Oleh: Abd Agis
_____________________
BELAKANGAN ini, banyak kasus bunuh diri yang terjadi di Maluku Utara, di beberapa kabupaten kota akhir-akhir ini. Bunuh diri adalah peristiwa untuk mengakhiri hidupnya sendiri secara sengaja. Kebanyakan yang bunuh diri ini adalah usia remaja yang rentan dalam menghadapi masalah dan tekanan hidupnya.
Faktor-faktor sosial, seperti ketidakselarasan ekonomi, tekanan keluarga, asmara, serta dukungan sosial, tekanan budaya, dan perubahan sosial, depresi hidup, juga dapat memengaruhi berbagai tipe bunuh diri. Hal-hal seperti ini, harus kita pahami secara bersama agar kita tidak terjerumus atau mengambil tindakan-tindakan yang merugikan diri sendiri dan orang banyak, yang masih percaya terhadap dirimu sendiri.
Peristiwa-peristiwa gantung diri ini, beredar di media sosial dan pemberitaan yang menjelaskan kejadian secara detail, semisalnya berita yang satu ini. Tukang ojek asal Halmahera di usia 35 tahun. “Dalam story WA-nya, ia mengatakan ‘pamit undur diri’.” Kejadian ini terjadi di Kelurahan Marikurubu, Ternate Tengah, Kota Ternate, pada Sabtu siang, 18 Januari 2025. (Media: tuturfakta.com).
Peristiwa gantung diri juga dialami oleh mahasiswi berinisial Al alias Aulia, yang berusia 18 tahun nekat bunuh diri dengan gantung diri “Usai cekcok dengan pacar di WhatsApp” pada Rabu malam, 15 Januari 2025. Peristiwa terjadi di dapur rumah korban, yang berada di Kelurahan Kalumata, Ternate Selatan, Kota Ternate. Baca: media tuturfakta.com.
Pendapat Ahli
Menurut Emile Durkheim, ada empat tipe tindakan bunuh diri, yaitu egoistic suicide, altruism suicide, anomie suicide, dan falalistik suicide. Egoistic suicide merupakan tindakan bunuh diri yang terjadi karena integrasi sosial yang lemah. Hal tersebut terjadi karena tekanan berlebihan pada individu, tetapi yang kurang dalam ikatan sosial pada kelompok sosialnya. Individu-individu berjalan terpisah, sehingga tidak ada kerja sama atau kolektivitas dalam masyarakat. Altruism suicide merupakan bunuh diri yang terjadi karena integrasi sosial yang terlalu kuat, solidaritas yang ada pada kelompok sosial tertentu sangat tinggi, sehingga manusia yang tergantung di dalamnya dituntut untuk mematuhi lingkungan.
Anomie suicide merupakan bunuh diri yang terjadi karena tidak adanya pengaturan terhadap aspirasi dan tujuan individu, atau perubahan-perubahan yang mendadak dalam masyarakat, seperti krisis ekonomi yang parah serta periode ekspansi menyebabkan norma yang berlaku sebelum dilepaskannya. Menurut Durkheim, keinginan dan kebutuhan manusia tidak akan pernah ada habisnya. Kedua hal tersebut dihambat oleh adanya norma-norma yang ada dalam masyarakat. Fatalistic suicide merupakan bunuh diri yang terjadi karena meningkatnya aturan-aturan yang ada dalam masyarakat, aturan yang kuat ini terlalu dirsa berlebihan. Individu yang tidak siap akan tertekan oleh norma dan tata nilai yang ada. (Baca: Teori Bunuh Diri Emile Durkheim).
Penulis melihat akhir-akhir ini, banyak manusia yang kehilangan jati dirinya alias “ bunuh diri ” atau bisa dikatakan bahwa tidak memiliki Tuhan dalam diri, dengan kata lain “tidak memiliki keyakinan serta kepercayaan diri terhadap Tuhan”. Manusia pada dasarnya hidup bersosial dan berinteraksi sesama manusia yang bermasyarakat.
Komunikasi adalah alat untuk berkomunikasi sesama manusia yang hidup berkelompok dengan berbagai macam gaya komunikasi yang disampaikan, baik secara verbal “bicara pakai mulut,” ataupun non verbal “gerak tubuh” kepada orang yang memahami komunikasi, dengan demikian pesan komunikasi yang bisa tersampaikan pada teman, saudara, orang tua, dan Tuhan.
Komunikasi dapat menjadi solusi untuk mengatasi masalah, termasuk konflik sosial, konflik kelompok, proses dialog, negosiasi-negosiasi dalam memecahkan masalah, yang hadir di kehidupan manusia, di era percepatan teknologi saat ini. maka pemahaman terkait komunikasi sangatlah penting digunakan dalam menyelesaikan masalah setiap manusia.
Kepercayaan serta keyakinan dalam diri sangatlah penting, dalam hidup dan kehidupan manusia yang bermasyarakat, dengan budaya dan adat istiadat yang dipercayanya. Identitas manusia menjadi penting untuk saling mengenal serta berinteraksi secara baik dan efektif.
Keterbukaan diri secara komunikasi, penting untuk dibicarakan dengan sesama, ketika ada masalah-masalah internal dan eksternal yang hadir dalam hidup setiap manusia, baik itu di keluarga, teman sebaya, tekanan ekonomi, tekanan kerja di kantor. Hal tersebut, komunikasi sangatlah penting pada saat genting dan sangat urgensi, yang mendadak serta mendesak. Hal itu, harus tersimpankan di dasar hati, dan sekalipun harus diungkapkan secara detail dan akurat atau keluarkan apa yang menjadi inti permasalahan hidup.
Dalam kepercayaan dan keyakinan umat Islam, hemat penulis “setiap ada masalah, ada cobaan, ada ujian, saya menyakini pasti ada jalan keluarnya. Hal itu harus kita libatkan Tuhan yang Maha Kuasa atas semua yang di langit dan di bumi, libatkan juga kerabat, teman untuk penyelesaian masalahnya agar cepat terselesaikan”.
Pada dasarnya manusia memiliki masalah, cobaan, ujian, sabar, surga “kesenangan harmonis”. Yang sebenarnya manusia harus pahami akan esensi sebagai manusia yang lahir di muka bumi, karena setiap masalah, cobaan, ujian serta sabar adalah tingkatan atau batu loncatan di fase-fase yang dijalaninya selama ia hidup dan kemudian mati. “Kita semua memiliki rasa sakit, tapi rasa sakit itu jangan berlama-lama ada di dalam hati seseorang, harus dikeluarkan atau dibicarakan.” Kita juga harus tahu, sebelum ambil tindakan bunuh diri. Bukannya manusia pasti mengalami yang namanya kematian, (?) Tanpa harus bunuh diri pun, manusia pasti akan mati, hal itu yang harus pembaca yang budiman ketahui.
Manusia tidak bisa lari dari masalah-masalah di dalam dirinya sendiri, ia harus menghadapi serta menyelesaikan masalahnya sendiri. Dengan cara berkomunikasi secara terbuka dan sedetail–detail mungkin kepada lawan komunikasinya yang mendukung agar terciptanya solusi atau jalan keluar dalam permasalah yang di alaminya tersebut. (*)