Opini  

Empat Tahun Nuansa Media Grup: Menjaga Suara, Merawat Bumi

Oleh: Mochdar Soleman

Akademisi Universitas Nasional 

_______________________

EMPAT tahun bukan waktu yang panjang bagi usia sebuah media, namun dalam empat tahun itu pula, Nuansa Media Grup telah menapaki jalan yang tak mudah “jalan jurnalisme yang berpihak, jujur, dan menolak tunduk pada kekuasaan ataupun kekayaan.”

Dalam lanskap media yang makin bising oleh sensasi, klik, dan kabar yang cepat, Nuansa Media tetap setia pada yang subtansial mengangkat suara rakyat kecil, merawat harapan di akar rumput, dan menyuarakan keadilan ekologi di tengah derap pembangunan yang kerap melupakan ruang hidup.

Tak banyak media yang memberi ruang pemberitaan bagi petani yang digusur, bagi hutan yang dilukai, bagi sungai yang dibendung atas nama investasi. Nuansa Media hadir dengan kesadaran bahwa lingkungan bukan sekadar latar belakang, tapi subjek yang bernyawa. Bahwa tanah, air, dan udara bukan hanya “sumber daya”, tapi juga bagian dari identitas, sejarah, bahkan iman hidup masyarakat.

Dalam konteks itu, Nuansa Media telah menjadi ruang narasi alternatif: menyambung lidah masyarakat adat, kaum santri, dan anak-anak muda yang menjaga bumi dengan cara mereka sendiri di ladang, di langgar, di ruang belajar, atau di media sosial.

Mengutip yang dikatakan Pramoedya Ananta Toer:

Tanah air bukanlah sebidang tanah. Ia adalah seluruh nilai, seluruh sejarah, dan seluruh perasaan.”

Maka, ketika ruang hidup dirusak, sesungguhnya yang dilukai bukan sekadar ekosistem, melainkan kemanusiaan itu sendiri.

Dalam empat tahun ini, Nuansa Media mengingatkan kita bahwa jurnalisme bukan sekadar kerja informasi, tapi juga kerja nurani. Ia adalah perpanjangan dari suara-suara yang tak terdengar “dari desa yang jauh, dari bukit yang sunyi, dari doa santri yang tak pernah lelah menjaga langit dan tanah mereka.”

Selamat Ulang Tahun ke-4 Nuansa Media Grup.

Semoga terus menjadi cahaya di tengah kabut informasi, menulis agar tidak dilupakan, dan berdiri bersama mereka yang selama ini tak punya ruang bicara.

Karena ketika media berpihak pada bumi dan rakyat, itulah saat jurnalisme menemukan makna tertingginya. (*)

Exit mobile version