JAILOLO, NUANSA – Pemerintah Kabupaten Halmahera Barat, melalui Dinas Perhubungan (Dishub) tengah mempersiapkan lahan seluas 3 hektar untuk pembangunan Pelabuhan Feri rute Jailolo-Bitung.
Kepala Dishub Halbar, Marten Baura, mengatakan pada Selasa kemarin, pihak Dishub dan Bagian Pemerintahan Halbar melakukan pengukuran lahan di Desa Galala, Kecamatan Jailolo. Bahkan pemilik lahan sudah menyerahkan sertifikatnya.
“Untuk pembebasan lahan tidak terjadi masalah. Dalam perencanaan, kami meminta ke Bagian Pemerintahan agar membebaskan lahan seluas 3 hektar,” ujar Marten kepada Nuansa Media Grup (NMG), Rabu (1/3).
“Jadi dua hektar itu milik Pemda dan satu hektar lagi nanti dihibahkan ke Kementerian Perhubungan untuk dibangun fasilitas dermaga, sementara yang dua hektar dijadikan lahan parkir dan penitipan barang maupun rest area, dan itulah yang menjadi potensi PAD Pemkab Halbar,” tambahnya.
Marten mengaku, terkait dengan Pelabuhan Feri telah dilakukan dua kali pembahasan di Kementerian, yakni pada awal Januari 2023 bersama Wakil Bupati Halbar, Djufri Muhamad, dan juga Kepala BP3D. Di mana penyampaian usulan pembahasan lanjutan pada 15 Januari pembahasan usulan feasibility study (FS) dan detail engineering desain (DED) dengan Direktur Perhubungan Darat.
“Untuk studi awal penyiapan dokumen FS dan DED itu pagu anggarannya Rp600 juta dari pemerintah daerah dan sudah terealisasi, tinggal bulan depan nanti pembahasan lagi untuk koreksi dokumen feasibility study,” jelasnya.
Lebih lanjut, Marten berkata, terkait dokumen pendukung lain seperti Rencana Induk Pelabuhan (RIP) dan DLKR sudah diusulkan untuk studinya. Tahun ini juga dokumen permohonannya sudah sampai ke keuangan dan nanti dilakukan studinya dari Badan Perencanaan, Penelitian dan Pengembangan Daerah (BP3D) serta pihak ketiga.
“Terkait dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL-UPL) juga sudah saya ajukan permohonannya untuk pembuatan dokumennya. Jadi saya usahakan tahun ini dokumennya harus selesai supaya masuk di 2024 bisa terlaksana,” tuturnya.
Menurut dia, untuk pemerintah daerah itu bagian penyiapan dokumen dan lahan, sedangkan pengganggaran untuk pembangunan itu dari Kementerian. Selain itu, lahan Pelabuhan Feri juga jauh dari pemukiman warga, sehingga tidak menggangu.
“Kalau kami tidak persiapkan lahan dari sekarang, otomatis warga akan berebut untuk membangun pemukiman,” ucapnya.
Masih menurut Marten, pengusulan rute awal yaitu Jailolo-Bitung, sementara untuk perencanaan awal itu kapal dengan kapasitas 500 GT, tetapi kemudian dikoreksi oleh Kementerian Perhubungan bahwa harus dengan 2000 GT.
“Jadi rutenya ke Bitung, karena sementara ini yang rute Tobelo-Bitung rutenya jauh dan juga risiko gelombang Pasifik jadi ancaman. Dari data yang ada sudah ada kecelakaan, jadi untuk Tobelo-Bitung jadwalnya seminggu sekali saja,” terangnya.
“Dari balai punya perencanaan jika Pelabuhan Feri Jailolo dibangun, maka rutenya bukan lagi dari Tobelo tetapi Jailolo. Kalau sejalan dengan jalan di Ibu-Gusuri tahun ini selesai, maka pengangkutan orang dan barang dari Halut semakin gampang,” sambungnya mengakhiri. (adi/tan)