Opini  

Melanjutkan Perjuangan II

Oleh: Isman Baharuddin
Pegiat Pilas

_____________________

Bukan hitam atau putih bulu kucing, tetapi apakah si kucing bisa menangkap tikus?’. Deng Xiong Ping (dalam Arge, 2002)

TULISAN sederhana ini merupakan lanjutan dari tulisan sebelumnya yang saya tulis setelah Sherly Tjoanda memantapkan diri untuk mengganti mendiang suaminya pada pertarungan pemilihan kepala daerah (Pilkada) Maluku Utara 2024, dengan judul ‘Melanjutkan Perjuangan’. Sherly Tjoanda, perempuan pertama yang melakukan terobosan sehingga menyadarkan elite politik lokal dari tidur panjang, dengan gaya politik lama.

Setelah melewati klaim bersalah yang tidak dapat dibenarkan, Sherly-Sarbin ditetapkan sebagai pemenang pada kompetisi Pilkada, sesuai dengan keputusan KPU Malut pada 06 Februari 2025. Harus legowo dalam menerima kekalahan, langkah yang harus diambil sekarang adalah mengawal kerja-kerja yang telah dijanjikan selama masa kampanye, yang juga turut berkontribusi dalam memenangkan pertarungan.

Janji yang ditawarkan dalam visi pemilik nomor urut 04 saat pemilihan tersebut yakni ‘Menjaga keberagaman dan pemerataan pembangunan bersama Maluku Utara bangkit, maju, sejahtera dan berkeadilan’. Untuk mencapai tujuan tersebut didukung dengan misi, meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dengan menyediakan pendidikan dan kesehatan gratis, serta memastikan tenaga medis dan guru berkualitas tersedia. Bakal mendorong kemandirian ekonomi melalui hilirisasi sektor unggulan dan pelatihan keterampilan. Mereka berkomitmen bakal menjadi pemerintahan yang transparan dan bebas korupsi.

Selain itu, pemenang kompetisi ini juga akan menjaga keamanan, hukum, dan ekonomi dengan mengatasi konflik sosial dan mengendalikan inflasi. Bakal memperkuat ketahanan sosial budaya dan lingkungan serta membangun infrastruktur yang berkelanjutan dan merata.

Sebagai masyarakat yang menjadi dampak kepemimpinan, sudah sepatutnya mengawal janji tersebut, sekalipun dibarengi dengan rasa pesimis. Besar harapan Sherly-Sarbin dapat melakukan terobosan sebagaimana saat bertarung, mengeluarkan Malut dari ketimpangan sosial pada masyarakat yang dikepung tambang, sekaligus melindungi masyarakat yang ingin mempertahankan tanah mereka dari korporasi.

Keinginan dapat mengeluarkan Malut dari zona merah, wilayah dengan sangat potensial korupsi. Sebagaimana hasil survei penilaian integritas (SPI) yang dilakukan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada 22 Januari lalu, Malut meraih skor 57,35 hanya naik 0,56 dari tahun lalu (Sumber: KPK). Dengan angka tersebut menginformasikan bahwa Pemda yang ada di Malut sangat rentan dengan praktek korupsi, mulai dari jual-beli jabatan, pengadaan barang/jasa, intervensi, maupun gratifikasi. Salah satu pekerjaan rumah (PR) bagi Sherly-Sarbin untuk melepaskan pelabelan itu, sesuai dengan misi mereka pada poin ke-3.

Semoga lima tahun mendatang, besar harapan dapat melakukan perubahan yang signifikan. Kita percaya pelaku perubahan bisa lahir dari siapa saja, sebab identitas masih bisa dinegosiasi tidak dengan kebijakan yang berkeadilan. Meminjam kata Deng Xiong Ping pada kalimat penutup dari tulisan sebelumnya, dan menjadi pembuka pada tulisan ini, ‘Bukan hitam atau putih bulu kucing, tetapi apakah si kucing bisa menangkap tikus?’.

Tikus sebagai biang rusaknya pakaian, buku, dan barang lainnya di dalam rumah, sudah sepatutnya dimusnahkan, kucing menjadi salah satu harapan. Ketakutan terbesar ketika kucing tidak lagi menjadi ancaman nyata bagi tikus, yang demikian hanya kita dapati pada karya Gene Deitch, Tom & Jerry yang cukup populer pada masanya.

Pemimpin lahir dari sembarang suku, ras, agama atau pun jenis kelamin. Harapannya bisa menjadi pembela rakyat pada segala macam masalah, melahirkan kebijakan yang tidak pro kelompok elite, menolak oligarki, serta praktek ketimpangan lain yang kita tahu tapi belum menyadarinya.

Semoga saja Sherly-Sarbin memiliki kesadaran, sebagaimana yang dimaksud Anthony Giddens (1984) selalu bernilai positif bagi masyarakat Malut. Baik motivasi tak sadar (unconscious motives), kesadaran praktis (practical conciousness), dan kesadaran diskursif (discursive conscious).

Semoga!

Exit mobile version