Oleh: Faisal Tulado
Ketua KAMMI Ternate
DIDASARI keprihatinan yang mendalam terhadap krisis nasional yang melanda negeri ini…
Itulah penggalan kalimat pembuka yang dibacakan oleh Fahri Hamzah dalam detik-detik organisasi Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) dideklarasikan di Universitas Muhammadiyah Malang pada tanggal 29 Maret 1998, dan diketuai pertama kali oleh Fahri Hamzah dan Sekretaris Haryo Setyoko.
Tentunya dengan lahirnya KAMMI karena dilatarbelakangi dengan kondisi bangsa yang dipimpin oleh Presiden kedua Soeharto dengan tangan besinya, sehingga pada tahun 1997 dan puncaknya pada 1998 bangsa ini mengalami problematika pada berbagai sektor sehingga memaksa Soeharto harus turun dari kursi kekuasaannya.
Gagasan pembentukan Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia adalah ide spontan yang muncul selama diskusi-diskusi dalam sidang komisi FSLDK (Forum Silaturahmi Lembaga Dakwah Kampus) Nasional X yang berlangsung sejak Jumat sampai Ahad (25-29 Maret 1998).
Dalam suasana bangsa yang carut-marut itu, ada tiga tuntutan KAMMI pada waktu itu yang disebut dengan TRITURA (Tiga tuntutan rakyat) ala KAMMI: Di antaranya turunkan harga, hapuskan monopoli, dan reformasi di segala bidang (Gerakan Perlawanan dari Masjid Kampus).
Olehnya KAMMI sebagai organisasi yang lahir dari rahim reformasi, sehingga menjadi anak kandung dari reformasi itu sendiri. Tentunya memiliki tanggung jawab moril dan yang terdepan untuk selalu menjaga nilai-nilai dari reformasi agar selalu pada makna yang sesungguhnya.
Untuk itu, demi terjaganya eksistensi reformasi yang telah diperjuangkan di bangsa ini, diperlukannya pengontrolan yang kontinyu dari elemen organisasi khususnya KAMMI. Bentuk pengontrolan yang dilakukan salah satunya adalah memastikan hak rakyat untuk berpendapat di depan umum terus terjaga.
Hal ini sebagai bentuk Checks and balances dalam suatu demokrasi. Dalam negara demokrasi, bahwa negara tidak berkenaan untuk membatasi pikiran orang. Sehingga demokrasi itu dapat mati apabila sudah tidak ada saluran untuk berekspresi dan negara ubahnya seperti negara otoritarianisme.
Dalam bukunya Steven Levitsky dan Daniel Ziblatt tentang Bagaimana Demokrasi Mati, dijelaskan bahwa; Demokrasi bisa mati karena kudeta–atau mati pelan-pelan. Kematian itu bisa tak disadari ketika terjadi selangkah demi selangkah. Dengan terpilihnya pemimpin otoriter, disalahgunakannya kekuasaan pemerintah, dan penindasan total atas oposisi. Menurut mereka tiga poin ini yang sedang terjadi di seluruh dunia.
Membaca 25 Tahun KAMMI
Dalam refleksi Milad KAMMI ke 25 ini. Saya menemukan dua substansi perjuangan KAMMI ketika melihat dari 25 tahun ke belakang, yaitu yang pertama, keadilan sosial, kedua kepemimpinan umat. Soal keadilan sosial, bagaimana pada saat itu di tahun 1997 negara-negara Asia mengalami krisis ekonomi, sehingga hal ini dapat berlaku efek domino sampai ke Indonesia.
Hal ini bisa kita ketahui bersama bagaimana kurs mata uang Indonesia menurun drastis. Ada pula tentang kepemimpinan umat, KAMMI melihat dari segala persoalan bangsa yang terjadi titik tolaknya berada pada kepemimpinan. Kezaliman yang luar biasa yang dirasakan oleh umat di bangsa ini, sehingga KAMMI kemudian berpikir bahwa kepemimpinan yang baiklah bisa membawa bangsa ini ke arah yang lebih baik, sehingga keadilan sosia lpun akan dapat terwujud.
Untuk itu dalam 25 Tahun ini, KAMMI harus mengkaji dan mematangkan kembali gerakan-gerakan yang selama ini dibangun agar lebih mengetahui arah pergerakan tersebut. Mengutip Fahri Hamzah dalam bukunya Mahfudz Sidiq tentang KAMMI dan Pergulatan Reformasi. Pertama, menjelaskan bahwa KAMMI harus membaca kembali sejarah kita secara tuntas, pembacaan itu nanti memberikan kita semacam kearifan untuk menentukan arah kedepan.
Hal ini penting mengingat sering terjadi dalam tubuh umat Islam suatu gerakan yang a-historis. Di antara yang tampak adalah bahwa umat Islam yang mayoritas ini tidak percaya diri. Kecenderungan ini harus segera diatasi agar mobilisasi umat dalam semua bidang kehidupan, segera menjadi kenyataan.
Kedua, KAMMI harus membaca Islam dan ilmu pengetahuan secara mendalam dan berkelanjutan. Hal ini karena KAMMI adalah cadangan masa depan umat yang suka atau tidak, cepat atau lambat akan menjadi pemimpin di negeri ini, dan juga pemimpin di tingkat dunia sekaligus.
Ketiga, KAMMI harus menyiapkan diri bagi laboratorium amal yang luas. Hal ini tidak saja karena bangsa dan umat memerlukan para pemimpin di semua bidang, tetapi juga karena adanya kenyataan internal dunia pendidikan kita yang miskin dari kurikulum-kurikulum amal yang nyata untuk melahirkan para pemimpin.
KAMMI dan Masa Depan Indonesia
Dalam platform KAMMI Jayakan Indonesia 2045 bukanlah sesuatu yang hampa tanpa ada makna yang berarti. Hal ini menjadi cita-cita besar maupun target jangka panjang KAMMI dalam mempersiapkan pemimpin-pemimpin masa depan untuk terlibat dalam pengambilan kebijakan perbaikan bangsa dan negara.
Akan tetapi itu semua hanya akan menjadi wacana dan wacana, yang tidak akan terealisasi apabila hanya sekadar memangku tangan dan apatis dengan situasi sosial yang ada. Sebab perubahan tidak datang dari ruang hampa, akan tetapi berangkat dari proses kesadaran yang termanifestasi dalam setiap diri para kader.
KAMMI adalah generasi baru yang menjadi bagian terpenting dari masa depan bangsa Indonesia. Sehingga kita lihat dalam platform KAMMI terdapat tawaran perjuangan KAMMI untuk Indonesia. Adapun tawarannya antara lain:
a. Penggerak Kebangkitan
Pemuda adalah aset bangsa yang sangat berharga, sebagai pewaris estafet kepemimpinan. Inilah yang harus dibaca dan dipahami oleh setiap kader KAMMI untuk terus mengasah dan mempersiapkan diri sebagai pewaris bangsa ini.
b. Internalisasi
Dalam upaya internalisasi, ada tiga aspek perbaikan yang dilakukan untuk melahirkan generasi emas Indonesia, Pertama, penguatan basis ideologi sebagai pondasi dalam membentuk karakter pemuda Indonesia. Kedua, wawasan kebangsaan, memiliki komitmen bela negara dan jiwa patriotisme serta kapasitas sebagai seorang Negarawan yang kedepannya melanjutkan kepemimpinan nasional. Ketiga, basis pengetahuan yang mapan, melahirkan pemuda Indonesia yang profesional dan memiliki daya saing dalam kompetisi global.
c. Konsolidasi
Indonesia adalah negara archipelago yang terdiri dari gugusan pulau, suku dan bahasa yang membentang dari Sabang sampai Merauke. Hal ini KAMMI harus menjadi perekat komponen bangsa, membangun komunikasi dalam setiap elemen bangsa.
d. Partisipasi
Merupakan keterlibatan KAMMI di berbagai sektor kehidupan riil, di mana kader-kader KAMMI mengambil peran secara langsung. Misalnya dengan mengikuti Musrenbang desa, kecamatan sampai pada pengawasan terhadap penyusunan dan realisasi penggunaan anggaran pendapatan dan belanja daerah maupun partisipasi dalam menyuarakan kebenaran.
e. Konstribusi
Negara dibangun tidak sekadar wacana dan konsep. Pembangunan nasional memerlukan konstribusi nyata dan pengorbanan dari generasi mudanya. Setelah partisipasi, peran kader KAMMI ada pada konstribusi. Peran kader KAMMI di sini menunjukkan bahwa KAMMI tidak selesai aksi, orasi tanpa tindak lanjut yang jelas.
Konstribusi yang dimaksud dapat berupa sumbangsi pemikiran policybrief, opini yang membangun dll. Di level yang lebih tinggi lagi, konstribusi kader KAMMI ada pada tataran pengambilan kebijakan. Tentang pengambilan kebijakan, hal ini sudah berada pada tataran alumni. Olehnya itu, kader yang apabila telah menjadi alumni, nilai-nilai KAMMI tidak hilang begitu saja.
f. Internasionalisasi
Indonesia dalam konstitusi diamanatkan untuk menyatakan perlawanan terhadap penjajahan di atas muka bumi. KAMMI mendorong kebijakan Negara dengan prinsip politik bebas aktif dalam dunia Internasional.
Tentunya saya pun menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam pergerakan ini yang perlu menjadi perhatian kita bersama. Diskursus dalam internal terus dibangun sebagai bentuk proses dialektika organisasi, budaya membaca terus dilatih sebagai asupan pemikiran.
Dan yang penting adalah proses kaderisasi harusnya diperhatikan untuk terbentuknya kader yang tidak hanya memiliki kecerdasan pikiran, akan tetapi juga memiliki kecerdasan ruhiyat dan tanggung jawab sosial. Inilah yang diinginkan gerakan ini sebagai intelektual profetik. Sehingga kepemimpinan bangsa ini harus berada pada mereka yang meletakkan keimanan di atas segalanya. (*)
Selamat Milad KAMMI
29 Maret 1998 – 29 Maret 2023.
Salam Muslim Negarawan!