TERNATE, NUANSA – Direktur PT Novavil Mutiara Utama, Mustafa Yasin, membantah isu penelantaran calon jemaah umrah yang gagal berangkat ke tanah suci. Menurutnya, kabar tersebut tidak benar dan sudah disampaikan sebelumnya.
Mustafa menegaskan, jemaah yang memutuskan kembali ke Ternate bukanlah paksaan, melainkan inisiatif pribadi masing-masing.
“Jadi saya tegaskan mereka ini pulang inisiatif sendiri, bukan kesepakatan travel,” ujar Mustafa, Kamis (18/9).
Ia menjelaskan, total calon jemaah umrah yang terdaftar berjumlah 31 orang, dan 29 di antaranya berasal dari Ternate. Dua orang berasal dari Manado, sebagian tetap berangkat ke tanah suci sesuai jadwal keberangkatan yang ditentukan.
Mustafa menambahkan, perusahaan setiap tahun menjalankan program khusus bernama “Umrah Gemilang” dengan jadwal rutin bulan Oktober.
Pada tahun 2024, lanjut dia, program tersebut mencatatkan keberangkatan 850 jemaah secara nasional, termasuk 500 dari Maluku Utara.
Namun akibat musibah internal perusahaan, kata dia, terdapat 250 jemaah mengalami penundaan keberangkatan yang akhirnya dijadwalkan bertahap.
“Sebanyak 164 jemaah sudah berangkat pada akhir 2024 hingga awal 2025, sisanya 86 jemaah menunggu,” katanya.
Dari 86 jemaah tersisa tersebut, perusahaan membagi jadwal keberangkatan menjadi tiga kloter khusus pada Agustus 2025.
“Kloter Sofifi berangkat 5 Agustus, Halmahera Timur 26 Agustus, Halmahera Tengah dan Tidore 30 Agustus,” terang Mustafa.
Meski demikian, ia menyampaikan, kloter Sofifi mengalami kendala penerbitan visa karena adanya regulasi baru Arab Saudi. Sistem tersebut mengharuskan pembayaran hotel, tiket, dan makan sebelum visa diterbitkan melalui platform resmi terintegrasi.
Akibat kendala itu, jadwal keberangkatan Sofifi sempat mengalami empat kali penundaan yang merugikan perusahaan.
“Kami rugi pembelian tiket hingga Rp3,5 juta per jemaah ditambah hotel hangus,” ujar Mustafa.
Keterlambatan itu berdampak pada kloter Halmahera Timur yang ikut mengalami penundaan perjalanan ke tanah suci. Namun, Mustafa menegaskan, perusahaan tetap menjalankan kewajiban memberangkatkan jemaah sesuai jadwal yang sudah ditetapkan.
Lebih lanjut, sambung Mustafa, beberapa jemaah memilih kembali ke Ternate meskipun telah diminta menunggu proses penerbitan visa di Jakarta.
“Kalaupun ada yang balik, semua biaya ditanggung sendiri karena bukan instruksi perusahaan,” ujarnya.
Ia mengaku, telah bertemu dengan jemaah dan pihak Kemenag untuk membahas kendala keberangkatan tersebut.
“Sudah ada penjelasan resmi, perusahaan tetap berusaha memberangkatkan jamaah sesuai prosedur dan aturan,” ujarnya.
Ia juga membantah keras kabar adanya biaya tambahan Rp10 juta kepada jemaah umrah.
“Soal biaya tambahan Rp10 juta itu tidak benar, semua bukti jelas ada,” tandasnya. (gon/tan)