Bermula Ingin Bantu Ibu, Nadia Dapat ‘Jalan’ Mengejar Cita-cita

Nadia Narto

Semangat Nadia Narto, patut dijadikan contoh. Besar dalam keluarga broken home, justru membuatnya kian termotivasi untuk mengejar mimpi. Keputusan ayahnya meninggalkan mereka sejak Nadia masih duduk di bangku Kelas X SMA, bukan menjadikannya patah arah, tetapi kian mendewasakannya. Seperti apa kisahnya? Berikut laporan wartawan Nuansa Media Grup (NMG).

 

Tanwin Fataha —TERNATE

 

Setelah lulus SMA, Nadia hampir tidak melanjutnya studinya di perguruan tinggi. Ayah mereka sudah meninggalkan ibunya sejak tahun 2014. Ia dan tiga saudaranya hanya mengandalkan seorang ibu, sebagai tulang punggung. Sejak ditinggalkan ayah, ibu Nadia yang bernama Hamida H. Ishak terus bekerja keras untuk memenuhi keperluan empat buah hatinya, termasuk Nadia.

Nadia merupakan anak kedua dari empat bersaudara. Ketiga saudaranya yakni, M Muslah (kakak pertama), Titifitriani (adiknya) dan Putri Ramadani (si bungsu).

Mulanya, Nadia, kelahiran 2000 ini memilih bekerja di salah satu apotek yang berada di Kota Weda, Kabupaten Halmahera Tengah. Ia bekerja dengan motivasi untuk meringankan beban sang ibu. Ketika itu kakaknya yang bernama M. Muslah sementara studi di Universitas Muhammadiyah Maluku Utara (UMMU).

“Selama 6 bulan saya bekerja di apotek. Tetapi, tidak lama saya berhenti bekerja karena papa sering datang ke tempat saya bekerja dan membuat keributan, akhirnya saya memilih bekerja di salah satu rumah makan yang ada di Kota Ternate,” cerita Nadia.

Selama bekerja di salah satu tempat kuliner tersebut, diam-diam ibunya meminta kakak Nadia untuk mengecek peluang beasiswa di UMMU untuk mahasiswa baru. “Mama saya menyuruh kakak untuk cek di kampus, apakah ada peluang untuk mendapatkan beasiswa, agar saya dapat melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi,” katanya.

Ketika  memasuki momentum penerimaan mahasiswa baru  di Universitas se Kota Ternate, Nadia disuruh pulang untuk menyiapkan berkas-berkas Beasiswa Bidikmisi. Hingga waktunya berangkat ke Kota Ternate untuk melanjutkan studi, Nadia pergi seorang diri. Ia bertolak dari rumahnya di Desa Foya, Kecamatan Gane Timur, Kabupaten Halmahera Selatan ke Kota Ternate atas perintah sang ibu.

“Bahkan, untuk mendaftar sebagai mahasiswa baru tahun 2018, saya lakukan sendiri sampai akhirnya saya dinyatakan lulus dalam penerimaan Beasiswa Bidikmisi,” kisah Nadia, sembari mengenang.

Kini, Nadia sudah semester delapan. Nadia memiliki sejumlah hobi dan rutinitas di kampus tempat ia berproses. Ia merupakan mahasiswa yang gemar dalam dunia seni, hingga tiba saatnya momentum program pembentukan kepribadian dan kepemimpinan (P2KK) di kampus UMMU, ia menampilkan teater perdananya dihadapan seluruh mahasiswa kala itu.

Nadia juga tergabung dalam pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Hukum sejak tahun 2019, dan aktif di organisasi Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM). Tak hanya itu, ia juga aktif dalam UKM Jurnalistik (UJ), serta Lembaga Seni dan Budaya UMMU (Lesbuum). Ia juga memiliki banyak karya puisi dan berniat untuk membukukan puisi-puisinya.

Perjuangan Nadia untuk meraih mimpi tidak semudah membalikkan telapak tangan. Namun, keinginannya untuk membahagiakan ibu dan ketiga saudaranya, membuatnya bertahan dan melalui masa-masa sulit tersebut.

Berusaha menjadi mandiri dari sejak usia muda memang bukan suatu perkara yang mudah. Sebab membagi waktu antara menempuh pendidikan dengan mengatur profesionalisme dalam pekerjaan yang ia lakoni, merupakan hal utama yang harus menjadi perhatiannya.

“Saat memilih menjadi status sebagai mahasiswa sekaligus sebagai seorang pekerja di waktu yang bersamaan, saya hanya bermodalkan ikhlas dan tekad yang kuat,” ujarnya. Nadia juga berpesan kepada seluruh anak-anak muda yang bernasib sama dengannya untuk tidak berkecil hati.

“Jangan pernah menjadikan broken home sebagai alasan untuk hidup di jalan yang tidak benar. Hal itu justru harus dijadikan motivasi untuk bisa meraih kesuksesan dan mematahkan persepsi orang banyak tentang anak -anak broken home,” tutupnya. (*)