Opini  

Ketika Nakes Ancam Mogok, Siapa yang Sakit Sebenarnya?

Oleh: Asma Sulistiawati

Pemerhati Lingkungan

___________________

APA jadinya jika rumah sakit tidak punya perawat? Jika dokter tidak lagi mau masuk ruang IGD? Jika ruang bersalin kosong karena bidan memilih diam di rumah?

Itulah yang sedang menghantui kita di Halmahera Utara. Bukan karena para tenaga kesehatan (nakes) tidak punya hati, tapi karena hati mereka sudah terlalu lama disakiti.

Pada 1 Juli 2025, puluhan nakes RSUD Tobelo menyampaikan ultimatum ke DPRD. Mereka tidak dibayar sejak Maret, belum menerima SK kontrak kerja tahun 2025, dan beberapa bahkan diberhentikan sepihak tanpa alasan yang layak. (TribunTernate, 2 Juli 2025)

Lebih parah lagi, menurut DPRD, ada nakes yang sudah delapan bulan belum digaji, dan utang RSUD disebut mencapai Rp26 miliar. Anggota dewan pun mendesak agar Direktur RSUD Tobelo segera dicopot karena dianggap gagal menjalankan amanah publik. (Antara News Ambon, 3 Juli 2025)

Lalu, siapa yang sebenarnya sedang sakit? Jawabannya sistem kita. Masalah ini bukan semata soal gaji. Ini tentang rasa keadilan. Tentang bagaimana para tenaga kesehatan yang siang malam melayani masyarakat, justru hidup dalam ketidakpastian.

Mereka bekerja dengan risiko tinggi terpapar penyakit, berjaga di malam hari, menghadapi pasien kritis dan emosi keluarga. Tapi setelah semua itu, mereka pulang ke rumah tanpa kepastian apakah dapur mereka bisa tetap mengepul bulan ini.

Dan ironisnya, mereka yang paling berjasa dalam menyelamatkan nyawa justru tidak “diselamatkan” oleh sistem yang seharusnya melindungi mereka.

Kebijakan yang Tambah Luka

Bupati Halmahera Utara menyebut bahwa pemerintah akan segera membayar sebagian gaji yang tertunda, dan berencana menerapkan sistem outsourcing per tiga bulan untuk ke depan. (TribunTernate, 2 Juli 2025)

Tapi justru di sinilah letak persoalan yang lebih dalam. Bukannya menyelesaikan masalah, kebijakan ini justru menciptakan ketidakpastian yang lebih besar. Apa artinya bekerja dengan ikhlas, kalau setiap tiga bulan nasib sendiri dipertaruhkan?

Tenaga kesehatan tidak boleh dijadikan korban dari sistem yang gagal. Mereka bukan buruh pabrik yang bisa dirotasi semaunya. Mereka bekerja dengan ilmu, tanggung jawab, dan sumpah profesional. Harusnya dihormati, bukan dipermainkan.

Dalam Islam, Ini Jelas Kezaliman

Mari kita bicara sebagai orang beriman. Islam sangat tegas dalam urusan hak pekerja. Rasulullah ﷺ bersabda:

“Berikanlah upah kepada pekerja sebelum keringatnya kering.” (HR. Ibnu Majah)

Artinya, menunda gaji adalah bentuk kezaliman. Pemerintah sebagai pengelola layanan publik wajib menjaga amanah ini.

Dalam Al-Qur’an, Allah juga memerintahkan keadilan:

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya…” (QS. An-Nisa: 58)

Gaji yang ditahan, kontrak kerja yang digantung, dan pemecatan sepihak semuanya adalah bentuk pengkhianatan terhadap amanat.

Jangan Biarkan RSUD Jadi Simbol Ketidakpedulian

RSUD Tobelo adalah kebanggaan kita. Tapi hari ini, ia menjadi cermin bahwa ada yang salah dalam cara kita memperlakukan orang-orang yang paling berjasa.

Nakes tidak meminta banyak. Hanya ingin dihargai. Diberi kepastian. Dipenuhi haknya.

Kalau kita biarkan mereka mogok, lalu keluarga kita sakit siapa yang akan merawat?

Ini saatnya kita bersuara. Saatnya pemda bertindak. Saatnya kita semua sadar bahwa yang paling sakit hari ini bukan pasien di ruang UGD, tapi sistem yang mati rasa di ruang birokrasi. Wallahu’Alam. (*)

Exit mobile version