Opini  

Kecerdasan Buatan Merusak Pola Pikir Generasi 

Oleh: Rifaldi Sofyan 

________________________

PENGGUNAAN kecerdasan buatan (AI) dalam kehidupan sehari-hari, terutama di kalangan generasi muda, membawa dampak signifikan terhadap pola pikir mereka. Meskipun AI menawarkan kemudahan dan efisiensi, ketergantungan berlebihan dapat mengikis kemampuan berpikir kritis dan kreatif yang esensial dalam perkembangan intelektual.

Menurut Yuval Noah Harari, manusia di abad ke-21 ini hanya dijadikan robot sebagai sarana untuk mencerminkan kekhawatiran terhadap dampak perkembangan teknologi. Hal ini jelas bahwa akan menimbulkan skizofrenia yang serius terhadap generasi dan masyarakat.

Penurunan Kemampuan Berpikir Kritis dan Mandiri bagi Generasi 

Generasi muda cenderung mengandalkan AI untuk menyelesaikan tugas akademik, seperti menulis esai atau menjawab soal bahkan dalam pembuatan proposal dan skripsi hanya mengandalkan kecerdasan buatan (Al). Hal ini mengurangi kesempatan mereka untuk berpikir mendalam, menganalisis informasi, dan mencari solusi secara mandiri. Akibatnya, kemampuan berpikir kritis mereka menjadi tumpul dan kurang berkembang.

Menurut Aristoteles, kecerdasan bukan hanya tentang kemampuan berpikir logis, tetapi juga tentang bagaimana menerapkan pengetahuan untuk hidup yang baik dan bermoral. Hal ini jelas bahwa di era modernisasi ini banyak generasi muda yang terhipnotis dengan dunia teknologi sehingga mereka hanya menginginkan sesuatu dengan instan tanpa melalui proses panjang sehingga merusak cara merusak pola pikir mereka sendiri.

Kehilangan Kreativitas dan Orisinalitas

Penggunaan AI dalam proses kreatif, seperti desain atau penulisan, dapat menyebabkan “design fixation“, di mana pengguna terfokus pada contoh awal yang diberikan oleh AI dan menghasilkan ide yang kurang bervariasi dan orisinal. Hal ini menunjukkan bahwa AI dapat membatasi kreativitas dan pemikiran divergen generasi muda.

Ketergantungan yang Mengurangi Kemandirian

Mahasiswa yang terbiasa menggunakan AI dalam mengerjakan tugas-tugasnya mungkin kesulitan berpikir kritis ketika diminta mengerjakan tugas tanpa bantuan AI. Hal ini dapat mengikis kreativitas dan menyebabkan rasa malas, minat baca buku pun sangat minim karena semua jawaban yang dibutuhkan sudah disediakan oleh AI.

Risiko Manipulasi dan Misinformasi

AI dapat digunakan untuk menyebarkan informasi yang salah atau bahkan memanipulasi opini publik. Generasi muda yang tidak teliti dapat menjadi korban misinformasi atau manipulasi yang berbahaya dan memberikan dampak terhadap kepercayaa media dan merusak kepercayaan masyarakat terhadap media dan sumber informasi tradisional, memperumit upaya untuk menyebarkan informasi yang benar dan akurat.

Meskipun AI menawarkan berbagai kemudahan, penting untuk menggunakannya dengan bijaksana. Tanpa pengawasan yang tepat, AI dapat merusak pola pikir generasi muda dengan mengurangi kemampuan berpikir kritis, kreativitas, dan kemandirian. Oleh karena itu, pendidikan literasi digital dan pengaturan penggunaan AI yang bijaksana sangat diperlukan untuk memastikan bahwa teknologi ini menjadi alat bantu yang memperkaya proses berpikir manusia, bukan menggantikannya, sehingga tidak menimbulkan skizofrenia yang serius terhadap generasi dan masyarakat. (*)