Oleh: Faisal Tulado
Ketua KAMMI Daerah Kota Ternate
“Berilah aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia.” (Bung Karno)
SEJARAH telah menorehkan, bahwa kemerdekaan bangsa Indonesia adalah juga buah hasil dari peran pemuda sebagai lokomotif dalam sebuah perubahan. Kita bisa menelusuri bagaimana para pemuda kala itu memberikan kontribusinya terhadap bangsa ini. Bangsa yang mendapatkan eksploitasi dari imperialisme, menimbulkan rasa kebertanggungjawaban sebagai anak bangsa untuk mengambil peran dalam pergerakan.
Kita bisa melihat bagaimana pada 1908 suatu organisasi dibentuk salah seorang pemuda, yang kita kenal dengan Budi Utomo. Organisasi ini didirikan oleh Soetomo sebagai respon terhadap kondisi bangsa saat itu. Adapun Soekarno mendirikan PNI pada usia 26 Tahun dan Muhammad Hatta mendirikan Perhimpunan Indonesia berusia 25 tahun, kemudian juga ada M. Natsir sebagai pendiri dan juga ketua pertama Masyumi. Dan pada akhirnya dimana terjadi suatu momen penting dalam sejarah bangsa Indonesia, bahwa para pemuda mampu menyatukan bangsa yang beragam dalam satu tujuan, yang kemudian kita kenal dengan sumpah pemuda. Dan masih banyak lagi pemuda yang memberikan kontribusinya untuk bangsa ini.
Sebagai generasi muda, tentunya kita perlu mengetahui historis para pendiri bangsa yang memberikan dedikasinya untuk menuju pada suatu perubahan yang lebih baik. Yang terpenting di sini adalah tidak dijadikan peristiwa di atas hanya sebagai kenangan tanpa makna yang berarti, akan tetapi jadikan peristiwa di atas sebagai spirit dalam diri untuk terus berbuat sesuatu yang positif.
Untuk itulah tulisan ini dibuat dengan maksud bertepatan pada hari sumpah pemuda, guna untuk mengembalikan memori kita bagaimana generasi muda kala itu memiliki peran sentral pada bangsa ini. Agar kita tidak tertidur dan lupa akan sejarah bangsa ini. Dan seperti yang sudah disinggung di atas bahwa peristiwa bersejarah ini juga harus dijadikan sebagai spirit untuk terus berbuat yang positif untuk bangsa dan negara.
Sekarang tentulah kita memiliki zaman yang berbeda dengan generasi pendahulu, kita hidup di zaman yang kita kenal dengan istilah globalisasi saat ini. Yang di mana ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang pesat, yang menuntut kita agar bisa berperan di tengah zaman globalisasi ini. Kita tidak bisa menghindar dari globalisasi, sebab ini sebuah keniscayaan yang diakui oleh setiap orang. Lantas apa yang harus dilakukan oleh anak muda di tengah globalisasi ini? Tentunya yang perlu dipersiapkan pemahaman terhadap globalisasi, tantangan apa yang harus dijawab, kemampuan bersaing dalam abad ini, kesiapan sumber daya manusia (Dr. A. Qodri, Melawan Globalisasi). Tentunya dalam hal ini, iman juga berperan penting dalam setiap diri agar tidak terlena dengan pergaulan bebas yang sering ditampilkan dalam era modernisasi ini.
Bercerita tentang globalisasi, tentunya tidak akan habis-habisnya kita berwacana dalam diskursus-diskursus ilmiah. Akbar S. Ahmed dan Hastings Donnan memberi batasan bahwa globalisasi “pada prinsipnya mengacu pada perkembangan-perkembangan yang cepat di dalam teknologi komunikasi, transformasi, informasi yang bisa membawa bagian-bagian dunia yang jauh menjadi hal-hal yang bisa dijangkau dengan mudah”. (Dr. A Qodri, Melawan Globalisasi). Ahmed dan Donnan kemudian memberi contoh tentang kasus buku “Satanic Verses” tulisan Salman Rushdie di akhir tahun 1980-an. Hanya dalam waktu ukuran jam, apa yang terjadi di Inggris, dengan mudah sudah ada respon di Pakistan dan India. Begitu cepatnya berita tentang buku tersebut merambah ke seluruh penjuru dunia, sebagai perwujudan era komunikasi, transformasi dan informasi.
Untuk itulah kita bisa menilai bahwa globalisasi dapat berdampak positif dan juga berdampak negatif. Dewasa ini juga realitas telah merepresentasikan bagaimana teknologi mampu mempengaruhi sikap dan kepribadian generasi muda. Dari segi pemikiran, pola hidup yang bebas tanpa batas. Sehingga seperti yang sudah disampaikan di atas, perlu pemahaman tentang globalisasi, tantangan apa yang harus dijawab. Sekali lagi sebagai generasi muda, bahwa pemuda adalah pemimpin masa depan (The leader of the future) yang seharusnya mampu menunjukan jati dirinya sebagai pemuda di tengah zaman globalisasi ini. “Dalam setiap perubahan, pemuda adalah rahasia kekuatannya. Dalam setiap fikrah/pemikiran, pemuda adalah pembawa panji-panjinya.” (Imam Hasan Al-Banna). Untuk itu, sudah saatnya pemuda mempersiapkan diri dan berperan untuk menuju masa depan yang gemilang. (*)
Selamat Hari Sumpah Pemuda!