TERNATE, NUANSA – Sarasehan Widi Coastal Festival (WCF) 2023 bertajuk “Eco-Edu Sustainambe Tourisme”, bakal dilaksanakan di Hotel Bela International Ternate, Rabu (9/8).
Sarasehan ini bakal menghadirkan keynote speaker Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI Sandiaga Uno, Nazlatan Ukhra Kasuba (CEO Widi Coastal), Paul Spencer Sochaczewski (Peneliti Ali Walaace & Konservasi), Tahmid Wahab (Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Maluku Utara), Abdullah Assagaf (Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Maluku Utara), dan M Djanib Achmad (Akademisi Unkhair). Sarasehan tersebut dipandu Thamrin Ali Ibrahim selaku moderator.

Sebagaimana kita ketahui bahwa Kepulauan Widi merupakan salah satu gigisan kepulauan yang terletak di Kabupaten Halmahera Selatan atau sebelah Tenggara Pulau Halmahera yang merupakan sekumpulan gugusan pulau yang berjumlah sekitar 100 pulau kecil tanpa penghuni kecuali hanya satu pulau yang dihuni yaitu Pulau Daga Kecil dengan jumlah 15 kepala keluarga,” ujar Nazlatan, Selasa (8/8).
Menurutnya, Kepulauan Widi memiliki potensi alam pantai atau pesisir yang sangat memukau, sehingga tak mengherankan jika ada yang menyamakannya dengan Maladewa atau Maldives atau Raja Ampat di Papua.
Dengan potensi yang dimiliki tersebut, kata dia, maka tidak mengherankan jika Kepulauan Widi menjadi daya tarik bagi kunjungan wisatawan untuk sekadar diving, snorkeling, dan lain sebagainya sembari menikmati keindahan bawah laut dengan kondisi terumbu karangnya yang mempesona dan menjadi rumah bagi berbagai biota laut termasuk ikan-ikan yang berlimpah.
Kelimpahan ikan inilah pada tahun 2017 silam diselenggarakan Widi International Fishing Tournament (WIFT). Seolah mengulang kesuksesan WIFT 2017 silam, Pemerintah Provinsi Maluku Utara kini menggelar Widi Coastal Festival (WCF) yang bertujuan untuk mengembangkan potensi pariwisata berbasis edukasi dan lingkungan secara berkelanjutan (eco edu sustainable tourism).
“Di masa depan, Kepulauan Widi diharapkan menjadi destinasi wisata yang ramai dikunjungi wisatawan, baik domestik maupun mancanegara termasuk pula wisatawan lokal yang berkunjung ke tempat ini dengan berbagai motivasi yang melatarinya. Ada yang sekadar mengisi waktu senggang di tengah kesibukan rutinitas, kajian dan riset ataupun minat khusus lainnya (special interest),” tuturnya.
Nazlatan mengatakan, ada hal menarik dari yang disebutkan terakhir ini, sebagaimana diketahui bersama bahwa daerah Provinsi Maluku Utara memiliki keunikan tersendiri yang tentu tak sama dengan Bali ataupun daerah lainnya dalam urusan destinasi. Hal demikian membuat Maluku Utara menjadi spesial yang melatari motif kunjungan para wisatawan mancanegara khususnya, di antaranya adalah kekayaan kenekaragaman hayati (biodiversity) yang menjadi alasan tersendiri yang mampu mendorong minat wisatawan mancanegara untuk berkunjung ke provinsi yang kaya akan sejarah dan keanekaragaman sumber daya alamnya tersebut.
“Sebut saja untuk tematik tertentu yang mampu menjadikan provinsi ini memiliki daya tarik yang istimewa dari daerah-daerah lainnya di Nusantara, seperti wisata minat khusus yang berkaitan dengan wisata ilmiah atau napak tilas jejak ilmuan dunia yang menjadikan daerah ini sebagai bagian yang diperhitungkan dalam sejarah ilmu pengetahuan modern (sejarah alam dan biologi modern, etnografi, culture study, antropologi, dan lain-lain) hingga para penjelajah yang pernah menyinggahi berbagai pulau di provinsi ini,” jelas Nazlatan.
Selain nama yang begitu populer dikenal dunia seperti Alfred Russel Wallace seorang naturalis dari Inggris (baca: The Malay Archipelago), Heinrich Agathon Bernstein seorang naturalis dan penjelajah asal Jerman (baca: Natural History Museum, Leiden), Antonio Pigafetta seorang ilmuan dan penjelajah dari Itali (baca: The First Voyage Round The World by Magellan), Thomas Forrest asal Britania Raya (baca A Voyage to New Giinea and the Moluccas 1774-1776), dan masih banyak lagi lainnya.
Dalam kaitannya dengan Widi Coastal Festival (WCF), maka hal tersebut merupakan peluang guna meningkatkan nilai tambah dan perluasan rantai nilai (value chain), proses produksi serta distribusi dari pengelolaan aset dan akses potensi sumber daya alam (SDA), geografis, wilayah dan sumber daya manusia melalui penciptaan kegiatan ekonomi yang terintegrasi dan sinergis dalam sistem zonasi pertumbuhan ekonomi daerah.
“Di lain segi juga ikut mendorong terwujudnya peningkatan efisiensi dan efektifitas produksi dan pemasaran serta interaksi pasar lokal, nasional dan global dalam rangka penguatan daya saing. Dan, tak kalah pentingnya lagi adalah ikut mendorong penguatan sistem inovasi dari sisi produksi, proses dan pemasaran untuk penguatan daya saing serta sinergis dengan prinsip ekonomi berkelanjutan berbasis kearifan lokal, budaya dan lingkungan ekologis,” papar Nazlatan.
Dalam kaitannya dengan dunia kepariwisataan, pariwisata adalah dunia industry. Oleh sebab itu diperlukan gagasan baru yang kreatif dan inovatif yang mampu menjawab dinamika dan problematika persoalan kepariwisataan masa kini sembari menemukan peluang di masa akan datang untuk meningkatkan kualitas dan kesejahteraan hidup masyarakat tempatan tentunya.
“Sarasehan dan expo ekonomi kreatif yang dilaksanakan secara bersamaan ini adalah salah satu solusi kreatif dan sebuah upaya untuk menjawab tantangan tersebut. Kepariwisataan dan ekonomi kreatif sangat diperlukan sebagai strategi pengelolaan potensi daerah yang kaya akan destinasi wisatanya yang tersebar pada beberapa lokus dengan keragaman dan keunikan yang potensial untuk dikembangkan secara profesional dan berdampak bagi kesejahteraan masyarakat tempatan secara berkelanjutan yang berbasis pada prinsip edukasi dan ekologis (eco-edu sustainable tourism perspectife),” pungkasnya. (tan)