Daerah  

PT Harta Samudera Diduga Curangi Nelayan Morotai

Hearing nelayan tuna dan Pemkab Morotai. (Zunajar/NMG)

DARUBA, NUANSA – PT Harta Samudera diduga bermain curang saat melakukan identifikasi mutu daging ikan tuna segar (checker) milik nelayan Pulau Morotai. Sistem checker yang dilakukan oleh pihak perusahaan pembeli ikan tuna di Morotai ini selalu dikeluhkan oleh nelayan setempat.

Bagaimana tidak, sebagai pembeli tunggal ikan tuna di Morotai, PT Harta Samudera nampaknya selalu bersikap semena-mena terhadap penentuan kualitas ikan tuna milik nelayan. Penentuan kualitas daging tuna di Morotai memang hanya diukur antara kualitas ekspor dan lokal dengan harga masing-masing Rp37 ribu untuk ekspor dan lokal Rp20 ribu per kilo. Penentuan grade terbaik atau buruknya daging tuna milik nelayan ini hanya bisa diputuskan oleh pihak perusahaan.

Sehingga itu, para nelayan mengaku hasil checker yang dilakukan oleh pihak perusahaan selalu tidak sesuai dan merugikan nelayan, lantaran lebih dari separuh hasil tangkapan selalu ditetapkan dengan harga lokal. Selain itu, sistem checker juga tidak langsung dilakukan saat hasil tangkapan berlabuh di daratan. Nelayan harus menunggu beberapa hari setelah ikan tuna ditampung di perusahaan untuk mengetahui hasil checker tersebut. Dengan demikian, kualitas daging tuna juga dipastikan menurun drastis karena penundaan proses checker yang dilakukan oleh pihak perusahaan.

Torang ini saya bilang seperti kucing dalam karung, karena torang punya ikan saat dari nelayan bawa ke SKPT, nanti dua sampai tiga hari baru torang dapat sampel hasil, dan itu semuanya lokal (tidak sesuai grade),” ujar Yan Fonae, salah satu nelayan saat menggelar hearing dengan Bupati Rusli Sibua dan sejumlah OPD, Selasa (29/4).

Ia mengaku, biasanya jika nelayan mendapatkan hasil tangkapan sebanyak 10 ekor, pihak perusahaan seringkali menetapkan 8 ekor di antaranya berkualitas lokal.

“Makanya itu di forum ini saya minta supaya ada solusi untuk nelayan. Torang minta walaupun ikan itu belum dibayar saat dibawa ke perusahaan, tapi checker itu di lapangan supaya kita sudah tahu persis ikan kita itu kualitasnya apakah masuk (ekspor) ataukah lokal. Kalau dulu seperti itu, sekarang sudah berbeda,” jelasnya.

Menanggapi hal itu, Wakil Bupati Rio Christian Pawane mengaku, saat ini beberapa perusahaan perikanan berkeinginan untuk berinvestasi di Morotai. Pemkab Morotai sedang berupaya mendatangkan sejumlah perusahaan pembeli ikan agar tak ada monopoli harga jual ikan di Morotai.

“Sekarang kan nanti ada perusahaan-perusahaan lain juga akan masuk, jadi nanti harga itu pasti akan bersaing dan prosedur checker, nanti torang dari Pemda tekankan supaya sesuai,” pungkasnya. (ula/tan)

Exit mobile version