Opini  

Strategi Mitigasi Risiko dalam Usaha Transportasi Laut Lokal (Ternate-Jailolo)

Oleh: M Satmal Umasangaji
Mahasiswa Prodi Manajemen Fakultas Ekonomi Unkhair

________________________

TRANSPORTASI laut di Maluku Utara adalah harapan mutlak dari akses perjalanan masyarakat. Pelayanan transportasi laut khususnya rute Ternate–Jailolo mencakup layanan dengan speed boat, kapal cepat, maupun kapal kayu. Strategi mitigasi risiko untuk usaha transportasi laut lokal pada rute Ternate–Jailolo merupakan sebuah pendekatan sistematis yang bertujuan untuk meminimalkan dampak buruk dari risiko-risiko yang dapat mengganggu keselamatan, operasional, serta keberlanjutan usaha tersebut. Dalam konteks ini, mitigasi risiko berarti melakukan antisipasi secara dini terhadap potensi ancaman, baik yang bersifat teknis, lingkungan, maupun manusiawi, serta mengembangkan langkah-langkah yang mampu mengurangi kemungkinan terjadinya kerugian, kecelakaan, atau hambatan dalam pelaksanaan layanan.

Mitigasi risiko dalam usaha transportasi laut dapat dipahami sebagai rangkaian tindakan pencegahan dan pengendalian terhadap bahaya yang dapat mempengaruhi kapal, awak, penumpang, maupun keberlangsungan kegiatan usaha. Hal ini dapat juga merujuk pada upaya sadar untuk mengelola ketidakpastian yang berkaitan dengan cuaca, kondisi laut, keandalan kapal, kesiapan kru, serta dukungan infrastruktur di pelabuhan. Rute Ternate–Jailolo, yang dilalui setiap hari dan menjadi jalur utama masyarakat antar pulau, pengelolaan risiko harus disesuaikan dengan karakteristik lokal, termasuk kondisi geografis, cuaca tropis yang berubah cepat, serta jenis armada yang digunakan.

Tantangan utama yang muncul dalam usaha ini sering kali berkaitan dengan adanya kesenjangan antara standar keselamatan ideal dengan praktik operasional di lapangan. Sebagai contoh, kapal kayu yang masih banyak digunakan oleh masyarakat setempat umumnya belum dilengkapi dengan perlengkapan keselamatan yang memadai. Sementara itu, speed boat dan kapal cepat meski memiliki keunggulan dalam kecepatan, sering kali dioperasikan dengan tekanan waktu yang tinggi, sehingga aspek pemeliharaan teknis dan pelatihan kru menjadi kurang diperhatikan. Gap lainnya muncul dalam hal informasi cuaca, di mana pelaku usaha kerap kali tidak memiliki akses langsung atau real-time terhadap data kondisi laut, yang sangat penting dalam menentukan kelayakan pelayaran.

Masalah lain yang turut memengaruhi adalah rendahnya kesadaran keselamatan di kalangan pengguna jasa maupun operator kapal. Masih sering ditemukan penumpang yang tidak menggunakan pelampung, kapal yang kelebihan muatan, serta kurangnya inspeksi rutin dari pihak terkait. Selain itu, belum adanya sistem manajemen risiko yang terstruktur juga menjadi kendala dalam menjawab kebutuhan operasional yang aman dan andal. Kurangnya koordinasi antara pelaku usaha, instansi pelabuhan, dan lembaga cuaca membuat respons terhadap keadaan darurat menjadi lambat dan tidak terorganisir.

Untuk menghadapi kondisi tersebut, strategi mitigasi yang efektif perlu dirancang secara kontekstual dan menyeluruh, dengan memperhatikan perbedaan karakteristik tiap jenis kapal. Diperlukan langkah peningkatan kapasitas teknis, edukasi keselamatan bagi penumpang dan operator, sistem peringatan dini cuaca, hingga regulasi lokal yang mengatur standar minimal pelayaran untuk kapal kayu maupun kapal cepat. Dengan adanya strategi yang terintegrasi dan berbasis risiko, pelayanan transportasi laut di jalur Ternate–Jailolo dapat menjadi lebih aman, efisien, dan berdaya saing dalam mendukung konektivitas antar wilayah di Maluku Utara. Mengingat bahwa transportasi laut adalah sarana harapan dari pelayanan transportasi Masyarakat kepulauan seperti Maluku Utara. (*)

Exit mobile version