dari filsafat modern dan menegaskan bahwa keberadaan seseorang bisa dibuktikan dengan fakta bahwa ia dapat berpikir. Pernyataan Eksistensi, “Cogito, ergo sum” menyatakan bahwa satu-satunya hal yang pasti adalah keberadaan diri sendiri, yang dibuktikan oleh fakta bahwa seseorang mampu berpikir. Pemikiran adalah bukti keberadaan. Dengan kemampuan untuk berpikir, seseorang bisa membuktikan keberadaannya sendiri.

Apa relevansi dua semboyan di atas, harapan dan kenyataan utilitarianisme pemekaran Kabupaten Kepulauan Sula.

Relevansinya, perintis pemekaran Kabupaten Kepulauan Sula dilatarbelakangi oleh semangat “beranilah berpikir sendiri” (Sapere Aude) dan “Aku berpikir, maka aku ada”. “Cogito, ergo sum” dengan dua pernyataan di atas mengajak mereka untuk merenungkan tentang esensi mereka, masyarakat, dan daerah pada kesempatan waktu itu. Dan menyadari bahwa pemikiran adalah inti dari keberadaan untuk mewujudkan harapan dan kenyataan utilitarianisme Kabupaten Kepulauan Sula.

Harapan dan kenyataan utilitarianisme Kabupaten Kepulauan Sula

Harapan dan kenyataan perintis pemekaran Kabupaten Kepulauan Sula adalah perasaan optimis tentang masa depan dan keyakinan bahwa akan terjadi pemekaran Kabupaten Kepulauan Sula. Harapan, sebagaimana dalam bahasa Indonesia, merujuk pada keinginan atau keyakinan akan sesuatu yang baik atau menyenangkan akan terjadi di masa depan. Harapan bisa bersifat pribadi, seperti harapan untuk sukses dalam ujian, atau lebih luas, seperti harapan untuk perdamaian dunia. Harapan juga dapat menjadi fondasi bagi motivasi dan tindakan, mendorong seseorang untuk berusaha mencapai tujuan.

Kenyataan adalah sesuatu yang benar-benar ada atau hal yang nyata, sesuai dengan pengertian umum. Dalam bahasa sehari-hari, kenyataan seringkali digunakan untuk merujuk pada fakta atau realitas yang terbukti adanya. Di sisi lain, kenyataan juga bisa merujuk pada status ontologis sesuatu, yang menunjukkan keberadaan mereka. Dalam hal ini, perintis pemekaran Kabupaten Kepulauan Sula telah mewujudkan harapan dan kenyataan utilitarianisme Kabupaten Kepulauan Sula pada 31 Mei 2003, yaitu pemekaran Kabupaten Kepulauan Sula. Maka saat itu Kabupaten Kepulauan Sula resmi sebagai daerah otonomi baru, sehingga saya menyebutkan dengan kata “harapan dan kenyataan utilitarianisme Kabupaten Kepulauan Sula”. Karena telah mencapai kebahagiaan yang diharapkan benar-benar terjadi secara kenyataan.

Utilitarianisme berasal dari bahasa latin, yaitu “utilis“, yang berarti “berguna” atau “manfaat”. Dalam bahasa Indonesia, utilitarianisme diterjemahkan sebagai “perilaku atau tindakan yang didasarkan pada prinsip kemanfaatan” atau “aliran pemikiran yang memprioritaskan kemanfaatan atau kebahagiaan terbesar bagi jumlah orang terbanyak”. Maka, Jika digambarkan dengan maksud “Sula bahagia” bahagia universal bukan bahagia kelompok maupun individu.

21 tahun Kabupaten Kepulauan Sula dan utilitarianisme doxa

Pada periode pertama, Fifian AdeNingsih Mus S.H, dan Ir. M. H. Saleh Marasabessy sebagai Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Kepulauan Sula 2021-2024 “Memperingati hari jadi Kabupaten Kepulauan Sula ke-21 tahun, tepatnya pada tanggal 31 Mei 2024”. Dengan kegiatan yang hanya bersifat seremonial belaka, bahkan menguras energi daerah tanpa hasil konkret, padahal jika dikonversikan usia manusia, maka Kabupaten Kepulauan Sula telah dewasa dari hiruk pikuknya. Namun, tidak menjawab (5) lima poin sebagai berikut;

1. Kesejahteraan masyarakat

2. Pendidikan

3. Kesehatan

4. Pelayanan publik

5. Percepatan pembangunan

Sehingga meninggalkan “utilitarianisme doxa” pada masyarakat Sula.

Sebagaimana teori utilitarianisme, utilitarianisme berasal dari bahasa latin, yaitu “utilis“, yang berarti “berguna” atau “manfaat”. Dalam bahasa Indonesia, utilitarianisme diterjemahkan sebagai “perilaku atau tindakan yang didasarkan pada prinsip kemanfaatan” atau “aliran pemikiran yang memprioritaskan kemanfaatan atau kebahagiaan terbesar bagi jumlah orang terbanyak”.

Kata doxa berasal dari bahasa Yunani yang berarti pendapat (opinion). Pendapat tersebut bisa tentang berbagai hal, seperti tentang pendidikan, cara melenyapkan kemiskinan, cara hidup yang baik, dan sebagainya. Namun kata itu juga bisa berarti penampakan (appearance), yakni sesuatu yang tampaknya saja begitu, tetapi sebenarnya berbeda dari apa yang tampak. Artinya doxa memiliki aspek penipuan, karena menutupi kebenaran di baliknya.

22 tahun Kabupaten Kepulauan Sula dan utilitarianisme ilusi

Periode kedua, Fifian Adeningsi Mus, S.H dan Ir. M. H. Saleh Marasabessy sebagai bupati dan wakil bupati kabupaten Kepulauan Sula 2025-2030 pada tanggal 20 Februari 2025, Semestinya ada hadiah istimewa yang harus diberikan oleh bupati dan wakil bupati pada hari jadi kabupaten Kepulauan Sula ke-22 tahun, tepatnya pada 31 Mei 2025. Misalnya, dari sisi pendidikan, sport generasi Sula melanjutkan S1 luar daerah berapa orang untuk kategori tertentu, S2 berapa orang, S3 berapa orang. Selanjutnya, kesejahteraan, kesehatan, pelayanan publik, percepatan pembangunan. Bukan sebaliknya, yang konon katanya memberangkatkan kepala desa luar daerah bahkan luar negeri tanpa alasan yang jelas, itu artinya bahwa selama ini yang diberikan hanya utilitarianisme ilusi pada masyarakat Sula.

Karena sejatinya, teori utilitarianisme itu “berguna” atau “manfaat”. Dalam bahasa Indonesia, utilitarianisme diterjemahkan sebagai “perilaku atau tindakan yang didasarkan pada prinsip kemanfaatan” atau “aliran pemikiran yang memprioritaskan kemanfaatan atau kebahagiaan terbesar bagi jumlah orang terbanyak”.

Ilusi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ilusi berarti sesuatu yang hanya dalam angan-angan, khayalan, pengamatan yang tidak sesuai dengan penginderaan, tidak dapat dipercaya, palsu.

Dengan demikian, teori utilitarianisme telah memberikan gambaran atau pemahaman bahwasanya “Sula bahagia (utilitarianisme) sesungguhnya 31 Mei 2003”. Bukan 2021-2024, dan juga bukan 2025, karena slogan “Sula bahagia” itu semestinya memberikan kebahagiaan terbesar bagi jumlah orang terbanyak. Jika tidak, maka slogan “Sula bahagia” hanya doxa dan ilusi. Sebab, doxa memiliki aspek penipuan, karena menutupi kebenaran di baliknya. Dan ilusi berarti sesuatu yang hanya dalam angan-angan, khayalan, palsu, menurut kamus besar bahasa Indonesia. (*)

Exit mobile version