Opini  

Tinjauan Psikoanalisis Terhadap Motif Bunuh Diri

Oleh: Kurniyaji Holle, S.Pd
Kabid Riset dan Komunikasi Konseling Ikatan Konseling Maluku Utara

____________________

PERISTIWA bunuh diri saat ini menjelma menjadi tren bagi generasi Gen Z. di Maluku Utara sendiri, dalam beberapa minggu terakhir terjadi setidaknya 4 kasus bunuh diri dengan cara menggantungkan lehernya ke tali. Pola kasus yang terjadi juga berasal dari pemicu masalah yang beragam, dimulai dari percintaan hingga ketidakmampuan menerima koreksi dari orang lain.

Seperti yang terjadi di Kabupaten Halmahera Utara, seorang pemuda berinisial YSM (23 tahun) nekat mengakhiri hidupnya dengan tali terlilit di leher, diketahui bahwa korban YSM ini ditemukan tak bernyawa oleh istrinya di dalam kamar. Alasan korban mengakhiri hidupnya lantaran tak terima ditegur oleh ibunya untuk tidak membawa anak si korban ke kebun lantaran anaknya sedang sakit. “Kalo pigi kabong jang kasi kadara kalao anak tu, karena anak itu pe badan tara sanang kong”.

Sungguh tragis peristiwa ini, padahal ungkapan yang disampaikan oleh sang ibu sangat baik, sebab hal itu adalah sebuah perhatian dari sang nenek kepada cucunya. Namun hal ini tetap bukanlah hal yang sepele. Keputusan seseorang untuk bunuh diri bukanlah sebuah solusi yang baik.

Memang tulisan ini bukanlah satu- satunya tulisan yang membahas tentang suicidal thought dan tulisan ini juga bukanlah tulisan yang penjelasannya melampaui pemikiran para penulis yang lain, tetapi tulisan ini adalah tanda bahwa ada banyak orang yang aware dan menganggap serius persoalan ini dan ingin memberikan penjelasan bagaimana bunuh diri ini bisa terjadi. Untuk itu, melalui tulisan ini penulis ingin mengajak kita semua untuk menjauh dari tindakan yang gegabah tersebut.

A. Kenapa orang bisa bunuh diri?

Di tinjau dari dimensi psikologis, setiap orang memiliki karakteristik bawaan yang berbeda- beda dalam meyakini suatu hal. Keyakinan seseorang dalam memandang sesuatu di sebuah kondisi menjadi hal urgen yang dapat memicu seseorang untuk melakukan atau memutuskan sebuah tindakan. Gilbert Ryle menjelaskan bahwa perilaku merupakan manifestasi dari disposisi. Mudahnya untuk memahami teori ini yaitu dengan contoh sederhana ketika seseorang yang memutuskan untuk makan tatkala dia sedang lapar. Manifestasi dari rasa laparnya (disposisi) yang membuatnya memutuskan untuk makan. Analogi ini agaknya kurang masuk akal untuk menjelaskan terbentuknya perilaku, sebab hal itu bisa dijelaskan dengan pengaruh biologis seseorang sebagai manusia. Tapi kita bisa tetap melihat adanya keterkaitan dari sebuah pengaruh yang disebut disposisi dalam contoh tersebut.

Kompleksitas mekanisme psikologis manusia terjadi seperti sebuah hitungan yang dimulai dari angka satu hingga angka terakhir atau jika dalam alphabet yaitu dari A-Z, semuanya tersusun dengan rapi. Sehingga kita dapat melihat sebuah hukum kausalitas (sebab- makibat) dari terbentuknya perilaku seseorang.

Berdasarkan teori ini memberikan kita asumsi bahwa anggapan terkait bunuh diri sebagai solusi oleh korban bunuh diri terjadi karena adanya sebuah pengaruh yang berasal dari disposisi. Entah apapun pengaruh tersebut, namun dari sini kita dapat melihat bahwa tindakan bunuh diri bukanlah hal sepele.

Pengaruh yang berasal dari disposisi juga terjadi dalam dua faktor yang disebut dengan faktor internal dan eksternal. Faktor internal merupakan sistem yang menjaga manusia dalam mengoperasikan perilakunya yang disebut dengan Id (Keinginan), ego (Pikiran Rasional) dan super ego (Moral). Sedangkan faktor eksternalnya yaitu pola asuh orang tua, interaksi sosial, dan pengaruh media sosial. Sebenarnya kedua hal tersebut tidak bisa dipisahkan pengaruhnya untuk bisa kita memahami cara kerja dari kompleksitas proses mental manusia.

Proses ini disebut sebagai pengalaman yang membentuk beragam karakter pada manusia yang terjadi mulai dari manusia itu dilahirkan hingga pada akhir hayatnya. Namun proses ini tidak sepenuhnya baik, dalam proses ini tentu saja manusia akan menemui hal- hal yang traumatis yang memengaruhi internal (disposisi) sehingga terjadilah kegagalan mental. Sehingga sudah tidak menjadi hal yang mengherankan bagaimana sesuatu yang dianggap sepele oleh orang lain dianggap sebagai sesuatu yang disebut sebagai penghinaan dari si korban.

Peringatan dari si ibu yang menasihati korban untuk tidak mengajak anaknya ke kebun karena sedang sakit dikunyah oleh si korban sebagai suatu penghinaan olehnya, entah apa yang ada di dalam benak si korban namun jika kita dapat memahami teori di atas kita dapat melihat bahwa si korban jelas mengalami gangguan mental.

Sebagaimana yang kita ketahui memang pada dasarnya perbedaan karakteristik manusia merupakan sesuatu yang lazim, akan tetapi ada satu hal yang membuat manusia mengakui sebagai sesuatu yang penting yaitu harga diri. Setiap orang memaknai itu dengan berbeda harga diri (human dignitiy) dilindungi oleh sistem yang disebut dengan pertahanan diri (self esteem). Apabila dalam proses perkembangannya seseorang mengalami hal-hal yang traumatis dan tidak disukainya yang dapat menghancurkan human dignity-nya, maka self esteem-nya akan rusak dan membuat manusia dewasa menjadi childish yang tidak mampu merasionalisasikan kondisi yang sedang terjadi dengan baik yang membuat dia kehilangan motivasi untuk dan pada akhirnya memicu terjadinya bunuh diri.

B. Langkah pencegahan

Untuk mengakhiri siklus bunuh diri ini kita harus mengetahui sebuah teori yang dikemukakan oleh seorang dokter bedah otak yang bernama dr. Ryu Hasan. Dia mengatakan human learn by imitation. Jadi untuk memutus rantai siklus bunuh diri ini yaitu dengan mencegah seseorang melakukan hal- hal bunuh diri seperti yang akan dijelaskan di bawah ini.

1. Menyampaikan rasa khawatir

Cara mencegah bunuh diri yang pertama adalah menyampaikan rasa khawatir kepada orang tersebut. Pada dasarnya, orang dengan suicidal thoughts membutuhkan bantuan, pertolongan, dan dukungan sosial dari orang lain sesegera mungkin. Dalam hal ini, cobalah untuk menanyakan perasaan mereka. Sebab, cara tersebut bisa membantu mereka untuk mengeluarkan perasaan negatif yang selama ini terpendam dalam dirinya.

2. Mendengarkan keluh kesahnya

Orang dengan suicidal thoughts biasanya sedang menghadapi dan mengalami suatu masalah yang berat. Maka dari itu, peran orang-orang terdekat sangat dibutuhkan guna membantu mereka agar bisa lebih terbuka dan mau bercerita mengenai keluh kesahnya.

Namun, saat mereka sedang menceritakan masalah yang sedang dihadapi, jangan sekali-kali langsung menasihati atau bahkan menghakiminya. Cobalah menjadi pendengar yang baik untuk membuatnya merasa nyaman. Jika mereka sudah tenang, sampaikan bahwa keadaan akan baik-baik saja dan rasa sakitnya akan berlalu.

Apabila mereka menceritakan bahwa mereka ingin bunuh diri dan meminta tolong untuk merahasiakannya, jangan menuruti kemauannya. Jika fase seperti ini terjadi, penting untuk segera meminta pertolongan dari orang lain.

3. Selalu menemaninya

Langkah pencegahan bunuh diri berikutnya adalah selalu menemani dan tetap terhubung dengan orang yang memiliki keinginan untuk bunuh diri. Anda tidak harus selalu berada di sisinya setiap saat, cukup dengan rutin menghubunginya melalui video call, telepon, atau pesan teks. Jika memungkinkan, cobalah untuk menawarkan bantuan kepada mereka guna menyelesaikan masalah yang sedang ia hadapi. Jika masalah yang dihadapi cukup rumit, disarankan untuk melibatkan kerabat, keluarga, atau bahkan profesional guna membantu mencari solusi dari permasalahan tersebut.

4. Menjauhkannya dari benda-benda yang berbahaya

Sangat penting untuk menjauhkan orang yang memiliki suicidal thoughts dari benda-benda yang berbahaya, seperti pisau, silet, obat-obatan, pistol, tali, dan lain-lain. Pasalnya, keberadaan benda-benda tersebut dikhawatirkan bisa memicu orang dengan suicidal thought untuk melakukan percobaan bunuh diri. Agar lebih aman, simpanlah benda-benda yang berbahaya di dalam kotak atau lemari khusus yang bisa dikunci menggunakan gembok. Jangan lupa juga untuk menyimpan kunci gembok tersebut di tempat yang aman.

Selain alat-alat di atas, jauhkan orang dengan suicidal thought dari minuman beralkohol dan obat-obatan. Alkohol dan obat-obatan mungkin dapat meredakan rasa sakit untuk sementara, namun benda-benda tersebut hanya dapat memperbaiki perasaan untuk sementara dan justru dapat menyebabkan gejala depresi semakin memburuk di kemudian hari.

5. Mengajaknya untuk menemui psikolog atau psikiater

Langkah pencegahan bunuh diri yang tidak kalah penting adalah mengajak orang dengan suicidal thoughts untuk melakukan konseling dengan psikolog atau psikiater. Dengan begitu, mereka bisa mendapatkan penanganan dan terapi yang tepat sesuai dengan penyebab yang mendasari keinginannya dalam melakukan percobaan bunuh diri.

Itulah ulasan mengenai berbagai upaya pencegahan bunuh diri pada orang lain yang penting untuk dilakukan. Pada dasarnya, sebagian besar kasus bunuh diri dipicu oleh gangguan kesehatan mental, seperti depresi, gangguan bipolar, skizofrenia, dan gangguan kecemasan.

Kelima hal tersebut dapat membantu seseorang untuk menemukan kembali human dignity-nya membuatnya menjadi kembali merasa dibutuhkan dan menemukan motivasi untuk kembali hidup dengan bahagia. Namun hal ini tidak dapat kita lakukan kalau kita tidak aware dengan perilaku bunuh diri. Kita harus mulai menjaga lisan kita ketika berbicara dengan seseorang, kita tidak pernah tahu hal apa saja yang telah dilewati oleh seseorang, dan paling terakhir kita harus meyakini bahwa bunuh diri tidak akan pernah menjadi solusi yang terbaik. Justru itu adalah tindakan konyol yang tidak hanya merugikan dirinya sebagai korban, namun bagi orang lain yang ditinggalkan, sebab akan memunculkan rasa penyesalannya yang tiada habisnya. (*)

Exit mobile version