Opini  

Mahasiswa dalam Penggunaan Teknologi

Julfikar Abuhaji.

Oleh: Julfikar Abuhaji

Mahasiswa Prodi KPI IAIN Ternate

MENGHADAPI situasi persaingan global internasional tentang penguasaan teknologi, menuntut kepada mahasiswa memiliki standar potensi yang baik, memiliki skil dan pengetahuan di abad 21. Berdasarkan data perkembangan bonus demografi, Indonesia memiliki potensi yang mampu dikembangkan, terutama dengan jumlah penduduk memiliki populasi umur produktif sebanyak 185,34 juta jiwa (catatan data tahun 2021).

Mahasiswa sebagai pembelajaran akademik, nantinya memiliki syarat agar bisa lulus dan memperoleh gelar akademik dengan melakukan dan memenuhi berbagai kompetensi yang dibutuhkan dalam perkuliahan, sebaik dan sebisa mungkin untuk dapat di capai.

Di masa saat ini, teknologi adalah bagian yang sangat kita butuhkan. Pada kegiatan sehari-hari, pasti selalu berkaitan dengan teknologi untuk memudahkan berbagai aktivitas. Saat ini teknologi yang paling umum di masyarakat adalah teknologi yang berkaitan dengan sosial media. Baik itu untuk berkomunikasi maupun untuk menghibur diri, dengan tanpa sadar kita telah memasuki era baru yang disebut dengan era digital.

Era digital adalah di mana segala aktivitas itu dilakukan menggunakan teknologi.

Umumnya, di era digital saat ini situasi perkembangan teknologi sangat memadai dan dapat memberikan keuntungan berbagai informasi pengetahuan yang dapat di-update oleh masyarakat, mahasiswa maupun para pengguna media sosisal saat ini.

Selain itu, dalam perkembangan teknologi terdapat dampak positif dan dampak negatif. Dampak positif yang diberikan oleh teknologi komunikasi maupun informasi adalah mempermudah kita dalam berkomunikasi tanpa harus memikirkan jarak, tempat, serta waktu. Kita juga dapat menerima informasi lebih cepat melalui akses internet yang tersedia. Sedangkan dampak negatif yang diberikan oleh teknologi komunikasi maupun informasi, seseorang akan kehilangan kemampuan berbaur dengan masarakat atau bersosialisasi dengan orang lain.

Sebelum adanya media baru (media digital), ketika masarakat ingin berkomunikasi harus menggunakan surat dan itu memerlukan waktu yang cukup lama, bahkan surat itu bisa sampai ke penerima atau tidak. Namun, saat ini dengan hadirnya media digital, masarakat sudah sangat mudah dalam melakukan komunikasi.

Satu sisi, tentu hal ini merupakan suatu kegembiraan mengingat akses informasi sangat dibutuhkan. Informasi tidak lagi menjadi sesuatu yang mahal dan sulit diperoleh. Informasi juga kian terbuka, mampu menebus batas teritorial, bahkan peristiwa sekecil apapun dari negara lain bisa diakses. Waktu yang dibutuhkan untuk menerima informasi juga kian singkat, seolah dekat jarak dan waktu telah dilipat.

Itulah kemajuan ilmu pengetahuan, terutama teknologi di bidang informasi, yang telah menggiring umat manusia menjadi suatu kesatuan, di antaranya yang sudah tidak asing lagi bagi kita yakni TV, handphone, dan internet. Peran era digital juga sangat dirasakan oleh mahasiswa dalam bidang pendidikan maupun kehidupan sosial, seperti ketika sedang berkumpul bersama teman-temannya, mereka cenderung kosentrasi pada Handphone.

Ini merupakan salah satu pergeseran budaya komunikasi antara satu orang dengan yang lain secara langsung.

Sebagai seorang mahasiswa, saya merasa cukup terbantu dengan adanya teknologi komunikasi maupun informasi. Kenapa demikian? Karena melalui teknologi informasi, saya dapat mencari dan menemukan berbagai macam data serta informasi yang saya tidak ketahui.

Selain itu, saya juga dapat berkomunikasi dengan teman-teman kampus yang bahkan belum pernah saya temui sebelumnya.

Mahasiswa sendiri dapat didefenisikan sebagai orang yang sedang menempuh pendidikan tinggi dalam sebuah perguruan tinggi atau universitas yang memiliki peran penting dalam masyarakat. Mahasiswa juga disebut sebagai agen of change, agen of chontrol social (perubahan sosial).

Gagasan ini sering dipakai di kalangan mahasiswa. Tapi di abad 21, kami sendiri ingin mendefinisikan peran mahasiswa menurut tokoh pendidikan nasional (KI Hajar Dewantara), teorinya adalah Ing Ngarso Sung Tulodo, artinya menjadi seorang pemimpin harus mampu memberikan suri tauladan. Ing Madyo Mbangun Karso, artinya seseorang ditengah kesibukannya harus juga mampu membangkitkan atau menggugah semangat. Tut Wuri Handayani, seseorang harus memberikan dorongan moral dan semangat kerja dari belakang.

Berdasarkan kutipan teori dari salah satu tokoh pendidkan nasional (KI Hajar Dewantara), kita bisa mengambil hikmah bahwa era situasi perkembangan teknologi yang memadai saat ini dengan mudah mahasiwa mampu berafliasi atau belajar bersama dengan masyarakat untuk menjadi cerminan sekaligus mendorong masyarakat dengan mudah mengunakan media teknologi.

Catatan: “Di Era digital !! Pentingnya kita harus menguasai teknologi”. (*)