Opini  

Penderitaan Anak-anak Gaza Berkepanjangan, Kelak akan Menuntut Tanggung Jawab Kita

Oleh: Hardianti Diman, S.Pd
Guru dan Aktivis Dakwah Islam

_______________________________

MELIHAT yang terjadi di Gaza sampai saat ini kondisi semakin memilukan. Banyak anak-anak yang menjadi korban. Hal ini seolah-olah dunia hanya meretapi nasib warga Gaza tanpa action dengan menggerakan para militer yang ada di negeri-negeri kaum muslim. Berbagai macam solusi yang ditawarkan menunjukkan pengkhiatan para penguasa di negeri-negeri muslim.

Zionis Yahudi sungguh biadab. Genosida yang mereka lakukan telah membuat banyak anak Palestina menjadi yatim. Data Biro Statistik Palestina menunjukkan bahwa Jalur Gaza kini menghadapi krisis yatim terbesar dalam sejarah modern. Sepanjang 534 hari pengeboman, ada 39.384 anak yang menjadi yatim. Dari jumlah tersebut, 17.000 anak menjadi yatim piatu dan menjalani kehidupan tanpa dukungan atau perawatan. Data ini dirilis menjelang Hari Anak Palestina pada 5 April 2025.

Kebiadaban Zionis

Kebiadaban zionis tiada tara, puluhan ribu anak-anak menjadi korban. Tiap hari 100 anak Gaza meninggal. Semua fakta ini terjadi di tengah narasi soal HAM dan tetek bengek aturan internasional dan perangkat hukum soal perlindungan dan pemenuhan hak anak. Nyatanya aturan-aturan tersebut tak mampu menghentikan apalagi mencegah penderitaan anak-anak Palestina.

Lebih dari 9.500 warga Palestina, termasuk wanita dan lebih dari 350 anak-anak, saat ini ditahan di penjara-penjara Israel dalam kondisi yang keras, menurut laporan hak asasi manusia Palestina dan Israel. Sementara itu, UNRWA mengatakan lebih dari 142.000 warga Palestina telah mengungsi antara 18 Maret dan 23 Maret, dan memperingatkan akan terjadinya bencana kemanusiaan lain di Gaza setelah runtuhnya gencatan senjata.

Semua ini semestinya menyadarkan umat bahwa tidak ada yang bisa mereka harapkan dari lembaga-lembaga internasional dan semua aturan yang dilahirkannya. Masa depan Gaza/Palestina ada pada tangan mereka sendiri, yakni pada kepemimpinan politik Islam atau khilafah yang semestinya sungguh-sungguh mereka perjuangkan.

Khilafahlah Solusi Tuntas Atas Palestina

Masa depan Palestina tidak di tangan Barat, tidak juga di tangan para penguasa boneka di negeri-negeri muslim. Mereka semua sudah terbukti membiarkan Palestina bersimbah darah dan tidak ada upaya serius untuk membebaskannya. Kalaupun kini beberapa negeri muslim menolak relokasi penduduk Gaza, seperti Mesir dan Yordania, itu bukan untuk kepentingan Palestina, tetapi karena mereka enggan memberi tempat di negerinya dan hidup bersama kaum muslim Palestina.

Oleh karenanya, harapan kemenangan Palestina hanya ada pada kepemimpinan politik Islam atau Khilafah. Khilafah berfungsi sebagai raa’in (pengurus) dan junnah (perisai pelindung) terhadap umat Islam, termasuk di Palestina. Ini sebagaimana sabda Rasulullah saw., “Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya.” (HR. Bukhari).

Juga sabda beliau,”Sesungguhnya al-imam (khalifah) itu perisai yang (orang-orang) akan berperang mendukungnya dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaan)-nya.” (HR Muttafaqun ’alayh dll).

Khilafah tidak akan pernah membiarkan kezaliman menimpa rakyat Palestina. Khilafah akan melawan Zion*s Yahudi dengan jihad fi sabilillah. Ini sebagaimana perintah Allah Taala, “Perangilah mereka di mana saja kalian menjumpai mereka dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kalian.” (QS Al-Baqarah [2]: 191).

Khilafah terbukti selama belasan abad berhasil menjadi benteng pelindung yang aman bagi Palestina. Khalifah Umar bin Khaththab ra. telah membebaskan Palestina dari penjajahan Romawi dan memimpinnya dengan adil. Para khalifah berikutnya senantiasa melindungi Palestina dari serangan musuh.

Khilafah juga memberikan support system terbaik bagi tumbuh kembang anak sehingga mereka bisa menjadi generasi cemerlang pembangun peradaban emas dari masa ke masa. Khilafah membangun Palestina hingga menjadi wilayah yang makmur dengan infrastruktur yang modern. Kota-kota di Palestina tertata rapi dan indah. Penduduknya sejahtera dan terpelajar.

Khilafah memenuhi hak-hak anak Palestina secara riil. Khilafah menjamin keamanan mereka, kebutuhan hidup mereka, serta menyediakan sarana kesehatan dan pendidikan. Khilafah membangun Madrasah Nizhamiyah di Baitulmaqdis, Yerusalem. Madrasah inilah yang melahirkan sosok Hujjatul Islam yang keilmuannya diakui hingga saat ini, yakni Imam Muhammad Abu Hamid al-Ghazali. Beliau bahkan mengkhatamkan penyusunan kitab Ihyaa’ ‘Uluum ad-Diin di salah satu bilik Masjidilaqsa (Al-Waie, 29-4-2024).

Ketika pasukan Salib menyerang Palestina, Khilafah berhasil membebaskannya. Melalui pasukan Shalahuddin al-Ayyubi, Palestina kembali berada dalam perlindungan Khilafah Islamiah. Setelahnya, Khilafah senantiasa melindungi Palestina, bahkan ketika Khilafah dalam posisi lemah sekalipun. Pada masa akhir Khilafah Utsmaniyah, Khalifah Abdul Hamid II bersikeras tidak mengizinkan Yahudi untuk memiliki wilayah di Palestina.

Barulah ketika Khilafah runtuh, perisai pelindung Palestina dan umat Islam secara keseluruhan sirna. Palestina kemudian dikuasai Zion*s Yahudi dan dicabik-cabik hingga hari ini. Tanpa Khilafah, umat Islam tidak punya pemimpin yang mengomando mereka untuk jihad fi sabilillah membebaskan Palestina, meski mereka sangat ingin jihad ke sana. Sedangkan penegakan Khilafah dan jihad fi sabilillah adalah solusi hakiki Palestina dan harus menjadi agenda utama perjuangan umat Islam sedunia.

Setiap muslim wajib terlibat dalam memperjuangkan kembalinya khilafah agar mereka punya hujjah bahwa mereka tidak diam berpangku tangan melihat anak-anak Gaza dan orang tua mereka dibantai oleh zionis dan sekutu-sekutunya. Persoalan anak-anak Gaza akan selesai ketika persoalan Palestina juga terselesaikan secara tuntas. Dan solusi tuntas hanya dapat terwujud dengan jihad dan khilafah. Wallahu’alam bissawab. (*)