Oleh: Alvian Hamli
_________________________
TERNATE, permata di timur Indonesia, dianugerahi lanskap yang menakjubkan—gunung menjulang, laut yang membiru, serta sejarah yang kaya. Namun, di balik keindahan itu, terselip pemandangan yang mencederai citra kota: sampah berserakan di jalanan setiap kali hujan turun. Salah satu titik yang kerap menjadi saksi bisu dari fenomena ini adalah Jalan Facei Belakang.
Di sini, bukan hanya hujan yang turun dari langit, tetapi juga sampah yang terbawa aliran air akibat selokan tersumbat. Plastik, daun kering, dan sisa-sisa kehidupan sehari-hari hanyut, memenuhi aspal yang seharusnya bersih. Sebuah ironi pahit bagi kota yang seharusnya menjadi kebanggaan.
Ketika sampah menguasai jalanan
pemandangan ini bukanlah kejadian baru, melainkan kisah yang terus berulang. Setiap kali hujan turun, sampah yang sebelumnya ditumpuk di pinggir jalan terbawa arus, menggenangi aspal dan menciptakan pemandangan yang memilukan.
Minimnya tempat sampah di area ini membuat warga tak punya pilihan selain menumpuk sampah di tepi jalan, menunggu petugas kebersihan. Ditambah lagi, drainase yang buruk membuat air hujan tak mampu mengalir dengan lancar, memaksa jalanan menanggung beban yang seharusnya diselesaikan oleh sistem pengelolaan sampah yang baik.
Tak hanya mengotori lingkungan, kondisi ini juga berbahaya. Bagi pengendara motor, jalanan yang dipenuhi sampah basah menjadi perangkap licin yang mengancam keselamatan. Bagi pejalan kaki, aroma tak sedap dan potensi penyebaran penyakit adalah risiko yang tak bisa diabaikan.
Salah pemerintah atau kesadaran yang masih rendah?
Mudah menyalahkan pemerintah yang belum menyediakan tempat sampah memadai dan gagal mengelola drainase dengan baik. Namun, pertanyaan lain juga muncul: seberapa besar kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan?
Tak jarang, sampah yang berserakan di jalan bukan hanya akibat minimnya fasilitas, tetapi juga karena kebiasaan buruk membuang sampah sembarangan. Kesadaran yang rendah membuat masalah ini semakin sulit teratasi. Apa gunanya tempat sampah jika tetap ada yang melempar plastik ke selokan? Apa gunanya drainase bersih jika setiap hari dipenuhi sampah baru?
Pemerintah memang memiliki tanggung jawab besar, tetapi masyarakat juga memegang peran penting. Kota yang bersih bukan hanya tanggung jawab pejabat, melainkan hasil dari kepedulian setiap individu yang tinggal di dalamnya.
Saatnya beraksi: membangun Ternate yang lebih bersih
Masalah ini bukan tak memiliki solusi. Jika pemerintah dan masyarakat bersatu, Ternate bisa kembali bersih dan indah seperti yang seharusnya. Beberapa langkah konkret yang bisa segera dilakukan adalah:
1. Penyediaan tempat sampah di titik-titik strategis agar warga tak lagi terpaksa menumpuk sampah di pinggir jalan.
2. Perawatan dan pembersihan drainase secara berkala untuk mencegah air hujan membawa sampah ke jalanan.
3. Peningkatan jadwal pengangkutan sampah agar tidak ada tumpukan yang menunggu hingga terbawa banjir.
4. Sanksi tegas bagi pelaku pembuangan sampah sembarangan agar kedisiplinan masyarakat meningkat.
5. Edukasi dan kampanye kebersihan lingkungan untuk membangun kesadaran kolektif tentang pentingnya menjaga kota tetap bersih.
Apakah kita akan terus menunggu?
Ternate adalah rumah kita, dan rumah yang indah seharusnya dijaga bersama. Jika pemerintah terus menutup mata, dan masyarakat terus abai, maka masalah ini akan terus berulang. Kita harus bertanya pada diri sendiri: apakah kita ingin hidup dalam kota yang penuh sampah, atau dalam kota yang bersih dan nyaman?
Solusi ada di tangan kita. Saatnya berhenti mengeluh dan mulai bertindak. Ternate yang bersih bukan sekadar impian, melainkan sesuatu yang bisa kita wujudkan—jika kita mau. (*)