Opini  

Ketegangan Israel-Iran Dongkrak Saham Bahan Baku dan Komoditas Indonesia 

Oleh: Sumiati Abdullah

___________________

PADA tanggal 13 Juni 2025, Israel melancarkan serangan udara dan operasi intelijen luas yang diberi sandi operasi rising lion, menargetkan fasilitas nuklir, kompleks rudal, markas militer, dan lapisan bawah tanah Iran. Kemudian adanya balasan dari Iran untuk membalas serangan Israel dengan meluncurkan ratusan rudal dan drone ke arah target-target strategis di Israel, termasuk Kota Tel Aviv, Yerusalem, Haifah, dan Beersheba. Korban jiwa dan kerusakan atas konflik ini telah menyebabkan korban jiwa dan kerusakan infrastruktur di kedua negara. Di Iran, setidaknya 585 orang tewas dan lebih dari 1.300 terluka, sementara di Israel, terdapat laporan tentang korban jiwa dan luka-luka. Dukungan internasional Amerika Serikat telah memberikan dukungan kepada Israel, dengan Presiden Donal Trump memerintahkan serangan udara langsung terhadap tiga situs nuklir utama Iran. Uni Eropa dan G7 juga telah mengeluarkan pernyataan yang mendukung hak pembelaan diri Israel. Program nuklir Iran, konflik ini juga terkait dengan program nuklir Iran, yang telah menjadi sumber ketegangan antara Iran dan negara-negara barat. Israel khawatir bahwa program nuklir Iran akan menjadi ancaman bagi keberadaannya. Sejarah menunjukkan konflik antara Iran dan Israel memiliki akar sejarah yang kompleks, termasuk perubahan politik di Iran pada 1997 yang membuat negara tersebut memutus hubungan diplomatik dengan Israel. Dan eskalasi, konflik ini telah memicu dampak geopolitik yang luas, termasuk peningkatan ketegangan di timur tengah dan kemungkinan eskalasi lebih lanjut. (wikipedia.com)

Konflik antara Iran dan Israel merupakan contoh benturan dua identitas nasional yang sama-sama merasa martabatnya terancam dan didorong oleh tuntutan kuat akan pengakuan. Berikut beberapa analisis tentang konflik antara Israel dan Iran: Iran memiliki sejarah kelam dengan investasi asing, terutama oleh barat, yang membuat mereka merasa martabat nasionalnya terinjak-injak. Revolusi Islam 1979 menjadi titik balik bagi Iran untuk mengembalikan martabatnya sebagai peradaban besar yang mandiri. Dan Israel, di sisi lain, memiliki trauma Holokaus dan sejarah persekusi orang Yahudi yang membuat mereka sangat sensitif terhadap ancaman eksistensial. Dan motivasi dibalik konflik di antaranya:

Iran:

-Ingin diakui sebagai kekuatan regional yang setara atau bahkan superior

-Menantang tatanan regional yang didominasi barat

-Serangan ke Israel merupakan simbol untuk memukul balik kekuatan-kekuatan yang pernah merendahkan martabatnya.

Israel:

-Ingin memastikan keamanan eksistensial dan pengakuan atas hak eksistensinya

-Memandang ancaman dari Iran sebagai serangan langsung terhadap martabat dasarnya untuk hidup

-Respons militer Israel merupakan penegasan kembali martabat dan penolakan untuk kembali menjadi korban yang tidak berdaya. (potretonline.com)

Adapun ketegangan antara Israel dan Iran dapat berdampak pada pasar saham dan komoditas di Indonesia. Berikut beberapa analisis tentang potensi dampaknya:

Saham yang diuntungkan:

Saham energi batu bara: kenaikan harga minyak dan gas dapat meningkatkan pendapatan perusahaan-perusahaan energi dan batu bara. Saham-saham yang berpotensi diuntungkan adalah: PT Adero Energy Indonesia Tbk (ADRO), PT Tambang Raya Mega Tbk (ITMG), PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC), PT Perusahan Gas Negara Tbk (PGAS)

Saham Bahan Baku Produsen Besi dan Baja

Kenaikan harga bahan baku dapat meningkatkan pendapatan perusahaan-perusahaan produsen besi dan baja.

Saham yang terdampak negatif 

Saham konsumer dan teknologi:

Konflik dapat mengganggu distribusi bahan baku global, sehingga berdampak negatif pada saham-saham konsumer dan teknologi.

Saham dengan bahan baku impor:

Pelemahan rupiah dapat meningkatkan biaya impor, sehingga berdampak negatif pada perusahaan-perusahaan yang bergantung pada bahan baku impor.

Komoditas:

Emas: ketegangan geopolitik dapat meningkatkan pemintaan emas sebagai aset-aset haven, sehingga harga emas berpotensi naik.

Minyak: konflik di timur tengah dapat menganggu produksi dan distribusi minyak, sehingga harga minyak berpotensi naik.

Batu bara: kenaikan harga batu bara dapat meningkatkan pendapatan perusahaan-perusahaan batu bara.

Dampak pada ekonomi Indonesia:

Pelemahan rupiah: ketegangan geopolitik dapat meningkatkan permintaan dolar AS, sehingga rupiah berpotensi melemah.

Kenaikan harga pangan: konflik dapat meningkatkan harga pangan global, sehingga berdampak pada inflasi di Indonesia.

Biaya logistik: konflik di laut merah dapat meningkatkan biaya logistik untuk ekspos ke Eropa, sehingga berdampak pada aktivitas ekspos Indonesia. (validnews.id)

Dunia, butuh diatur secara UNIPOLAR oleh kekuatan yang memang berorientasi untuk memanusiakan manusia, mengembalikan manusia pada fitrah, sebagai hamba Allah SWT yang memiliki visi untuk beribadah kepada Allah SWT, sekaligus memakmurkan bumi.

Era UNIPOLAR yang dipimpin oleh institusi Khilafah, Insyaallah sebentar lagi akan tegak, dalam waktu yang tidak terlalu lama. Keyakinan Khilafah akan segera tegak. Serangan Iran menguatkan mental umat Islam sebagai Khairu Ummah dan akan memantik persatuan global. Dan tentu saja, umat Islam dunia hanya bisa disatukan dengan institusi Khilafah, sebagaimana dahulu umat Islam disatukan dengan Khilafah. (*)

Exit mobile version