Opini  

Tentang Usia IAIN Ternate, apa gunanya?

Agus SB

Agus SB

Dosen Antropologi IAIN Ternate

 

Sekurangnya, ada lima twibbon yang dilesakkan ke dalam group LPM IAIN Ternate, menyampaikan “Selamat Hari Ulang Tahun IAIN Ternate Ke-8”. Itu adalah letupan hasrat untuk merayakan capaian usia Institut. Ekspresi eksplisit dari kesadaran para pembuat twibbon mengenai ‘perjalanan institut dalam rentang waktu yang berlalu dan usia yang terus menua. Dalam hitungan waktu yang dibuat pemilik twibbon Ultah, institut telah berada pada kurun usia delapan tahun.

Membaca pesan dalam twibbon seperti itu, saya terdorong membuka halaman-halaman buku yang ditulis E.H Carr, ‘Apa itu Sejarah?’ (2014). Pada halaman 182, Carr menulis “Sejarah dimulai ketika manusia mulai memikirkan berlalunya waktu, bukan dalam konteks proses alami seperti siklus musim atau umur manusia—tetapi serangkaian peristiwa spesifik dimana manusia secara sadar terlibat dan terpengaruh” (2014:h.182). Apakah, dengan demikian, sejarah institut di kawasan Dufa-Dufa ini, baru dimulai ketika para pembuat twibbon memikirkan waktu yang telah dilaluinya telah mencapai delapan tahun?

Perayaan kecil ultah institut a la twibbon itu patut diapresiasi. Sebelum beralih status menjadi IAIN Ternate, perguruan tinggi yang mengasuh ilmu-ilmu ke-Islam-an ini memang berstatus Sekolah Tinggi (-Agama Islam Negeri). Namun mematok usia Institut pada angka delapan tahun itu mengernyitkan dahi. Versi informasi lain yang valid menyebutkan alih status dari STAIN Ternate menjadi IAIN Ternate ditetapkan melalui Kepres No 54 Tahun 2013, ditandatangani Presiden di Jakarta tanggal 30 Juli 2013, diundangkan pada tanggal 6 Agustus 2013, dan diresmikan pada tanggal 10 Januari 2014. Jika status hukum alih status itu diambil ketika Presiden menandatangani Keputusan Presiden pada 30 Juli 2013, maka saat ini IAIN Ternate seharusnya berusia Sepuluh Tahun nanti pada tanggal 30 Juli 2022.

Fakta keputusan presiden tersebut jelas menyanggah anggapan usia IAIN delapan tahun. Twibbon-twibbon itu, tampaknya, lahir dari kemungkinan: 1) kesengajaan mengabaikan fakta bahwa STAIN dan kemudian IAIN Ternate di hari ini memiliki riwayat hidup relatif jauh di masa lalu; 2) sebab dari kemungkinan pertama, karena ketiadaan informasi historis tertulis mengenai riwayat hidup lembaga yang dapat diacu, dan ; 3) boleh jadi, twibbon ini hanya media untuk menyampaikan pesan lain yang lebih mendasar daripada sekadar ungkapan hasrat merayakan ulangtahun IAIN ke-8. Mana yang tepat dari ketiganya, hanya Tuhan dan pembuat twibbon Ultah yang tahu.

Bukan tugas dari tulisan singkat ini untuk menentukan ketepatan waktu dan peristiwa mana yang relevan sebagai pijakan resmi lembaga untuk merayakan ulangtahunnya, tetapi sekadar mengingatkan bahwa, sejarah IAIN Ternate—mengikuti pikiran Carr di atas—telah dimulai sekurangnya tigapuluh enam tahun lampau, ketika peristiwa kelahirannya dirayakan melalui ritual akademi pada tanggal 27 September 1986. Tanggal, bulan dan tahun perayaan itu, tentu saja, bukanlah waktu kelahiran IAIN Ternate.

Jauh sebelum perayaan itu. Saya, dan semua kita (jika anda setuju) di IAIN Ternate, berhutang jasa pada (alm.) Drs. Sulaiman L. Azis (juga terimakasih kepada Kasman Hi.Ahmad atas dokumennya). Sebagai Ketua Panitia Dies Natalis XX dan Wisuda Sarjana Perdana Fakultas Tarbiyah IAIN ALauddin Ujung Pandang, ia menyusun sebuah Laporan yang juga memuat “Sejarah” yang dibacakan Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN ALauddin Ujung Pandang, Drs.H. Sahabuddin, pada 27 September 1986, di Ternate. Di dalam laporan Dekan sebanyak 33halaman kertas itu, terdapat satu bagian khusus, sebanyak 15 halaman, digunakan penyusunnya untuk mendeskripsikan “Sejarah Berdirinya Fakultas Tarbiya IAIN Alauddin Ujung Pandang”. Pendahuluan pada bagian ini, dikatakan bahwa “Tulisan ini bermaksud untuk mengungkapkan latar berdiri, hambatan- hambatan dan perkembangan serta eksistensi Fakultas Tarbiyah IAIN Alauddin Ternate dewasa ini. Menurut laporan ini, ide mendirikan Fakultas Tarbiyah IAIN Alauddin Ternate tidak terpisahkan dari motif pengembangan syi’ar Islam di Maluku Utara khususnya dan Maluku umumnya.

Fakta dimana Fakultas Tarbiyah yang diutamakan dan dibangun terlebih dahulu, laporan itu mengatakan; “masyarakat Maluku Utara yang mayoritas penduduknya beragama Islam dirasakan kekurangan tenaga-tenaga profesional di bidang pendidikan agama Islam”. Seperti dikatakan dalam laporan, keadaan itu dialami dan dirasakan pada kurun tahun 1960-an. Laporan ini selanjutnya mendeskripsikan waktu dan peristiwa secara kronologis yang di dalamnya terlibat para pelaku dan lembaga di dalam proses pendirian Fakultas Tarbiyah IAIN Alauddin Ujung Pandang di Ternate.

Penulis laporan mengatakan bertemu langsung dengan tiga pelaku yang terlibat aktif di dalam proses pendirian Fakultas Tarbiyah. Informasi dan data yang didedahkan penulisnya, meskipun tampak bertumpu pada tiga informan/pelaku, dapat diandalkan mengingat ketiganya memiliki pengetahuan dan pengalaman langsung dalam proses pendirian pilar peradaban Islam ini. Dokumen laporan ini, tentu saja, memiliki beberapa kekurangan data mengenai waktu (tanggal, bulan dan tahun) dari beberapa peristiwa dan momen penting yang mengantar proses pendirian fakultas Tarbiyah.

Misalnya, tanggal, bulan dan tahun berapa ketika Menteri Agama RI saat itu, Prof.K.H Saifuddin Zuhri, mencetuskan gagasan ketika berada di Ambon, dan yang didengar langsung oleh Drs. Jasin Muhammad dan Panglima Busoiri, untuk membuka satu Institut Agama Islam Negeri di Maluku. “Waktu” juga tidak muncul dalam deskripsi mengenai pembentukan Yayasan Pembina Fakultas Tarbiyah IAIN Ternate, yang dihadiri tokoh-tokoh masyarakat seperti; M.S Jahir (Bupati KDH Tkt II Maluku Utara, Drs.Jasin Muhammad, Drs Salim Assagaf, Baharuddin Lopa, SH, Muhammad Albugis, Yunus Amiruddin BSc, M. Zen Assagaf, M. Adnan Amal, SH, H. Ahmad Hanafi, D.M Usman Syah, Husen Amari BSc, Letkol Suwigyo (Dandim Maluku Utara saat itu), Muchdar Mustafa BSc, Abubakar Alhadar, Mardiah Albaar, dan lain-lain (seperti tertulis dalam laporan).

Fakta ini menunjukkan sebelum didirikannya Fakultas Tarbiyah, dibentuk terlebih dahulu Yayasan, meskipun tidak begitu jelas mengenai beroperasinya Fakultas tersebut di bawah Yayasan. Laporan hanya mengatakan setelah terbentuk, Yayasan ini “mulailah disusun berkas laporan tentang kemungkinan dibukanya Fakultas Tarbiyah IAIN di Ternate”. Berkas ini dibawa oleh M.S Jahir, Drs. Jasin Muhammad, dan Drs. Salim Assagaf ke Jakarta pada September 1965 untuk melaporkan kepada Menteri Agama RI, tetapi mereka hanya dapat bertemu dengan Kepala Biro Perguruan Tinggi Departemen Agama RI, Anton Timur Jailani, MA.

Cerita berlanjut, dan tiba pada tanggal 3 Nopember 1966. Pada tanggal, bulan dan tahun itu “…dilangsungkanlah upacara peresmian/penegerian Fakultas Tarbiyah IAIN Alauddin Ujung Pandang (huruf tebal dari saya. Penulis laporan gunakan nama “Makassar”) cabang Ternate”. Jika muncul keinginan menetapkan Hari Ulang Tahun IAIN Ternate, beberapa misteri kecil seperti waktu pendirian Yayasan, masih harus ditelusuri. Kemudian memilih; tanggal, bulan dan tahun pendirian fakultas Tarbiyah dengan status “swasta”, atau tanggal, bulan dan tahun penegerian fakultas Tarbiyah IAIN sebagai embrio berdirinya perguruan tinggi Islam ini secara “mandiri” pasca runtuhnya orde baru.

Tetapi, untuk apa, usia dan masa lalu itu? Pertama, secara etis, agar kita di hari ini tidak hanya menerima, menjalani dan hidup dari warisan para pendahulu yang telah mewariskan salah satu pilar peradaban Islam (IAIN) di Maluku Utara sambil mencampakkan mereka di luar ingatan kolektif kita di Institut. Mengingat dan mendoakan para pendahulu pada setiap perayaan, barangkali, adalah satu cara di antara cara lainnya mengatakan “terimakasih” kepada mereka. Kedua, menemukan dan mengungkap “tanggal lahir” Institut tentu saja menghindarkan kita dari pijakan ulang tahun yang ahistoris.

Ketiga, tindakan yang sama juga memungkinkan kita dapat menyerap idealisme apa di balik “keras kepala” mendirikan (Fakultas Tarbiyah) IAIN Ternate pada masa itu. Akhirnya, menelusuri masa lalu makin menyadarkan kita tentang pencapaian Institut hingga di hari ini. Seperti dikatakan Carr; “Kepercayaan bahwa kita telah sampai dari suatu tempat sangat terkait dengan kepercayaan bahwa kita akan pergi ke suatu tempat” (2014:h. 179). Kata “tempat” dapat diganti dengan “fase”, yakni fase-fase sejarah perkembangan hidup Institut; fase Yayasan & Fakultas Tarbiyah IAIN Alauddin Ujun Pandang di Ternate, fase STAIN Ternate, fase IAIN Ternate.

Institut ini, dengan demikian, telah menjalani kehidupan sekurangnya dalam tiga fase. Hingga di situ, fase keempat adalah tanggungjawab para pewaris di hari-hari ini. Namun, jika kita tidak tahu kemana arah dan fase yang akan dituju, maka cukuplah kita merayakan Hari Lahir Institut ini– bila telah ditemukan tanggal lahirnya yang tepat. Mungkin hanya sekadar pesta-pesta. Tetapi, perayaan masa lalu dan usia di masa kini seperti itu masih saja berguna. Karena, seperti dikatakan ilmuwan Sejarah Eric Hobsbawm, “Masa lalu memberikan latar yang lebih mulia untuk masa kini yang tidak memiliki banyak hal untuk dirayakan (“On History”, 1997:p.5). Demikian.-

Exit mobile version