google.com, pub-1253583969328381, DIRECT, f08c47fec0942fa0

Opini  

Darurat! Keindahan Talaga Rano jadi Target Proyek Geothermal ‎

Oleh: Julya Enjelina May

_____________

google.com, pub-1253583969328381, DIRECT, f08c47fec0942fa0

‎TALAGA Rano terbentuk dari aktivitas vulkanologi ribuan tahun lalu. Telaga ini dikelilingi tebing yang dipenuhi pepohonan lebat dengan ketinggian lebih dari 300m. Soal potensi yang dimiliki Talaga Rano, selain alam hutan yang masih alami, juga pemandangan yang sangat eksotis. Di dalam telaga, ada pulau kecil yang indah sebagai pemanis bagi pengunjung yang ingin berswafoto.

Talaga Rano selain memiliki panorama indah, juga ada luapan air panas dari bibir talaga. Sesekali terdengar ledakan seperti letusan gunung api saat malam hari ikut mengeluarkan api pada titik lubang seperti magma. Hutan Talaga Rano juga punya dua sungai aktif dan airnya sangat jernih sehingga dapat digunakan untuk mandi dan air minum bagi pengunjung Talaga Rano. Talaga Rano ini berada di ketinggian 1000 mdpl di tengah-tengah hutan.

‎Talaga rano adalah surga tersembunyi bagi wisatawan yang sudah pernah mengunjungi. Namun kemudian kabar menakjubkan itu datang bahwa surga tersembunyi yang indah ini akan menjadi target proyek Geothermal.

‎Memang Indonesia tengah gencar melakukan transisi energi. Dari sekian banyak sumber energi terbarukan, panas bumi atau Geothermal menjadi salah satu energi yang akan dikembangkan. Penyebaran sumber energi panas bumi hampir merata, yang ditemukan lebih dari 300 titik dari Sabang sampai Merauke.

‎Pemerintah begitu meyakini bahwa Geothermal merupakan sumber energi yang ramah lingkungan dengan dampak positif energi panas bumi adalah sumber energi yang bersih dan terbarukan, mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil, serta menciptakan kemandirian dan stabilitas energi.

‎Padahal Geothermal sama bahayanya dengan tambang mineral dengan dampak negatifnya yaitu dampak lingkungan dan ekosistem.

Dampak Negatif Lingkungan dan Ekosistem

‎Kerusakan lahan: Pembukaan lahan untuk pembangunan infrastruktur dapat merusak vegetasi dan habitat satwa liar.

Pencemaran: Limbah cair dan padat yang dihasilkan dapat mencemari lingkungan jika tidak dikelola dengan baik. Limbah ini bisa mengandung mineral berbahaya dan perlu penanganan khusus.

Emisi: Meskipun rendah, pembangkit listrik panas bumi tetap menghasilkan emisi gas seperti hidrogen sulfida, karbon dioksida, dan merkuri, yang memerlukan teknologi filter untuk menguranginya.

‎Risiko amblesan tanah: Pengambilan fluida panas bumi dalam jumlah besar dapat menyebabkan penurunan permukaan tanah (land subsidence), yang merusak infrastruktur di sekitarnya.

‎Dampak sosial: Proyek berskala besar dapat memicu migrasi penduduk dan mengubah dinamika sosial serta budaya lokal, yang berpotensi menimbulkan konflik.

Maka, dengan memantau serta menganalisa dampak negatif Proyek Geothermal di Talaga Rano, Halmahera Barat, Maluku Utara terbukti sangat mengancam sumber air, lahan petani, dan pemukiman penduduk. Oleh karena itu, desa-desa yang ada di sekitarnya, seperti Desa Peot, Sasur, Goro-goro dan Tabobol harus ada antisipasi guna persiapan untuk mengungsi dari Kampung-Ruang Kehidupan, ketika Proyek Geothermal sudah beroperasi.

Untuk itu, demi menjaga keseimbangan antara pembangunan energi dan kelestarian alam Talaga Rano, diperlukan kajian lingkungan yang transparan dan melibatkan masyarakat lokal, pengembangan pariwisata berkelanjutan sebagai alternatif ekonomi, penetapan kawasan lindung, edukasi lingkungan yang berkelanjutan, serta rencana mitigasi dan relokasi yang manusiawi agar pembangunan tidak merusak ekosistem dan kehidupan masyarakat sekitar. (*)

google.com, pub-1253583969328381, DIRECT, f08c47fec0942fa0
Exit mobile version