Opini  

Kelas Menengah Menurun, Mengapa PPN Meningkat?

Raihun Anhar.

Oleh: Raihun Anhar, S.Pd
Pemerhati Umat

__________________________

PPN adalah salah satu jenis pajak di Indonesia, masih banyak pajak yang lainnya. Pajak adalah pemasukan terbesar Indonesia yakni sekitar 80%. Membayar pajak adalah kewajiban setiap warga negara.

Memasuki 2025, masyarakat Indonesia cemas karena Pajak Pertambahan Nilai (PPN) naik dari 11% ke 12%. Pada tahun 2024 terjadi deflasi karena daya beli masyarakat menurun sehingga terjadinya penurunan kelas menengah. Menurut Menkeu, Sri Mulyani yang dilansir dari CNNIndonesia, 4 Oktober lalu, bahwa hal itu disebabkan karena kenaikan harga atau inflasi. Jika kenaikan harga berpengaruh pada turunnya kelas menengah, lalu mengapa PPN naik 12%? Bukannya akan tambah naik harga barang dengan naiknya PPN?

Dari sini, bisa dilihat bahwa ada upaya memiskinkan rakyat. Kok bisa? Dalam klasifikasi kelas ekonomi ada 5 : kelas rentan miskin, miskin, rentan menengah, menengah, dan kelas atas. Jika kelas menengah menurun maka akan berada pada posisi rentan menengah hingga miskin. Jadi dapat disimpulkan bahwa naiknya PPN 12% sebagai upaya penurunan kelas menengah menjadi miskin.

Mengapa Ada Upaya Memiskinkan Rakyat?

Jahat sekali kan ya? Muncullah lagi pertanyaan, mengapa negara berupaya memiskinkan rakyatnya? Jawabannya agar rakyat susah penuhi kebutuhan hidup. Rakyat sibuk penuhi kebutuhan hidup menjadi susah berpikir (bodoh). Saat kebodohan melanda, segala keburukan terjadi karena tidak bisa bedakan benar salah. Saat rakyat kelaparan, dikasih bansos sedikit sudah senang. Padahal koruptor ambil banyak uang negara dan dihukum juga main-main.

Kemiskinan erat kaitannya dengan kebodohan. Sebagai contoh, orang miskin akan sulitnya akses pendidikan, sulit mendapatkan pekerjaan karena kerja butuh ijazah, mudah terjebak dalam kesyirikan karena kurangnya ilmu.

Menurut Syekh Taqiyuddin dalam kitab at tafkir bahwa manusia memiliki kebutuhan hidup dan potensi manusia (akal). Jika kebutuhan hidup sulit maka akan mempengaruhi akalnya, sehingga sulit berpikir yang akan menyebabkan kebodohan. Contohnya orang yang lapar sulit berpikir, yang ada hanyalah rasa ingin lapar yang mendorongnya untuk mencari makanan.

Bahaya Kemiskinan

Kemiskinan sangatlah berbahaya untuk kehidupan manusia. Sehingga Rasulullah Saw dalam doanya memohon perlindungan dari kemiskinan “Ya Allah, aku berlindung pada-Mu dari kemiskinan, kekurangan dan juga dari kehinaan. Aku berlindung padamu dari perbuatanku untuk menzalimi ataupun untuk terzalimi.” (HR. Abu Dawud, Nasa’i, dan Ibnu Majah).

Adapun bahaya-bahaya kemiskinan yakni pertama, bisa menyeret pada kekufuran. Rasul pernah bersabda “Kemiskinan itu hampir-hampir menyeret kepada kekufuran.”
(HR. Baihaqi, Syu’abul Iman, no. 6612)

Kedua, meningkatnya kejahatan seperti pembunuhan. Allah SWT berfirman “Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut miskin. Kamilah yang akan memberi rezeki kepada mereka dan juga kepadamu.”
(QS. Al-Isra’ [17]: 31)

Ketiga, kemiskinan menyebabkan ketergantungan. Contohnya pengemis yang masih sanggup bekerja, tetapi ia memilih meminta-minta.

Kasih Yang Tak Sampai

Solusi negara mengatasi kemiskinan juga kurang maksimal. Dimana bantuan seperti KIS dan KIP yang belum merata. Satu sisi pemberlakuan kebijakan zalim (naiknya PPN 12%) akan menambah kemiskinan lagi.

Itulah potret negara demokrasi kapitalisme dalam mengurus negara. Pajak menjadi senjata ekonomi tanpa peduli kondisi rakyat. Saat rakyat meminta belas kasih, malah dinaikan pajak. Jadi rakyat benci pada penguasanya, begitu pun sebaliknya.

Membutuhkan Negara Yang Mencerdaskan & Mencintai Rakyat

Islam adalah agama yang Allah turunkan kepada Nabi Muhammad Saw untuk mengatur kehidupan manusia. Islam mengatur hubungan manusia dengan khaliq-nya, dengan dirinya sendiri, dengan sesama manusia. Dalam hubungan dengan khaliq, manusia diatur untuk memahami akidah dan ibadah. Hubungan dengan dirinya, diatur cara penuhi kebutuhan hidup makanan, pakaian, dan akhlak. Hubungan sesama manusia mengatur perkara mu’amalah dan uqubat (sanksi).

Islam mencerdaskan manusia. Terbukti oleh sejarah Arab yang jahiliah bisa memimpin dunia karena dididik oleh Rasulullah Saw melalui dakwah. Islam berhasil memimpin dunia dengan peradaban yang dibangun Nabi Saw sejak di Mekkah.

Nabi hijrah ke Madinah dan mengatur kehidupan manusia. Pada awal hijrah, Nabi mempersaudarakan kaum Anshor dan Muhajir guna untuk membantu kaum Muhajirin yang tidak membawa harta apapun. Nabi mempersaudarakan kedua tersebut sehingga Muhajirin tidak kesusahan di Madinah. Ini adalah upaya mengatasi kemiskinan.

Selain itu, Islam juga memiliki pemasukan negara seperti zakat, fai, ghanimah, kharaj, jizyah, ushur, khumus, sedekah, infaq, dan wakaf. Hal ini berbeda dengan negara sistem kufur (demokrasi kapitalis) yang mengandalkan pajak sebagai pemasukan terbesar negara. Indonesia pajak adalah 80% pemasukan negara. Sedangkan Islam banyak pemasukan negaranya, sehingga mengentaskan kemiskinan tidaklah sulit dan menzalimi rakyat (diberlakukan pajak).

Pernah dikisahkan seorang sahabat yang miskin. Dia setiap sholat subuh selalu buru-buru pulang karena bergantian pakaian sholat dengan istrinya, juga memiliki tetangga yang kikir, sehingga setiap subuh ia harus mengumpulkan kurma tetangganya yang kikir untuk dikembalikan padanya. Saat diketahui oleh Rasul, dengan segera meminta sahabat yang kaya untuk membeli pohon kurma tetangganya dan mereka tidak lagi miskin.

Orang-orang kafir yang tinggal dalam daulah Islam, diberlakukan jizyah, namun tidak untuk semuanya melainkan bagi yang mampu saja. Pernah seorang Yahudi mengatakan pada Khalifah Umar bahwa dia tidak lagi mampu menunaikan jizyah sehingga ia dibebaskan dan dipenuhi kebutuhannya oleh negara.

Dalam setiap penaklukan wilayah terdapat ghanimah yang akan dibagikan kepada kaum muslim. Jika terdapat kebun yang tidak terurus maka akan diberikan kepada yang membutuhkan untuk mengelolanya.

Pada masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz, negara memiliki APBN yang melimpah juga terdapat satu wilayah yang tidak ada penerima zakat. Melimpahnya APBN negara sampai-sampai para jomblo diberi modal untuk nikah.

Itulah cara Islam mencerdaskan manusia dan mengentaskan kemiskinan. Luar biasa bukan? Islam juga melahirkan pemimpin yang peduli pada rakyat seperti Abu Bakar yang selalu menyantuni orang-orang yang membutuhkan. Umar bin Khattab yang selalu berkeliling Madinah untuk memastikan rakyatnya baik-baik saja. Tidakkah kita menginginkan pemimpin dan negara yang seperti ini?

Wallahu alam bii sawwab

Exit mobile version