TERNATE, NUANSA – Pemerintah Kota Ternate dalam waktu akan menambahkan 11 armada pengangkut sampah pada 2023. Karena itu, Pemkot mengusulkan Dana Insentif Daerah (DID) ke Kementerian Keuangan untuk penambahan penyediaan belasan armada tersebut.
“Saat ini kami usulkan dana insentif daerah di tahun anggaran 2023 untuk tambahan penyediaan 3 unit mobil ambrol, 3 unit mobil drum truck, dan 5 unit mobil sampah jenis L300 pick up,” jelas Kepala Bappelitbangda Kota Ternate, Rizal Marsaoly, Senin (30/1).
Mantan Kadis Pariwisata Kota Ternate itu mengaku, usulan DID tahun 2023 ini salah satunya di perlindungan masyarakat di bidang kebersihan. Indikator ini menjadi standarisasi untuk program bahkan Bappelitbangda sudah mengkaji, tinggal BPKAD menginformasikan ke Kementerian Keuangan dan melaporkan ke DPRD Kota Ternate.
Kemudian pada tahap II, ada tambahan 50 unit armada roda tiga yang diperuntukkan ke kelurahan yang belum sempat mendapat di tahap I.
“Sementara tambahan 50 unit viar akan ada upaya agar di tiga kecamatan terluar dapat porsi ini. Intinya pembangunan dan permasalahan di kota yang dihadapi ini kata kuncinya adalah fokus,” imbuhnya.
Rizal berharap, dengan tambahan armada tersebut, bisa memperkuat Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Ternate selaku dinas teknis untuk melakukan proses pelayanan pengangkutan sampah di lapangan.
“Program pengolahan sampah itu ada tiga, di antaranya penanganan dalam skala lingkungan RT/RW yang digunakan armada viar, penanganan skala kawasan kecamatan melalui trans depo, dan penanganan di TPA,” jabarnya.
Menurut dia, ketiga skala penanganan ini dibuat untuk mempermudah proses pengelolaan sampah di lapangan. Skema yang dibuat ini membagi pendelegasian tugas, agar menurunkan tugas di tingkat kecamatan dan kelurahan sebagai konsep partisipatif, sehingga ada keterlibatan masyarakat pengelolaan sampah di RT.
Di sisi lain, Rizal menambahkan kehadiran tempat pembuangan sampah tematik yang dipakai dana DTU dua persen untuk membayar upah kerja, sedangkan pembangunan fisik digunakan dana DPPK. Anggaran tersebut bervariasi mulai Rp 16 juta hingga Rp 19 juta, sehingga ada 25 kelurahan yang membangun TPS tematik.
“Tujuan TPS tematik ini dibangun untuk mengubah paradigma masyarakat yang selama ini kesannya tempat yang bau dan semrawut yang mungkin tidak enak dipandang mata, diubah menjadi tempat yang indah sehingga ada target edukasi TPS tematik di situ,” urainya.
TPS tematik yang dulu hanya membuang sampah sembarangan, nanti ada pengelolaan yakni penyediaan kantong plastik yang difasilitasi DLH, sehingga ada edukasi masyarakat bahwa sampah menjadi tanggung jawab bersama.
“Yang paling terpenting, Bappelitbangda sehari dua akan data sejumlah OPD penanggung jawab TPS tematik. Contoh Bappelitbangda tanggung jawab di Kelurahan Maliaro. Kenapa perlu ada OPD dan instansi vertikal terkait, sehingga ada pelibatan stakeholder persoalan sampah di Ternate ini,” tandasnya. (udi/tan)