TERNATE, NUANSA – Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperkirakan hilal penentu awal Ramadan 1444 Hijriah akan muncul saat matahari terbenam pada 22 Maret 2023.
BMKG mengungkapkan, pihaknya memberikan pertimbangan ilmiah kepada stakeholder (Kementerian Agama) dalam penentuan awal bulan hijriah.
Di samping memberikan data-data hilal hasil hisab, BMKG juga melaksanakan rakay (observasi) hilal di 29 lokasi di Indonesia dan dalam disaksikan live streaming.
“Untuk penentuan awal bulan Ramadan 1444 H, BMKG menyampaikan informasi data-data hilal (hasil hisab) saat matahari terbenam, yang dapat digunakan juga dalam pelaksanaan rukyat (observasi hilal),” ungkap BMKG dalam keterangan tertulisnya, Minggu (12/3).
Konjugasi atau ijtima, yakni peristiwa ketika bujur ekliptika bulan sama dengan bujur ekliptika matahari dengan pengamat diandaikan berada di pusat bumi akan terjadi pada Selasa (21/3) pukul 17.23.01 UT atau Rabu (22/3) pada pukul 00.23.01 WIB atau 01.23.01 WIT yaitu saat nilai bujur ekliptika matahari dan bulan tepat sama di 0,826 derajat.
“Periode sinodis bulan terhitung sejak konjugasi sebelumnya (awal bulan Syakban 1444 H) hingga konjugasi yang akan datang (awal bulan Ramadan adalah 29 hari 10 jam 17 menit),” papar BMKG.
Sebagai catatan, di wilayah Indonesia pada 22 Maret 2023, waktu matahari terbenam paling awal adalah pukul 17.47.12 WIT di Waris, Papua dan waktu matahari terbenam paling akhir, adalah pukul 18.49.16 WIB Banda Aceh, Aceh.
“Dengan memperhatikan waktu konjugasi dan matahari terbenam dapat dikatakan konjugasi terjadi sebelum matahari terbenam tanggal 22 Maret 2023 di wilayah Indonesia,” jelas BMKG.
BMKG mengingatkan dalam penentuan awal Ramadan, perlu diperhitungkan kriteria-kriteria hisab saat matahari terbenam tanggal 22 Maret 2023 tersebut. (tan)