NUANSA, JAILOLO – Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Maluku Utara memberikan apresiasi kepada Pemerintah Kabupaten Halmahera Barat atas keseriusan mereka membenahi wajah kota melalui pendekatan desain yang terukur. Komitmen ini terwujud dalam program “Transformasi Halbar”, dengan fokus utama pada penataan ulang Kawasan Festival Teluk Jailolo (FTJ) sebagai ikon baru daerah.
Ketua IAI Maluku Utara, Iksan Marsaoly, menilai langkah Pemda Halbar ini sebagai terobosan strategis. Menurutnya, proposal desain yang telah disusun bukan sekadar gambar, melainkan hasil dari proses panjang penyempurnaan dokumen teknis yang berlangsung intensif sejak Agustus hingga Desember.
“Proses ini sangat matang karena melibatkan serapan aspirasi masyarakat secara langsung. Ini menjadi fondasi penting sehingga konsep desain kawasan dinyatakan layak dan siap diperjuangkan di tingkat pusat,” ujar Iksan.
Iksan menegaskan keberhasilan penyusunan proposal desain ini tidak lepas dari keteguhan komitmen Bupati Halmahera Barat serta sinergi yang solid antar Organisasi Perangkat Daerah (OPD).
Kolaborasi ini melibatkan Dinas PUPR, Dinas Pariwisata dan Kepemudaan Olahraga, Bappeda, Dinas Perkim dan LH, PDAM, serta Dinas Perhubungan Halbar. Selain itu, dukungan teknis juga mengalir dari Balai Prasarana Permukiman Wilayah (BPPW) Maluku Utara.
“Keberhasilan proposal desain ini adalah buah dari kerja kolektif. Tanpa soliditas antar OPD dan visi kuat dari Bupati, konsep ini tidak akan matang,” tambahnya.
Lebih lanjut, Iksan menjelaskan semangat “Transformasi Halbar” sejalan dengan instrumen 2DKD (20 Tahun IAI Maluku Utara), sebuah gerakan yang mendorong arsitek untuk terlibat aktif dalam pembangunan daerah melalui gagasan desain strategis.
Ia optimistis, jika Kementerian PUPR menyetujui proposal ini dan mengalokasikan anggaran penanganan kawasan strategis pada tahun 2026, dampaknya akan sangat signifikan bagi Halmahera Barat.
“Jika terealisasi, ini akan berdampak langsung pada peningkatan kualitas kehidupan sosial warga serta penguatan ekonomi masyarakat lokal di sekitar kawasan FTJ,” jelas Iksan.
Sebagai penutup, Iksan turut mengapresiasi peran arsitek lokal yang tergabung dalam Studio Nema Arsitek. Tim perancang ini dinilai berhasil menyusun dokumen Detail Engineering Design (DED) dan Rencana Anggaran Biaya (RAB) secara komprehensif.
“Berkat kerja keras tim Studio Nema, konsep desain yang diusulkan tidak hanya visioner secara estetika, tetapi juga aplikatif dan siap untuk direalisasikan,” pungkasnya. (red)
