Opini  

Bahaya Ghazwul Fikri Terhadap Umat Islam

Alvian Hamli.

Oleh: Alvian Hamli

Mahasiswa PAI IAIN Ternate/Kabid Kaderisasi KAMMI Komisariat IAIN Ternate

KINI dunia telah menghentikan peperangan sebagai bentuk penghargaan terhadap nyawa manusia yang tak bisa dirampas dengan cara apapun, dan dengan alasan apapun itu. Karena itu merupakan bagian dari kodrat yang telah diberikan Tuhan oleh setiap manusia sejak lahirnya. Meski roket-roket dan pesawat tempur tak lagi terbang menghiasi udara untuk menghancurkan manusia di atas muka bumi, bukan berarti perang telah usai.

Di era modern, peperangan telah diperhalus dengan bungkusan yang mulus tapi beracun. Serangan tersebut bermetamorfosis dalam bentuk pemikiran. Pemikiran yang kini dilancarkan oleh Barat dalam bentuk Westernisasi dengan program utamanya Sekularisasi dan Liberalisasi yang dilancarkan ke dunia Islam telah meracuni otak-otak umat Islam yang membuat kita resah. Rupanya Barat banyak belajar dari historis bahwa untuk menaklukkan dunia Islam bukanlah dengan cara peperangan, akan tetapi dengan pemikiran. sebagaimana yang disampaikan oleh William Ewart Glastone (1809-1898) “Percuma kita memerangi umat Islam dan kita tidak akan mampu menguasainya selama di dalam dada pemuda-pemuda Islam bertengger Al-Quran dari hati mereka, baru kita akan menang menguasai mereka. Minuman keras dan musik lebih menghancurkan umat Muhammad dari pada seribu meriam. Oleh karena itu, tanamkan ke dalam hati mereka rasa cinta terhadap materi dan seks”.

Rupanya Barat tak main-main dalam hal pemikiran hingga serangan terus dilancarkan di tengah-tengah kemunduran pemikiran Islam. Pemikiran Barat yang dibentuk oleh akidah jahiliyah ini, misalnya idiologi ateisme, materialisme yang dihasut oleh hawa nafsu ini justru hanya melahirkan konsep atau teori yang sangat dangkal dan menyesatkan. Sebagai contoh adalah  teori kekuasaan Nicollo Machiavelli, bahwa demi kekuasaan dapat melakukan apa saja atau menghalalkan segala cara; sistem pasar Kapitalisme yang sarat dengan praktik monopoli dan ribawi  dan sistem marksisme dengan dialektika materialisme dan pertentangan kelasnya; Teori Libido Sigmund Freud, bahwa yang menjadi motivasi segala perilaku manusia adalah seks (Syahwat). Teori dan konsep tersebut justru hanya membuat kesengsaraan manusia. Meski demikian, rupanya teori dan konsep yang aneh tersebut justru tidak sedikit yang mempengaruhi pemikiran umat Islam sebagaimana tulisan yang beredar beberapa hari lalu yang cukup mengagetkan kita di bumi Ternate ini, dengan judul Masturbasi: Antara Kesenangan dan Kesehatan Mental yang isinya sangat vulgar, ia menyatakan bahwa untuk mendapatkan kesenangan dan kenikmatan seksual, bisa melakukan dengan cara apapun itu termaksud  dengan melakukan Masturbasi asalkan melakukannya dengan tangan kiri. Padahal sudah jelas Islam telah memberikan solusi terbaik sebagaimana dalam hadis Nabi yang artinya “Wahai generasi muda, barang siapa di antara kamu telah mampu kawin, karena ia dapat menundukan pandangan dan memelihara kemaluan. Barangsiapa belum mampu hendaknya dia berpuasa, sebab ia dapat mengendalikannya” (Muttafaq Alaih).

Barat telah memanfaatkan  situasi kemunduran pemikiran Islam  dengan terus meneror umat Islam dengan pemikiran-pemikiran aneh tersebut. Bukan hanya demikian para kaum-kaum orientalis pun turut serta untuk menghantam umat Islam dengan pemikiran-pemikiran sesatnya. sebagaimana yang disampaikan oleh Peter, Pendeta di Maimuma, menyebut Rasulullah sebagai Nabi palsu. Yahya al-Dimasyqi atau yang dikenal juga sebagai Jhon Of Dhamascus telah menulis dalam bahasa Yunani kuno kepada kalangan Kristus Ortodoks bahwa Islam mengajarkan anti Kristus.

Jhon Of Damaskus berpendapat bahwa Muhammad adalah orang penipu kepada orang Arab yang bodoh. Dengan liciknya, katanya Muhammad bisa mengawini Khadijah sehingga mendapatkan kekayaan dan kesenangan. Dengan cerdasnya, Muhammad menyembunyikan penyakit epilepsinya ketika menerima wahyu dari Jibril. Muhammad memiliki hobi perang karena hawa nafsu seksnya tidak disalurkan. Bukan hanya demikian, bahkan lebih dari itu Saifudin Ibrahim yang baru keluar dari agama Islam pun turut serta melancarkan serangannya dengan terang-terangan meminta agar menghapus 300 ayat di dalam Al-Quran.

Kemunduran pemikiran Islam tersebut dijadikan ajang pemanfaatan untuk menghantam umat Islam. Kemunduran tersebut bukan hanya dirasakan oleh penulis, akan tetapi hal tersebut juga turut serta dirasakan oleh Said Ramadhani Al-Buthi, yang mengatakan bahwa kemunduran tersebut berupa krisis pemikiran. Padahal beberapa tahun belakangan para ulama-ulama Islam juga  telah turut serta mengingatkan kita tentang kemunduran Islam melalui tulisan-tulisan bukunya untuk menyadarkan kita tentang kemunduran yang diderita umat. Abdul Qodir Audan Menerbitkan buku yang berjudul Islam di antara Kebodohan Ummat dan Kelemahan Ulamanya (1981), dan juga  Sayid M. Wakil yang menerbitkan buku yang berjudul Islam di antara Kebodohan Pemeluknya dan Tipu Daya Musuhnya (1989).

Olehnya itu, kiranya Islam perlu melakukan pemulihan dan pembangunan kembali pemahaman dan pemikirannya untuk menepis segala subhat-subhat yang coba ingin menghancurkan Islam dari luar. Sir Muhammad Iqbal (1966) menyeru kepada kita untuk membina kembali pikiran agama Islam” (The Recontruction of Religion Though in Islam) ia mengatakan , “Tugas seorang muslim modern adalah memikirkan kembali keseluruhan sistem Islam tanpa sepenuhnya memutuskan hubungan dengan masa lampau. Namun, hal tersebut tidaklah mudah karena membutuhkan harakoh Islamiyah (pergerakan Islam) untuk senantiasa menyadarkan umat agar senantiasa merenungkan kembali nilai-nilai yang ditanamkan di dalam Islam. Dan Insyallah pergerakan tersebut akan berawal dari Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI). (*)