Diplomasi Budaya Kuliner, Sherly Angkat Nama Maluku Utara di Panggung Nasional

SEMARANG, NUANSA — Pemerintah Provinsi Maluku Utara menegaskan komitmennya untuk menjadikan diplomasi budaya sebagai strategi utama memperkenalkan potensi daerah di tingkat nasional. Hal itu tampak dalam peluncuran menu khas Maluku Utara, papeda, ikan kuah kuning dan air guraka, di Hotel Tentrem Semarang, Minggu (9/11).

Acara yang berlangsung secara hybrid itu dihadiri oleh Direktur Utama PT Hotel Candi Baru Irwan Hidayat, Gubernur Maluku Utara Sherly Tjoanda Laos, Gubernur Jawa Tengah Ahmad Luthfi, serta Brand Ambassador Hotel Tentrem Andy F Noya.

Sherly menyampaikan, Hotel Tentrem tidak hanya memperkenalkan cita rasa kuliner khas daerah, tetapi juga menjadi bagian dari strategi besar diplomasi budaya Maluku Utara — menghadirkan identitas lokal dalam ruang-ruang nasional dan internasional.

“Ketika tamu hotel mulai mengenal papeda, ikan kuah kuning, dan air guraka, mereka tidak hanya mencicipi makanan, tetapi juga merasakan karakter dan cerita masyarakat Maluku Utara. Dari rasa yang tersaji, tumbuh rasa ingin tahu, dan dari rasa ingin tahu itulah wisata dimulai,” ujar Sherly.

Sherly menegaskan, promosi kuliner daerah melalui jejaring hotel nasional seperti Tentrem merupakan langkah nyata memperluas daya jangkau diplomasi budaya, pariwisata, dan ekonomi kreatif.

“Kami berharap, setiap tamu yang mencicipi kuliner ini akan datang langsung ke Maluku Utara untuk merasakan pengalaman autentik, menikmati alam, budaya, dan keramahan masyarakatnya. Itulah esensi diplomasi budaya yang kami dorong,” ujarnya.

Saat acara peluncuran menu khas Maluku Utara, Direktur Utama PT Hotel Candi Baru, Irwan Hidayat, menceritakan awal mula ide menghadirkan kuliner Maluku Utara di Hotel Tentrem.

“Ceritanya dua bulan yang lalu saya ketemu dengan Gubernur Maluku Utara Ibu Sherly Tjoanda. Waktu itu, saya punya ide untuk menyediakan makanan Maluku Utara di hotel ini. Waktu saya tanya, dia bilang papeda sama sup ikan kuning. Waktu saya pelajari, wah menarik juga ya kalau ada di hotel,” ucap Irwan.

Irwan menjelaskan, kehadiran menu ini bukan hanya inovasi kuliner, tetapi juga bagian dari misi memperkenalkan kekayaan budaya dan gizi nusantara kepada masyarakat luas.

“Kami populerkan (papeda) salah satunya karena makanan ini mengandung serat fiber yang banyak. Bagus untuk pencernaan. Semoga kehadiran menu ini membangkitkan kecintaan masyarakat terhadap Hotel Tentrem Semarang, sekaligus mendorong apresiasi terhadap kuliner tradisional Indonesia,” tuturnya.

Menu papeda, ikan kuah kuning dan air guraka kini resmi menjadi bagian dari hidangan sarapan Hotel Tentrem Semarang, bahkan dikembangkan dalam bentuk inovatif seperti papeda goreng dan perkedel papeda. Sementara air guraka—minuman khas berbahan jahe, gula aren, kenari, dan serai, dihadirkan dalam dua varian: panas dan dingin.

Selain kuliner, diplomasi budaya Maluku Utara juga diperluas melalui promosi tenun Tidore dan tenun Ternate yang akan ditampilkan di gift shop Hotel Tentrem. Gubernur Sherly menyebut, langkah ini merupakan hasil kerja sama dengan Bank Indonesia untuk menghidupkan kembali tenun khas Maluku Utara sebagai produk budaya bernilai ekonomi tinggi.

“Tenun Tidore bukan hanya kain, tapi narasi peradaban. Saat hadir di hotel seperti Tentrem, ia menjadi simbol bahwa budaya Maluku Utara hidup dan beradaptasi di era modern,” tutur Sherly.

Sementara itu, Gubernur Jawa Tengah Ahmad Luthfi dalam sambutan tertulis yang dibacakan menyampaikan apresiasi terhadap Hotel Tentrem yang terus menghadirkan inovasi berakar budaya. Ia menilai, langkah ini menjadi inspirasi bagi industri perhotelan Indonesia untuk menggali dan mengangkat kekayaan kuliner nusantara.

Peluncuran menu khas Maluku Utara di Hotel Tentrem Semarang menjadi contoh nyata diplomasi budaya yang elegan dan strategis, menghadirkan cita rasa sebagai medium persahabatan, promosi pariwisata, dan penguatan ekonomi daerah.

“Diplomasi budaya bukan hanya tentang promosi, tetapi tentang menanamkan kebanggaan dan memperluas jejaring makna. Melalui kuliner, Maluku Utara berbicara kepada Indonesia dan dunia — dengan rasa, dengan cerita, dan dengan kehangatan,” tutup Sherly. (tan)