Moti Bersuara 1322 dan Geliat Literasi di Tanah Perjanjian

Budi Janglaha. (Istimewa)

TERNATE, NUANSA – Valentijn dalam perjalanan misinya ke Dunia Timur, melaporkan bahwa yang disebutkan sebagai Maluku adalah pulau-pulau penghasil cengkih di dunia, yaitu Makeang, Moti, Tidore, dan Ternate. Naidah dalam hikayat Ternatenya yang kemudian karya ini dibeli oleh P. van der Crab, menyebutkan, bahwa ada empat kerajaan Maluku yaitu: 1) Kie Gapi (Ternate), 2) Kie Duko (Tidore), 3) Kie Tuanane (Moti), dan 4) Kie Besi (Makeang).

Lebih lanjut P. van der Crab, memberikan keterangan bahwa empat Kolano pertama Moloku Kie Raha adalah, 1) Kaitjil buka sebagai Kolano Kie Besi (Kerajaan Makeang), 2) Daradjati sebagai Kolano Kie Tuanane (Kerajaan Moti), 3) Sahadjati sebagai Kolano Kie Duko (Kerajaan Tidore), dan 4) Mashur Malamo sebagai Kolano Kie Gapi (Kerajaan Ternate).

Budi Janglaha dan Irfan Ahmad.

Sumber-sumber sejarah, seperti ditulis P.H van der Crab, menyebutkan bahwa Kerajaan-kerajaan yang terdapat di Maluku, adalah Ternate, Tidore, Bacan, dan Jailolo. Demikian halnya dengan sumber-sumber sejarah yang berasal dari hikayat Kerajaan Bacan menyebutkan bahwa kerajaan-kerajaan yang terdapat di Maluku, adalah Kerajaan Ternate, Kerajaan Tidore, Kerajaan Moti, Kerajaan Makian, dan Kerajaan Bacan.

Menurut hikayat Rua ­Akerica, menyebutkan bahwa kerajaan-kerajaan di Maluku, adalah Kie Besi (Kerajaan Makeang), Kie Tuanane (Kerajaan Moti), Kie Duko (Kerajaan Tidore), dan Kie Gapi (Kerajaan Ternate).

Sungguh menarik memikirkan bagaimana bisa terlahir bangsa Indonesia atau terangkai indah kepulauan-kepulauan di Nusantara saat ini tanpa adanya peristiwa monumental dari peran empat kerajaan di bumi Nusantara pada tahun 1322 tersebut.

Di mana perkembangannya baik Ternate, Tidore, Bacan maupun Jailolo sebagai kesatuan Moloku kie Raha di masa kini dengan wilayah kekuasaannya keluar hingga mencakup Mindanao dan Madagaskar dan ke dalam mencakup sebagian besar wilayah di Indonesia saat ini -minus Sumatera, Jawa dan Madura di masa lalu.

Sebagaimana diakui Bung Karno, sang proklamator Republik ini bahwa: Tanpa Tidore Tak Mungkin Ada Merauke, dengan demikian maka tak mungkin pula kita mendengar dan terus menyanyikan lantunan lagu dari Sabang sampai Merauke seperti saat ini.

Flyer moti basuara 1322.

Sekali lagi, pertemuan para Kolano (raja) Moloku Kie Raha di masa lalu merupakan tonggak penting dalam perjalanan sejarah daerah-daerah di Nusantara di masa depan. Inti yang terkandung dalam pertemuan tersebut adalah “Persatuan dan Kesatuan” dalam wilayah empat kerajaan (Moloku Kie Raha) yang kemudian menjadi entitas tak terpisahkan dari eksistensi “Nusantara” di masa kini.

Alasan terpenting mengapa pertemuan dari empat persekutuan kerajaan (Moti Verbond) tersebut dijadikan sebagai akar sejarah politik Nusantara, karena pada pertemuan itulah empat Kolano (raja) Moloku Kie Raha tidak sekadar mengikrarkan sebuah semboyan melainkan sebagai dasar persatuan dan kesatuan “kebangsaan” yaitu: “Marimoi ngone futuru (Bersatu kita teguh bercerai kita runtuh), Dofu se ma dofu marimoi bato (Berasal dari kerajaan yang berbeda tetapi kita adalah satu), Moloku Kie Raha ma asal rimoi bato, ma kabasaran se ma istiadat rimoi bato (empat kerajaan Maluku berasal dari satu keturunan dengan kejayaan dan istiadat yang satu pula.

Sejarah sering berulang, demikian ungkapan umum atas peristiwa masa lalu yang kerap terulang dalam periodesasi perjalanan hidup dan jejak peradaban umat manusia oleh para aktor yang tentu berbeda zamannya. Membangun kembali (reinventing) narasi agung tentang ihwal persatuan di tengah bahaya laten dan manifest disintegrasi bangsa dalam momentum perayaan kemerdekaan Republik Indonesia ke-78 semakin menjadi istimewa bagi masyarakat Maluku Utara dalam balutan event “Moti Bersuara 1322”.

Moti di 1322 merupakan momentum spektakuler dalam dinamika ruang-ruang kekuasaan politik kawasan di aras lokal, namun membuka tabir akan kemajuan jalan pikiran para leluhur kita akan politik kebangsaan yang humanis dan egaliter yang dibangun berorientasi masa depan (futuristik) melampaui zamannya. Terbukti, spirit persatuan dengan semangat lokalitas dalam ungkapan Marimoi Ngone Futuru (bersatu kita teguh) menjadi relevan di masa kini, teristimewa di momentum bulan kemerdekaan.

Moti 1322 seolah membuktikan tidak sekadar peristiwa kesejarahan dalam bingkai geografis dan adminsitratif Moloku Kie Raha semata, melainkan pula sebuah momentum revolusi pikiran yang meninggalkan jejak nyata pusaka pengetahuan (sosiolinguistik, etnografi, dll) yang menjadi menarik untuk didalami dan diimplentasi melalui regulasi kebijakan politik pembangunan kebudayaan dan pendidikan yang berorientasi dan berpihak pada masyarakat.

Semarak gelaran event Moti Bersuara 1322 yang akan dilaksanakan di Pulau Moti pada Sabtu, (12/8) dijamin memukau banyak orang dengan berbagai rangkaian acara menarik. Selain kampanye makin cakap digital melalui talkshow bertajuk “Konten Kreatif Berbasis Budaya Lokal” dengan menghadirkan para konten kreator Maluku Utara sebagai narasumber, gelaran event ini juga akan menjadi lebih semarak dengan berbagai item acara yang menghibur juga sarat nilai edukatifnya.

Saihu Oti Production, Wahyu Taha, mengatakan gelaran Moti Bersuara akan digelar sejak 11 hingga 12 Agustus nanti dengan berbagai gelaran antara lain: Konfederasi Sastra Kopitam “Orang Moti”, Temu Konten Kreator dan Talkshow Makin Cakap Digital, Launching Oti Production, Pemutaran Film Bukan Kursi Pelaminan, Launching Puisi Sumpah Moloku di Moti by D’Facto, Teater Anak Bangsa Art Perform, Monolog Kebudayaan, Konser Musik Persaudaraan, Ziarah Moti bareng Kie Raha Ofroad Indonesia, Penanaman Mangrove, Dive Moti Island, Bersih-Bersih Pantai dan Senam Sehat.

“Selain itu juga, akan digelar pula acara yang cukup menghibur yaitu konser musik persaudaraan pada Sabtu (12/8) di lapangan Tosehe dengan menghadirkan musisi Maluku Utara Alan Darmawan dan Randi Husain,” jelasnya.

Koordinator kegiatan Budi Janglaha, berharap kegiatan ini dapat berdampak bagi pertumbuhan ekonomi masyarakat Moti melalui kegiatan pelatihan yang berkaitan dengan cara pengolahan minyak goreng kelapa khas Moti, yang rencananya akan di-launching pada momentum kegiatan Moti Bersuara, 1322 nanti. (tan)