Opini  

Kasus HIV/AIDS Meningkat di Tengah Gempuran Perusahaan Tambang di Maluku Utara, Tanda Bahaya Liberalisasi Pergaulan 

Oleh: Sahawia Firdaus, S.Pd
Alumni Unkhair dan Aktivis Muslimah

___________________

ESKALASI pertambangan di Maluku Utara sangat meningkat di dua dekade terakhir ini. Provinsi dengan 1.080 pulau ini memiliki potensi SDA yang dilirik bak wanita cantik. Potensi SDA yang dimiliki akhirnya mendatangkan banyak pekerja dari beragam daerah untuk menetap mencari pekerjaan. Apalagi Perusahaan Indonesia Weda Bay Industrial Park (IWIP) masuk sebagai salah satu Proyek Strategi Nasional (PSN) sehingga meningkatnya jumlah pendatang tidak menutup kemungkinan mendatangkan beragam kasus seperti HIV/AIDS.

Berdasarkan laporan data penderita HIV di Provinsi Maluku Utara meningkat dari tahun 2007 hingga 2023 mencapai 2.913 orang. Laporan yang disampaikan oleh Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Provinsi Maluku Utara, Idhar Sidi Umar saat launching SI MMALHA FGD aksi Maluku Utara landaikan HIV AIDS di Kabupaten Halmahera Tengah dengan penderita laki-laki sebanyak 1.746 dan penderita perempuan sebanyak 1.167 dengan golongan usia 20 hingga 24 tahun.

Kasus yang menyasar kebanyakan penderitanya usia muda semakin menunjukkan bahwa banyaknya perusahaan pertambangan yang diberikan izin bukan membawa keberkahan tapi menuju kehancuran generasi. Sebab, lingkungan yang bebas menjadikan kasus semacam HIV/AIDS semakin meningkat di lingkungan pertambangan.

Fenomena Kasus Gunung Es

Kasus HIV/AIDS menurut data yang dilaporkan semakin hari makin meningkat dalam 3 tahun terakhir sejak 2021 hingga 2023. Kasus HIV AIDS di Provinsi Maluku Utara mengalami peningkatan yang signifikan dari 234 kasus baru pada tahun 2021 menjadi 395 kasus baru pada tahun 2022 dan 436 kasus baru pada tahun 2023,  bahkan pada trimester I tahun 2024 periode Januari-Juni sudah ditemukan sebanyak 314 kasus baru. Bahkan kasus HIV/AIDS di Maluku Utara, khususnya Halmahera Tengah menduduki urutan ke 4 dengan angka tertinggi di tahun 2024 semester 1 sebanyak 119 kasus.

Kasus HIV/AIDS berdasarkan data Dinkes tersebar di beberapa wilayah di 10 kabupaten/kota pada tahun 2023 yaitu, Kota Ternate sebanyak 136 orang, Halmahera Utara sebanyak 131 orang, Halmahera Selatan 30 orang, Pulau Morotai 29 orang, kemudian Halmahera Tengah 40 orang menjadi 119 kasus di tahun 2024. Untuk Kepulauan Sula sebanyak 16 orang, Halmahera Timur 16 orang, Tidore Kepulauan 17 orang, Halmahera Barat 20 orang, dan terendah yaitu Pulau Taliabu yaitu 1 orang ini yang terdata. Berarti ada data yang belum dilaporkan. Ini sejalan dengan yang disampaikan dr. Idhar Sidi Umar bahwa masih terdapat data yang tidak terlapor di aplikasi SIHA oleh pelayanan lainnya. Hal ini seperti fenomena gunung es yang perlu diwaspadai.

Padahal pemerintah memiliki komitmen dalam upaya pencegahan dan pengendalian HIV/AIDS di Maluku Utara berdasarkan komitmen global untuk mencapai tujuan utama tahun 2030 yaitu three zero yaitu tidak ada lagi penularan infeksi baru HIV. Tapi siapa sangka, semakin hari kasus HIV/AIDS semakin meningkat, terutama di daerah pertambangan seperti Halmahera Tengah dan menyasar anak-anak muda. Sehingga pengharapan terhadap generasi emas sekiranya nihil sekali menjadi harapan bangsa ini.

Generasi Emas atau Cemas?

Indonesia dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045 memiliki visi Indonesia Emas 2045 dengan 8 agenda utama yang di dalamnya banyak melibatkan para pemuda. Apalagi Indonesia memiliki bonus demografi dengan jumlah penduduk 270 juta lebih berdasarkan data BPS 2020 dan 60% di antaranya berada di usia produktif yang diisi para pemuda. Data ini juga didukung dengan data Susenas 2024, diperkirakan terdapat sekitar 64,22 juta atau seperlima penduduk Indonesia juga diisi pemuda. Ini adalah tren populasi yang sangat signifikan di beberapa dekade terakhir dan merupakan keuntungan yang dimiliki Indonesia.

Bonus demografi yang dimiliki oleh Indonesia akan menjadi tanda peringatan bahaya dan potensi. Sebab, jika dilihat besarnya jumlah penduduk ternyata membawa pengaruh tersendiri bagi sebuah bangsa. Jumlah yang signifikan memberikan perubahan atau malah sebaliknya.

Apalagi jika dilihat sistem yang diterapkan ikut andil dalam membentuk karakter para pemuda. Sehingga rotasi pemuda menjadi sesuatu yang harus diperhatikan. Namun sayang, pemuda hari ini jauh dari harapan umat karena terpengaruh oleh sekularisme liberalisme sehingga menjadikan mereka hedonis, apatis, individualis dan sangat bebas. Apalagi Indonesia hari ini diliputi dengan kebebasan sehingga masuk dalam kategori darurat revolusi seks yang disampaikan oleh Pakar Kesehatan Reproduksi dari Fakultas Kedokteran, Prof. dr. Siswanto Agus Wilopo, SU., M.Sc., Ph,D yang menyasar usia-usia produktif. Ini sejalan dengan kekhawatiran yang disampaikan oleh Pj Bupati Halmahera Tengah, Bahri Sudirman yang mengatakan penyakit menular HIV/AIDS yang meningkat menjadi salah satu ancaman untuk Maluku Utara. Ini adalah ancaman nyata di tengah gempuran SDA yang menjadi kecemasan bagi negeri ini di bawah asuhan sistem sekularisme liberalisme.

Cengkraman Serius Sekularisme dan Liberalisme

Lokasi-lokasi strategis dengan potensi SDA seharusnya memiliki potensi manusia yang sebanding. Sebab potensi SDM akan menjadi pawang dalam pengendalian dan mengelola SDA supaya tidak menjadi kutukan sumber daya. Tapi yang menyedihkan adalah mandeknya pembangunan manusia di lokasi-lokasi strategis seperti di Maluku Utara yang memiliki SDA. Menurut data BPS pada tahun 2023 status pembangunan manusia di Maluku Utara pertumbuhan IPM Nasional sebesar 0,84 persen yang menandakan adanya peningkatan. Tapi, ternyata merajalelanya kasus HIV/AIDS menunjukkan betapa berperang aktifnya sistem sekularisme liberalisme mengontrol perilaku generasi hari ini yang penuh dengan kebebasan berperilaku yang berakibat fatal sehingga menambah daftar panjang kasus HIV/AIDS di Maluku Utara. Kemiskinan dan kesenjangan ekonomi yang terus menggurita memberikan penjelasan tentang kebutuhan perut yang menutupi perkembangan akal dan perilaku.

Cengkeraman serius sekularisme dan liberalisme yang diterapkan dalam negeri ini sangat menjadi indikator dasar pembentukan indeks pembangunan manusia selain dilihat secara intelektual tapi juga secara sikap. Memberikan tanda alarm bahaya akibat adanya kedangkalan berpikir dan berperilaku di tengah-tengah generasi akibat meningkatnya pergaulan bebas di lingkungan tambang. Padahal di pundak pemudalah perubahan itu akan terjadi. Tapi akibat sekularisme dan liberalisme sensor itu pudar dan mengikis potensi pemuda untuk membangkitkan peradaban besar berdasarkan peradaban wahyu. Dan Islam adalah peradaban yang besar itu di bawah naungan negara Khilafah Islamiyah sebagaimana yang diakui oleh mantan presiden AS Richard Nixon bahwa tidak bisa dipungkiri Islam adalah dasar dari peradaban yang besar. Tapi, akibat tuduhan yang selalu diarahkan kepada Islam dengan berbagai sarana dan upaya. Akhirnya para pemuda tidak mengetahui potensi dan tujuan hidupnya serta tidak berani bercita-cita besar mengembalikan Islam pada tempatnya yang tinggi, tinggi dan tinggi.

Islam dan Keselamatan Pemuda

Kekuatan kebangkitan terbesar itu terletak pada manusia. Kekayaan SDA itu akan menjadi kutukan sumber daya bila manusianya diliputi dengan kebodohan dan kejumudan (Fika Komara, 2022), kapasitas sumber manusia terbaik adalah untuk menjadi pelaku dan inisiator perubahan dan pembangunan. Sehingga potensi besar yang dimiliki pemuda diarahkan untuk menyambut perubahan secara keseluruhan di bawah naungan Khilafah Islamiyah bukan dengan sekularime dan liberalisme di bawah sistem demokrasi yang sebagai lahan subur tumbuhnya beragam perbuatan menyimpang dan menambah daftar panjang beragam kasus seperti HIV/AIDS. Beragam penanggulangan HIV/AIDS melalui kondomisasi, pembagian suntik dan pembagian obat itu adalah kebijakan yang tidak rasional di tengah kehidupan yang serba bebas di bawah sistem sekularisme dan liberalisme, padahal kita harus sepakat itu adalah perbuatan menyimpang yang harus diluruskan dan dikembalikan ke jalan yang benar.

Sebab Islam bukan hanya tentang ibadah, tapi Islam adalah pengaturan hidup manusia yang mampu menjawab setiap masalah. Islam akan menutup setiap jalan masuknya perbuatan menyimpang dengan mengarahkan setiap perbuatan manusia berlandaskan pada syariat Islam. Dan tidak akan bertumpu pada sekularisme dan liberalisme di bawah perlindungan demokrasi yang atas dasar “Hak” tidak boleh melarang orang untuk bergonta-ganti pasangan.

Islam memiliki solusi dengan merujuk pada tuntutan Islam, baik kebijakan promotif, preventif, kuratif hingga rehabilitatif menurut dr. Faizah Rosyidah. Dengan langkah-langkah yang ditempuh akan menyelamatkan generasi, terutama pemuda dari perilaku bebas. Seperti langkah promotif membangun dan meng-instal pemahaman Islam di tengah-tengah masyarakat untuk membentuk perilaku yang benar. Dan Negara memiliki peran dalam membangun sistem pergaulan berlandaskan Islam. Kemudian langkah preventif memutus mata rantai penularan dan negara akan tegas memberikan sanksi bagi pelaku. Serta langkah kuratifnya adalah melakukan kerja kolektif para ulama, dai’ dan aktivis untuk memberikan nasihat terhadap perilaku yang dilakukan dan risiko yang harus ditanggung. Para pelaku akan dirajam sampai mati bagi yang sudah menikah dan dicambuk sebanyak 100 kali bagi yang belum menikah dan diasingkan selama 1 tahun. Dan menghukum mati pelaku gay/homoseksual. Sedangkan mereka yang tidak melakukan penyimpangan akan direhabilitasi dan mendapatkan pendampingan edukasi untuk menjalankan kehidupannya dan menebarkan manfaat.

Dengan demikian, kita membutuhkan sistem peraturan yang benar di bawah penerapan Islam secara menyeluruh dalam naungan Khilafah Islamiyah untuk menyelamatkan generasi dari sekularisme dan liberalisme di setiap sendi kehidupannya. (*)