google.com, pub-1253583969328381, DIRECT, f08c47fec0942fa0

Opini  

Nasib Pilu Gaza, Kebutuhan akan Khilafah Makin Mendesak

Oleh: Istiqamah Mansur

____________________

google.com, pub-1253583969328381, DIRECT, f08c47fec0942fa0

TRAGEDI kemanusiaan yang tak kunjung usai kembali terjadi di Gaza. Wilayah yang telah lama menjadi saksi penderitaan rakyat Palestina kini kembali dilanda kekejaman tanpa batas dari penjajah Zionis Israel. Aksi brutal ini tak hanya mengorbankan ribuan nyawa sipil, termasuk perempuan dan anak-anak, tetapi juga berupaya membungkam suara perjuangan dengan membunuh para jurnalis yang meliput kebenaran. Dalam beberapa pekan terakhir, dunia dikejutkan dengan pembunuhan keji terhadap lima jurnalis Al Jazeera oleh pasukan Israel di Gaza. Sekretaris Jenderal PBB, António Guterres, mengecam keras tindakan tersebut dan menyebutnya sebagai pelanggaran berat terhadap hukum internasional. Tindakan ini bukan semata-mata pembunuhan individu, melainkan upaya sistematis untuk membungkam suara kebenaran yang mengabarkan kebiadaban penjajahan Zionis. Ketika suara media dibungkam, genosida menjadi sunyi senyap. Ini adalah bentuk perang informasi, di mana kebenaran dibunuh bersamaan dengan pembawa kabarnya. Tak hanya pembunuhan jurnalis, kondisi kemanusiaan di Gaza juga kian memburuk. Lebih dari satu juta perempuan dan anak perempuan kini menghadapi kelaparan massal yang mengerikan akibat blokade dan serangan brutal Israel. Serangan tanpa pandang bulu terus terjadi, memperlihatkan kebrutalan yang tidak mengenal belas kasih. Krisis kemanusiaan semakin memburuk, dengan korban meninggal akibat kelaparan di Gaza dilaporkan mencapai 217 jiwa hingga pertengahan Agustus.

Di tengah derita yang tak berkesudahan, dunia seakan memilih untuk menutup mata. Resolusi demi resolusi yang dilahirkan lembaga internasional hanyalah kertas tanpa makna, tak mampu menghentikan penindasan yang berlangsung setiap hari. Gaza, yang semestinya menjadi perhatian utama, justru dibiarkan seolah bukan bagian dari masalah global. Ironisnya, negara-negara muslim dan adidaya justru terus memasok senjata dan dukungan politik kepada penjajah Zionis, memperpanjang penderitaan rakyat Palestina.

Bahkan di dalam negeri Israel sendiri, sebagian rakyatnya mulai menyadari kekejaman ini dan turun ke jalan mendesak penghentian perang. Namun, suara mereka belum cukup untuk menghentikan ambisi gila pemimpin mereka, termasuk wacana relokasi penduduk Gaza yang makin mempertegas niat jahat penjajahan tersebut. Di tengah tragedi kemanusiaan ini, dunia Islam justru terlihat lumpuh. Tidak satu pun dari penguasa negeri-negeri Muslim mengirimkan pasukan atau menunjukkan langkah nyata untuk membela Gaza. Mereka terdiam, terjerat oleh nasionalisme sempit dan cinta dunia. Diam mereka adalah pengkhianatan terhadap rakyat Palestina dan terhadap ajaran Islam sendiri.

Namun demikian, penderitaan ini bukan akhir dari segalanya. Setiap tetes darah syuhada di Gaza justru menjadi penyubur semangat perlawanan. Anak-anak Gaza tumbuh dengan kesadaran bahwa mereka adalah penjaga tanah suci yang diberkahi. Meski mereka hidup di bawah reruntuhan bangunan dan bayang-bayang kematian, keyakinan mereka kepada Allah SWT membuat hati mereka lebih kokoh daripada benteng baja. Sejarah membuktikan, kekuatan rakyat palestina yang didorong oleh iman tak akan pernah padam. Meski jurnalis dibunuh dan suara dibungkam, perjuangan rakyat Gaza terus menyala. Mereka sadar bahwa tanah Gaza adalah tanah yang diberkahi, dan menjaga tanah itu adalah kemuliaan yang tak dapat ditukar dengan apapun. Oleh karena itu, umat Islam di seluruh dunia wajib menolong mereka, bukan hanya dengan doa dan donasi, tapi dengan mengobarkan perjuangan politik dan ideologis untuk mewujudkan solusi sejati yaitu jihad fi sabilillah dan pentingnya Khilafah Islamiyah.

Khilafah bukan hanya sistem pemerintahan, tetapi institusi global yang menyatukan umat, memimpin jihad membebaskan tanah-tanah Islam yang terjajah, serta membela kehormatan umat dari kezaliman penjajah. Tanpa Khilafah, suara umat hanya menjadi seruan kosong yang tak mampu mengubah keadaan. Kini, membangun kesadaran umat tentang pentingnya Khilafah dan jihad adalah hal yang tak bisa ditunda. Aktivitas dakwah bersama jamaah dakwah ideologis menjadi kebutuhan yang mendesak. Umat harus dibangkitkan dari tidur panjangnya dan disatukan dalam perjuangan politik yang terorganisir untuk membangun kembali sistem Islam yang mulia.

Sebagai umat Muslim, kita diajarkan untuk merasakan penderitaan saudara kita seolah-olah tubuh ini satu kesatuan: bila satu bagian sakit, yang lain ikut merasakan sakit. Nasib pilu rakyat Gaza adalah ujian besar, tidak hanya bagi mereka, tetapi juga bagi kita yang hidup dalam keadaan lebih aman. Gaza hari ini adalah potret nyata kezaliman dunia dan kelumpuhan umat Islam. Tetapi harapan belum padam. Dengan semangat jihad dan kesadaran akan pentingnya Khilafah, umat ini akan bangkit, dan Palestina termasuk Gaza akan dibebaskan sebagaimana ia dibebaskan oleh para khalifah terdahulu. Saatnya umat menjawab seruan Gaza, bukan hanya dengan air mata, tetapi dengan langkah nyata. Umat Islam di seluruh dunia tak boleh lagi terjebak dalam kebisuan. Sudah saatnya umat bersatu, menyingkirkan sekat-sekat nasionalisme, dan kembali kepada identitas sejati sebagai umat yang satu. Dengan iman, jihad, dan Khilafah, penderitaan Gaza akan berakhir. Sebab, hanya dengan persatuan umat di bawah satu kepemimpinan Islam, tanah Palestina akan terbebas, dan kehormatan kaum Muslimin kembali terjaga. Wallahualam bissawab. (*)

google.com, pub-1253583969328381, DIRECT, f08c47fec0942fa0
Exit mobile version