Opini  

Psikologi Sebagai Jembatan Ilmu dan Budaya untuk Masa Depan Maluku Utara

Oleh: Syaiful Bahry
Ketua Himpunan Psikologi Indonesia Wilayah Maluku Utara & Dosen Psikologi FISIP UMMU

_________________

PROVINSI Maluku Utara dikenal dengan keindahan alamnya, keberagaman etnis, dan kekayaan budaya yang mengakar dalam kehidupan masyarakatnya. Nilai-nilai lokal seperti Hibualamo (rumah besar) yang melambangkan persatuan dan pepatah Marimoi Ngone Futuru (bersatu kita teguh) menjadi perekat sosial yang menjaga keharmonisan di tengah perbedaan. Namun, dibalik pesona itu, Maluku Utara menghadapi tantangan yang tidak kalah besar, keterbatasan akses layanan kesehatan mental, potensi konflik sosial, dampak isolasi geografis pada sumber daya manusia, dan ancaman pudarnya nilai budaya di tengah arus globalisasi.

Menurut data WHO, prevalensi gangguan mental di Indonesia mencapai 9,8% pada tahun 2021, dengan angka depresi mencapai 6,6%. Angka ini diperkirakan akan terus meningkat di tahun 2024 dan 2025, terutama akibat dari dampak pandemi COVID-19 yang berkepanjangan. Beberapa faktor yang berkontribusi terhadap peningkatan kasus gangguan mental di Indonesia diantaranya, stres dengan beban kerja yang tinggi, masalah keuangan, dan situasi sosial yang tidak kondusif dapat memicu stres yang berlebihan, yang pada akhirnya dapat berujung pada gangguan mental. Trauma akibat bencana alam, kekerasan, dan pengalaman traumatis lainnya dapat meninggalkan luka emosional yang mendalam dan meningkatkan risiko gangguan mental. Stigma sosial ataupun stigma negatif terhadap orang dengan gangguan mental masih menjadi hambatan utama bagi mereka untuk mencari bantuan dan memperburuk kondisi mereka, serta kurangnya akses terhadap layanan kesehatan mental, masih banyak masyarakat yang kesulitan untuk mengakses layanan kesehatan mental yang berkualitas dan terjangkau.

Di sinilah psikologi memiliki peran strategis. Psikologi tidak hanya berbicara tentang gangguan mental, tetapi juga tentang memahami, mengembangkan, dan memberdayakan manusia secara utuh mengenai pikiran, emosi, perilaku dalam konteks sosial-budaya yang khas. Seperti dikatakan oleh Dr. Slamet Iman Santoso, tokoh perintis psikologi Indonesia bahwa “Ilmu psikologi harus menyesuaikan diri dengan kondisi bangsa dan kebudayaan Indonesia. Ia harus menjadi alat pembangunan manusia yang seutuhnya.” Dengan memadukan kekuatan ilmu pengetahuan dan kearifan lokal, psikologi dapat menjadi jembatan antara modernitas dan tradisi, membantu masyarakat Maluku Utara menghadapi tantangan sekaligus memanfaatkan peluang di masa depan.

Psikologi sebagai Jembatan Budaya dan Ilmu

Maluku Utara memiliki warisan budaya yang sangat kaya, sistem kekerabatan adat, bahasa daerah yang beragam, dan tradisi musyawarah untuk mufakat. Namun, program pembangunan atau intervensi sosial sering kali gagal bertahan lama karena tidak mempertimbangkan konteks budaya. Psikologi modern menyediakan metode ilmiah untuk memahami perilaku dan kebutuhan psikologis masyarakat. Di sisi lain, kearifan lokal menawarkan mekanisme sosial yang telah teruji. Menggabungkan keduanya menciptakan intervensi yang efektif sekaligus diterima oleh masyarakat.

Peran psikologi bisa menjadi jembatan antara budaya dan ilmu. Pendekatan yang berhasil di daerah lain belum tentu efektif di Maluku Utara. Misalnya, intervensi kesehatan mental bisa dipadukan dengan tradisi adat penyelesaian konflik, atau pelatihan kepemimpinan yang berbasis pada nilai gotong royong lokal. Dengan begitu, masyarakat merasa intervensi itu adalah miliknya sendiri, bukan sesuatu yang dipaksakan dari luar. Psikologi dapat membantu membuka tabir tantangan kesehatan mental yang sering tersembunyi. Stigma masih membuat banyak orang enggan bercerita tentang stres, depresi, atau trauma. Ilmuwan Psikologi dan  Psikolog lokal dapat menjadi garda terdepan dalam edukasi publik, mendeteksi dini masalah di sekolah dan desa, hingga mendampingi korban kekerasan atau bencana. Edukasi psikologi dan pendampingan psikologis pasca bencana di Rua misalnya, pernah dilakukan oleh komunitas psikologi seperti Himpunan Psikologi Indonesia Wilayah Maluku Utara bekerja sama dengan bagian psikologi Polda Maluku Utara.

Selain itu, psikologi berperan besar dalam memperkuat SDM di wilayah kepulauan. Akses pendidikan, kesehatan, dan peluang kerja di pulau kecil tidak selalu sama dengan di kota besar. Melalui program bimbingan karier, pelatihan keterampilan hidup, dan pendampingan komunitas, psikologi dapat membantu masyarakat mulai dari nelayan hingga tenaga medis untuk lebih siap menghadapi tekanan hidup.

Menghadapi Tantangan Kesehatan Mental yang Tersembunyi

Gangguan mental di Maluku Utara sering kali tidak terlaporkan karena stigma. Banyak orang takut dicap “gila” jika mencari bantuan profesional. Akibatnya, masalah depresi, kecemasan, atau trauma dibiarkan berlarut-larut. Menurut laporan Dinas Kesehatan Provinsi Maluku Utara (2023), hanya ada kurang dari 10 psikolog klinis yang aktif melayani di seluruh provinsi, dan sebagian besar berada di Ternate dan Tidore. Artinya, akses masyarakat di pulau-pulau kecil sangat terbatas. Sebagai informasi tambahan bahwa di Maluku Utara ada komunitas psikologi yang telah lahir sejak tahun 2018 di Kota Ternate yaitu Himpunan Psikologi Indonesia Wilayah Maluku Utara dengan jumlah ilmuwan psikologi dan psikolog kurang lebih 156 anggota yang dapat memberikan edukasi tentang pentingnya kesehatan mental dan problem-problem psikologis lainnya.

Kabar baiknya, kini Maluku Utara telah memiliki Program Studi Psikologi di Universitas Muhammadiyah Maluku Utara (UMMU) dan Universitas Khairun. Ini adalah momentum emas untuk mencetak generasi ilmuwan psikologi dan psikolog lokal yang paham budaya setempat dan mampu merancang solusi berbasis kearifan lokal. Jika dikelola serius, psikologi di Maluku Utara bisa menjadi salah satu kunci peningkatan kualitas hidup warganya. Dari ruang kelas hingga balai desa, dari kantor pemerintahan hingga kesejahteraan psikologis buruh di pelabuban dan juga para nelayan. Psikologi dapat hadir membawa perubahan, menyatukan ilmu pengetahuan dengan nilai-nilai yang telah mengakar ratusan tahun.

Kehadiran para ilmuwan psikologi dan psikolog sesungguhnya dapat membawa peran yang bermanfaat untuk masyarakat apabila ada kepedulian dari pemerintah untuk memberikan ruang dan peran. Peran psikologi sangatlah strategis untuk membantu masyarakat seperti memberikan layanan psikoedukasi berbasis komunitas di sekolah, rumah ibadah, dan balai desa. Pelatihan deteksi dini kesehatan mental untuk guru dan tenaga kesehatan dan juga memberikan pelatihan pertolongan pertama psikologis pada para pendamping trauma pasca-bencana, seperti di Rua Kota Ternate dan bencana lainnya di Maluku Utara.

Akhirnya, masa depan Maluku Utara yang tangguh dan harmonis bukan hanya dibangun dengan infrastruktur fisik, tetapi juga dengan kekuatan mental dan kebijaksanaan pemerintah akan pentingnya pendekatan psikologis untuk masyarakatnya. Di titik inilah, psikologi mengambil perannya yang paling mulia: menjaga dan menumbuhkan jiwa masyarakat kepulauan. Sekian. Semoga bermanfaat. (*)

Exit mobile version