Opini  

Demokrasi dan Visi Kepemimpinan Desa

Berly Marten.

Oleh: Berly Marten

 

“Demokrasi hanya memiliki satu bunyi, keanekaragaman kebenaran” ; 2006:  pandangan Donny Gahral Adian, dalam bukunya Demokrasi Kami.

Demokrasi adalah bentuk pemerintahan di mana semua warga negaranya memiliki hak setara dalam pengambilan keputusan yang dapat mengubah hidup mereka. Demokrasi mengizinkan warga negara berpartisipasi—baik secara langsung atau melalui perwakilan—dalam perumusan, pengembangan, dan pembuatan hukum. Demokrasi mencakup kondisi sosial, ekonomi, dan budaya yang memungkinkan adanya praktik kebebasan politik secara bebas dan setara. Demokrasi juga merupakan seperangkat gagasan dan prinsip tentang kebebasan beserta praktik dan prosedurnya. Demokrasi mengandung makna penghargaan terhadap harkat dan martabat manusia.

Konsep tersebut, tentu saya tidak perlu lagi membahas pendefinisian secara etimologi kata Demokrasi, akan tetapi koreksi atau daur hakekat kebenaran demokrasi itulah yang sangat penting dalam tulisan ini, menjadi bahan pengingat akal sehat serta naluri kemanusiaan kita selaku ciptaan Tuhan yang bermartabat.

Dalam pandangan selanjutnya, “Demokrasi tidak bisa berjalan tanpa batas yang jelas dan tegas dalam proses-proses politik”. Pertanyaannya adalah sejauh manakah esensi demokrasi saat ini?

Demokrasi sepertinya sedang mendapat perhatian cukup serius belakangan ini. Pelbagai opini dalam artikel yang bermunculan melontarkan pelbagai kritik ataupun sokongan bagi demokrasi. Sayangnya, sokongan dan kritikan itu tidak disertai pemahaman historis tentang demokrasi itu sendiri. Pemahaman ini menjadi penting karena tanpanya kita terjebak dalam perdebatan prosedural belaka. Padahal, sejak awal menggeliatnya mekanisme politik ini, pematangan nilai-nilai demokratis menjadi perhatian utama. Prosedur hanya menjadi penting dalam terang pematangan nilai-nilai demokratis. Pematangan ini tidak sekali jadi. Sejarah pemikiran dan aktivisme demokrasi adalah sejarah koreksi terus menerus berharap kebebasan, kesetaraan, dan keadilan. (Baca, Demokrasi Kami; Donny Gahral Adian, 2006:17)

Praktik demokrasi akhir-akhir ini, terkesan jauh dari hakekat demokrasi. Banyak terjebak hanya karena peran suku, agama, serta RAS dan etnis. Tak kalah penting rusaknya demokrasi karena praktek politisi dengan rayuan serta bujukan uang yang begitu kental dengan tekanan berbagai nada manis, dan juga rentetan janji yang pada akhirnya merusak nilai sosial dan budaya masyarakat di setiap tempat dimana terciptanya praktik demokrasi semacam itu.

Sedangkan bagaimana dengan “VISI” Kepemimpinan yang lahir dari hasil demokrasi tersebut?

Berbicara tentang Visi, sudah jelas menunjukkan bahwa pemimpin yang memiliki visi, mengetahui dengan tepat apa yang ingin dicapainya, dan apa hasil akhir yang akan terlihat. Kejelasan ini memungkinkan seorang pemimpin menjadi percaya dan yakin.

Visi yang muncul dalam bentuk “gambaran mental,” menunjukkan apa yang ada dalam pikiran pemimpin. Bagi sebagian orang, konsep mengenai Visi bisa tampak mistik dan “tidak terjangkau.” Tetapi bagi mereka yang memiliki visi, maka visi sama nyatanya dengan rekening pajak. Visi memusatkan perhatian pada apa yang belum ada, tetapi harus ada, untuk masa depan yang lebih baik.

Visi tentu merupakan kunci, karena mengamanatkan perubahan. Visi berkaitan dengan menciptakan sesuatu yang baru, tidak meremehkan yang lampau, tetapi membangun di atas fondasi yang dulu dan sekarang, muncul dengan realitas yang lebih baik, daripada realitas yang ada sekarang. Bila diwujudkan secara penuh, visi membawa kita lebih dekat kepada cita-cita kita.

Karena itu, jauhilah visi yang tidak tepat dan tidak sesuai karakteristik daerah dan pedesaan itu sendiri, perhatikanlah isi visi pemimpin dengan teliti dan benar dan patut ditelaah secara baik. Tentu, dari hal-hal semacam ini, butuh campur tangan bersama untuk mengedepankan aspek saling percaya serta nilai sosial menuju visi tersebut.

Bertolak dari konsep dan gagasan tersebut, PILKADES yang akan diselenggarakan pada bulan Oktober 2022 nanti, kita diberikan ruang demokrasi. Dan perlu butuh perhatian selektif untuk berdemokrasi dari aspek keterbukaan yang tidak bisa terlepaspisahkan dari kehidupan kita. Untuk itu, membangun gagasan dan menciptakan demokrasi harus terbuka dengan cara berdemokrasi yang bermartabat guna menentukan nilai-nilai demokrasi itu. Hal khusus disini, pemimpin haruslah memiliki visi dengan jelas dan tepat sesuai janji-janji pada saat berkampanye untuk memajukan pembangunan dari semua “sisi “pedesaan, terlebih khususl Desa-desa yang masih begitu tertinggal untuk maju dan bisa menjawab tantangan.

Beberapa hal yang patut diperhatikan adalah menghadapi kesulitan ekonomi, kemiskinan, dan tata kelola pemerintahan Desa.  Memajukan Pendidikan dan budaya serta memperhatikan bidang kesehatan di tengah-tengah kondisi isu  COVID-19 yang tak kunjung usai ini. Memanfaatkan SDA di sektor pertanian, perikanan (nelayan), pertanian dan sektor lainnya untuk mengangkat hasil desa itu sendiri yang lebih unggul.

Sasaran lain yg sangat krusial disini, adalah penempatan kaur-kaur desa yang harus sesuai kemampuan guna membantu jalannya pemerintahan desa selama enam tahun kedepan. Tidak boleh dilihat karena faktor suku, agama atau pun ras apalagi karena keluarga. Tak kalah penting juga penempatan para ketua-ketua RT/RW. Oktober,  2022 merupakan ruang solusi untuk enam tahun Desa kedepan, dengan begitu hak-hak rakyat tidak bisa di beli dengan rupiah yang murah serta di “ninabobokan” suara rakyat.

Karena itu, butuh kehadiran sosok pemimpin yang mampu merubah tatanan demokrasi dengan praktek sesuai nilai-nilai sosial, agama, dan budaya berasaskan Pancasila dan UUD1945 serta mengaplikasikan UU No 6 Tahun 2014 Tentang Desa.

Pemimpin yang baik melahirkan program yang unggul serta pemerintahan yang bersih, masyarakat sejahtera, desa maju, aman dan tertib. Apalah artinya sebuah kekuasaan, jika hanya melahirkan masyarakat jenuh dan menderita di atas kesenangan kekuatan kekuasaan yang pada akhirnya namamu itu akan hilang di telan karena kerakusan jabatan.

Karena itu, yang menjadi harapan ialah kesejahteraan berdasarkan visi yang benar sebagai panggilan Tuhan, “sebab pemerintah adalah wakil Allah”. Jagalah itu sebaik-baiknya. Rakyat butuh pemimpin yang bermartabat dan mencintai rakyat dengan sepenuh hati. (*)