NUANSA, LABUHA – Observasi yang dilakukan oleh tiga lembaga independen, yakni Universitas Indonesia (UI), Perkumpulan Telapak (Telapak), dan Universitas Khairun (Unkhair), menyimpulkan pengelolaan limbah dan sumber daya air oleh Harita Nickel telah memenuhi standar tinggi dan memberikan manfaat signifikan bagi masyarakat lokal.
Laporan dari ketiga lembaga tersebut secara kolektif menegaskan praktik pertambangan yang bertanggung jawab dan berkelanjutan yang dijalankan oleh Harita Nickel di Pulau Obi, Halmahera Selatan, Maluku Utara.
Dalam pengelolaan air, Harita Nickel memastikan keberlanjutan akses air bersih bagi warga, meskipun Mata Air Kawasi berada di luar wilayah operasional. Perusahaan melakukan pemeriksaan kualitas air secara rutin dan berinvestasi dalam pembangunan fasilitas pengolahan dan penyaluran air bersih untuk masyarakat lokal, mengurangi beban pada debit mata air alami.
Perkumpulan Telapak juga mengamini apa yang telah diuji oleh Guru Besar UI. Tim Observasi Lingkungan Telapak, Dickson Aritonang, membeberkan hasil observasi dari pihak mereka lakukan. Dalam laporannya, Dickson menyatakan, air yang dikonsumsi warga memenuhi baku mutu serta standar Good Mining Practice (GMP). Temuan tersebut diambil berdasarkan hasil observasi pada Juni 2025.
“Harita Nickel menggunakan teknologi modern High Pressure Acid Leach (HPAL) untuk mengelola limbah tambang sekaligus mereduksi kandungan berbahaya Cr(VI) menjadi Cr(III) yang sesuai dengan baku mutu dan regulasi,” ujar Dickson dalam keterangan resmi, Rabu (12/11/2025).
Ia menambahkan, kualitas hasil olahan diuji secara rutin oleh laboratorium independen untuk kemudian dilaporkan ke kementerian terkait sebagai bukti komitmen perusahaan terhadap transparansi dan akuntabilitas yang sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021.
Ia melanjutkan, selain melindungi mata air masyarakat Kawasi, Harita Nickel juga menggunakan Danau Karo sebagai cadangan air utama industri dengan sistem pemantauan mutu yang ketat untuk memastikan kestabilan ekosistem biota dan vegetasi di sekitar danau. Seluruh penggunaan dicatat dengan meteran resmi untuk dilaporkan ke pemerintah Daerah Maluku Utara melalui pembayaran Pajak Air Permukaan (PAP) sebagai bentuk kepatuhan institusi pengguna air.
Selain itu, temuan tentang kualitas lingkungan juga diperkuat oleh laporan dari Unkhair. Janib Achmad, Guru Besar Perikanan dan Ilmu Kelautan Unkhair, mencatat bahwa kualitas air laut di sekitar Desa Kawasi dan Soligi masih memenuhi baku mutu nasional. Parameter penting seperti pH, Biological Oxygen Demand (BOD), dan kekeruhan menunjukkan kondisi yang stabil dan mendukung kehidupan biota laut.
“Kualitas air yang sesuai baku mutu serta dukungan ekonomi bagi nelayan menunjukkan pengelolaan tambang yang bertanggung jawab dan inklusif bagi masyarakat pesisir,” ujar Janib.
Kondisi laut yang sehat ini berdampak langsung pada peningkatan pendapatan nelayan. Harita Nickel diketahui telah menjadi pasar tetap bagi hasil tangkapan laut, memberikan kepastian pendapatan dan mengurangi risiko kerugian. Dampak positif ini juga dirasakan oleh sektor pertanian. Kelompok petani di Desa Buton dan Akegula kini rutin memasok lebih dari 27 ton sayur dan buah per tahun ke perusahaan, mengubah pertanian menjadi sumber penghasilan yang menjanjikan berkat jaminan pembelian dari perusahaan.
Sementara itu, Telapak juga menyoroti terkait dampak sosial perusahaan. Tim Observasi Sosial Telapak, M. Djufryhard, mencatat kemunculan tokoh penggerak lokal (local champion) yang menjadi inspirasi pemberdayaan perempuan di Pulau Obi.
“Program sosial Harita Nickel membuktikan bahwa kegiatan tambang dapat menjadi motor pembangunan manusia dan ekonomi lokal, sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs),” kata M. Djufryhard.
Komitmen perusahaan terhadap keberlanjutan diperkuat dengan keikutsertaannya dalam audit penuh Initiative for Responsible Mining Assurance (IRMA), sebuah standar global komprehensif. Selain itu, sebagai bagian dari langkah menuju transisi energi bersih, Harita Nickel kini mempercepat pemasangan panel surya berkapasitas 40 MWp di Pulau Obi, sebuah proyek yang diharapkan dapat mengurangi emisi karbon secara signifikan.
