Akademisi Soroti Kegiatan Disarpus Malut yang Bertemakan Literasi

Herman Oesman

TERNATE, NUANSA – Salah satu kegiatan yang digelar Dinas Kearsipan dan Perpustakaan (Disarpus) Pemprov Maluku Utara (Malut) yang bertemakan festival literasi, disorot publik. Kegiatan yang baru saja berakhir itu dianggap lebih besar menonjolkan hiburannya, dibanding nuansa literasi. Lihat saja, pada puncak acara, Disarpus menghadirkan grup band Seventeen dan penyanyi daerah Sanza Soleman untuk menghibur warga.

Akademisi Universitas Muhammadiyah Maluku Utara (UMMU), Herman Oesman, mengatakan, festival literasi pada dasarnya memiliki filosofi yang kuat untuk mendorong tumbuhnya kesadaran berliterasi di daerah ini. Kegiatan festival itu juga sekaligus sebagai afirmatif, bahwa tingkat membaca di Maluku Utara memang perlu didorong secara serius. Karena itu, kegiatan bertemakan literasi tidak berhenti pada proyek semata, tetapi harus berkelanjutan, terutama mengantisipasi lemahnya literasi di dunia digital.

Herman yang juga bergelut di dunia literasi ini menuturkan, dalam beberapa survei, masyarakat Maluku Utara terbilang cukup lemah dalam membangun kesadaran literasi di media sosial. “Perhatikan bagaimana pola komunikasi dan percakapan di media sosial kerap kita temui kata dan kalimat tak elok berseliweran di mata dan berjejak panjang dalam pikiran kita. Kondisi ini tentu membutuhkan upaya serius semua pihak untuk mengembangkan kesadaran dan kemampuan literasi secara praktikal, terlebih di dunia maya,” ujarnya pada wartawan Nuansa Media Grup (NMG), Kamis (6/10).

Sehingga itu, festival literasi yang dilakukan Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Maluku Utara itu setidaknya melahirkan narrative knowledge bagi masyarakat, bukan mengandalkan seremoni semata yang hanya mendedahkan pragmatic knowledge. ”Pelaksanaan festival literasi harus berjejak panjang dalam pemahaman dan pengetahuan warga masyarakat. Yang di mana terjadi transformasi dalam berinteraksi dan tak sekadar sebagai sebuah uji coba proyek yang di kemudian hari tak memberi manfaat bagi kesadaran nalar dan narasi,” tandasnya.

Dosen Sosiologi ini juga menyayangkan penyelenggara festival literasi yang mendatangkan artis pada penutupan festival. Herman katakan, harusnya yang dihadirkan pada puncak festival literasi itu tokoh atau artis yang betul-betul menekuni dunia literasi, agar dapat memberikan daya tular ke masyarakat.  “Jadi kalau sekadar menghibur yah tak apalah. Manfaatnya menghibur, tapi bukan memberi daya dorong peningkatan literasi,” pungkasnya. (gon/rii)

Exit mobile version