Oleh: Muamar Usman
Sekretaris ISMEI Wilayah XI
HAMPIR tiga tahun telah berlalu dunia global diterpa oleh pandemi Covid-19. Domino Effect yang diciptakan oleh pandemi tersebut masih dirasakan sampai dengan saat ini. Dampak negatif secara ekonomi, sosial, cultural dan cara pandangan manusia mulai mengalami perubahan yang sangat signifikan. Pandemi juga menjadi satu alasan mengapa saat ini kelas rasional mulai tergeser idealismenya dari yang dulunya sering berkoar-koar dalam mengumandangkan sajak-sajak perlawanan dan ide-ide progresif menjadi mati tanpa ada lagi aktivitas produktif dan menghasilkan kontribusi perubahan untuk negeri ini.
Komunitas dan organisasi ataupun sekelompok orang yang terorganisirlah yang dimaksud penulis dengan kelas rasional di atas. Kekritisan pikiran dan ide-ide brilian yang terkonsepkan secara matang tidak lagi ditunjukkan maupun dilaksanakan yang membuat kelas rasional ini bak mati ditelan samudera yang ganas. Akibat dari hal tersebut berkembanglah satu pertanyaan besar di pikiran penulis saat ini hingga melahirkan tulisan yang sedang di baca kali ini. Bagaimana bisa bangsa ini berkembang dan cerdas jika generasi yang terorganisir dan secara sadar paham akan kondisi bangsa saat ini tidak lagi melakukan apa-apa..?
Ikatan Senat Mahasiswa Ekonomi Indonesia (ISMEI) menjadi salah satu organisasi yang dalam hal ini mengalami kondisi seperti apa yang penulis jabarkan di atas. Realita sosial ISMEI saat ini sangat jauh dari apa yang diharapkan. Bahwa ISMEI dalam hal ini beriringan dengan berkembangnya zaman sudah seharusnya bisa merevolusikan pengetahuan ekonomi berdasarkan realitas sosial ekonomi saat ini agar bisa bersanding dengan kebijakan yang diambil pemerintah atau bahkan menjadi argumen pesaing untuk menilai baik buruknya kebijakan dari pemerintah pusat hingga daerah dalam bidang ekonomi saat ini.
Tetapi hal itu bernasib buruk, realitas tak semanis harapan. ISMEI yang terorganisir dan dipimpin oleh lima orang sebagai Badan Pimpinan (BP) sampai dengan saat ini tidak bisa memberikan pikiran ataupun ide yang segar dibidang ekonomi untuk pemerintah dari pusat hingga daerah. Kepekaan terhadap realitas sosial ekonomi menjadi hal yang hilang di tubuh BP ISMEI saat ini. Organisasi yang hampir mengorganisir seluruh mahasiswa ekonomi di seluruh Indonesia ini hanya bisa menjadi penonton di era banjirnya kasus-kasus yang menghantam perekonomian Indonesia saat ini. Bagaimana tidak problem, tentang meningkatnya utang negara, rusaknya alam akibat aktivitas ekonomi yang tidak terkontrol, sampai dengan kasus pajak yang baru-baru ini menjadi pembahasan yang sedang hangat dibicarakan sama sekali tidak ditanggapi oleh ISMEI.
Realitas sosial harusnya menjadi cambuk bagi ISMEI agar bisa mengontribusikan pikiranya untuk membangun bangsa. Identitas sebagai seorang Mahasiswa Ekonomi harusnya menjadi tanggung jawab etik bagi seluruh anggota ISMEI saat ini yang berada di seluruh penjuru Indonesia. Kemudian Badan Pimpinan lah yang harusnya bertanggung jawab penuh akan kondisi ISMEI saat ini. Maka dari itu saya sebagai Sekretaris ISMEI Wilayah IX mengecam dan mendesak kepada seluruh BP agar segera mengaktifkan kembali pikiran ISMEI yang sudah diredupkan sejak setelah dilantik dan kemudian bertanggung jawab atas hasil-hasil rakernas ISMEI periode 2021-2023 yang secara sah telah ditetapkan di Universitas Islam Indonesia Yogyakarta. (*)