JAILOLO, NUANSA – Kondisi jembatan Rappa Pelangi, salah satu ikon wisata di Kabupaten Halmahera Barat, kini memprihatinkan. Jembatan yang dulunya menjadi daya tarik utama wisatawan untuk menikmati panorama dan berfoto itu, kini mengkhawatirkan akibat kerusakan parah pada lantai kayunya.
Rappa Pelangi merupakan salah satu destinasi unggulan Halmahera Barat. Namun, kerusakan fasilitas ini dikhawatirkan akan berdampak pada daya tarik wisata di Desa Bobanehena tersebut. Informasinya, kerusakan jembatan tersebut sudah terjadi sejak setahun. Meski sudah dilaporkan ke Dinas Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga (Disparpora) Halbar, hingga kini belum ada penanganan serius dari pemerintah daerah.
Salah satu pekerja di kawasan wisata tersebut mengungkapkan, kondisi jembatan yang sudah lapuk membahayakan pengunjung. Bahkan, seorang pegawai Pemkab Halbar sempat mengalami kecelakaan karena menginjak papan jembatan yang rapuh.
“Celana panjangnya sobek dari paha sampai pergelangan kaki, untung saja tidak sampai patah kakinya,” ujar pekerja tersebut saat ditemui, Selasa (13/5).
Tak hanya soal keselamatan, pekerja juga mengeluhkan rendahnya upah yang diterima. Menurutnya, gaji yang dibayarkan sebesar Rp800 ribu per bulan jauh di bawah Upah Minimum Provinsi (UMP) yaitu Rp3.408.000.
“Padahal kami kerja lembur, masuk pagi keluar besok pagi. Pendapatan wisata besar, tapi gaji kami kecil. Pernah dijanjikan naik, tapi sampai sekarang tidak ada realisasi,” keluhnya.
Menanggapi hal ini, Kepala Disparpora Halbar, Fenny Kiat, mengatakan perbaikan jembatan telah dianggarkan dalam APBD tahun ini melalui aspirasi salah satu anggota DPRD Halbar.
“Tahun ini sudah ada anggaran untuk perbaikan jembatan itu, sekitar Rp50 juta. Kerusakannya tidak terlalu lama, dan sebelumnya juga pernah kami perbaiki,” jelas Fenny.
Ia juga menyebutkan bahwa kerusakan jembatan disebabkan oleh cuaca dan kondisi lingkungan sekitar yang lembab serta terpapar air asin.
“Kayu kalau terus kena hujan, panas, dan air laut memang cepat lapuk. Kalau pakai kayu kelas satu baru bisa lebih tahan lama,” tambahnya.
Saat ditanya soal pendapatan dari sektor wisata Rappa Pelangi, Fenny menyebutkan, pada tahun 2024 lalu, total penerimaan dari sektor wisata Rappa Pelangi Rp900 juta dan ditotalkan mencapai sekitar Rp1 miliar, termasuk retribusi Festival Teluk Jailolo (FTJ). Namun untuk tahun 2025, laporan pendapatan belum dipublikasikan karena biasanya diumumkan di akhir tahun.
Terkait lima unit cottage atau penginapan yang dibangun di atas air namun belum bisa digunakan karena atapnya bocor, Fenny memastikan bahwa perbaikannya juga akan dilakukan tahun ini melalui anggaran aspirasi DPRD.
“Cottage itu belum digunakan karena atapnya dari rumbia dan bocor. Tahun ini juga sudah dianggarkan perbaikannya, tapi saya belum cek berapa pagu pastinya,” tandasnya.
Dengan berbagai keluhan yang muncul, masyarakat dan pekerja berharap pemerintah segera merealisasikan perbaikan dan memperhatikan kesejahteraan tenaga kerja di sektor pariwisata. (adi/tan)