Opini  

Tantangan Peran Pemikiran Bagi Generasi Pembaharu

Fitria Adam.

Oleh: Fitria Adam

Kabid Kajian dan Strategi KAMMI Komisariat Khairun Ternate

HALLO sahabat! Saat ini kita berada di zaman kemajuan teknologi yang menjadikan pola hidup manusia ikut berubah. Bukan hanya pola hidup, cara pandang dan perilaku seseorang pun mengalami perubahan yang signifikan. Sebagai seorang muslim, tentu kita memiliki worldview yang berbeda dengan yang dimiliki oleh orang kafir, di mana agama menjadi landasan untuk mengatur tatanan kehidupan kita.

Landasan pokok bagi seorang muslim adalah agamanya. Jika agama diletakkan tepat pada sendi-sendi kehidupan baik ekonomi, pendidikan, politik, sosial maupun budaya, maka semua akan berjalan sesuai dengan tatanan yang berlaku. Hal ini telah dibuktikan jauh sebelum Indonesia merdeka. Siapa yang membuktikan semua itu? Sudah pasti Rasulullah SAW beserta keluarga dan para sahabatnya.

Ghazwul fikri. Istilah ini mungkin tidak asing di telinga. Sebuah istilah yang dapat diartikan sebagai “perang pemikiran” dengan konotasi adanya dua pihak atau lebih yang berhadapan. Akan tetapi, ghazwul fikri lebih tepat diartikan sebagai “konflik pemikiran”.

Berkaitan dengan itu, bagaimana kondisi umat Islam saat ini? Tentunya sahabat, umat Islam saat ini sedang dihadapkan dengan masalah ideologi yang ingin memisahkan unsur agama dari kehidupan nyata. Kelompok kaum komunisme, sekularisme, pluralisme, kapitalisme, liberalisme dan sejenisnya merupakan ancaman nyata bagi ideologi Islam.

Pemahaman-pemahaman tersebut bergerak secara massif di lingkungan kaum muslim, khususnya di negara kita Indonesia. Mereka memiliki tujuan ingin menghancurkan Islam secara halus tanpa adanya pertumpahan darah. Karena mereka sadar jika berperang fisik, maka sudah pasti muslim-lah yang akan memenangkan pertarungan tersebut sebagaimana sejarah perjalanan Rasulullah SAW dan pengikutnya ketika memperjuangkan Islam.

Mari kita lihat bersama produk yang mereka tawarkan yang mungkin secara  sadar dan tidaknya telah dianut oleh sebagian besar umat ini. Beberapa yang bisa saya bagikan yaitu: LGBTQ+, Islamophobia, toleransi yang tidak pada tempatnya, penistaan agama dengan dalil kebebasan berekspresi, ikut menyuarakan pengesahan pernikahan beda agama, valentine’s day, childfre, dan masih banyak lagi.

Berdasarkan pengertian ghazwul fikri tersebut, maka ketika berbicara mengenai konflik, akan kita temukan dua kelompok atau lebih yang berperang dengan tujuan memenangkan keyakinan atau pendapat masing-masing. Dua kelompok atau lebih tersebut memiliki kepentingan yang saling bertolak belakang sehingga menyebabkan terjadinya pertentangan. Pemicu lain dari terjadinya konflik ini adalah adanya kepentingan dan tujuan yang berbeda dalam tatanan kehidupan bernegara. Oleh sebab itu, ghazwul fikri menjadi satu ancaman serius bagi Islam. Kita, muslim, harus membekali diri karena kekuatan dan kekuasaan hanya akan diraih oleh mereka yang memiliki cara pandang yang benar dan ilmu yang luas.

Menurut Samsul Hidayat (2006:), setidaknya ada lima target yang diusung oleh ghazwul fikri:  perusakan akhlak, penghancuran pemikiran, melunturkan atau melarutkan kepribadian, penumbangan aqidah, loyalitas kepada kaum kafir.

Ghawzul fikri merupakan salah satu cara yang efisien untuk mengalahkan kaum muslim secara perlahan. Di samping itu, para pelakunya juga mendapat keuntungan, yakni biaya rendah dan daya sebar yang lebih cepat melalui teknologi dan informasi (sosial media).

Mereka memiliki misi untuk menggiring umat Islam mengikuti keyakinan mereka. Kaum Yahudi dan Nasrani tidak rela dengan keberadaan Islam. Oleh sebab itu, ghazwul fikri adalah sebuah ancaman bagi Islam yang perlu dicegah dan dihancurkan.

Sahabat, yang perlu kita persiapkan untuk membentengi diri kita di zaman ini adalah memperbanyak dan perkuat ilmu tentang Islam, senantiasa berkumpul dengan orang-orang saleh, mengambil peran dalam dakwah, tinggalkan sifat cinta terhadap dunia serta mengamalkan Al-Quran dan sunnah Rasulullah SAW. (*)