Opini  

Kepsek Cabul, Potret Guru Sekuler

Raihun Anhar.

Oleh: Raihun Anhar, S.Pd

Pemerhati Umat

OKNUM Kepala Sekolah (Kepsek) SMP Nurul Hasan Kecamatan Kayoa, mencabuli dua siswinya yang berinisial BL dan SS. Mereka berdua telah mengaku dicabuli kepsek pada keluarga dan pemerintah desa serta awak media. BL sendiri sudah tiga kali mengalami pencabulan. Alasan yang ia pakai untuk melancarkan aksinya adalah memanggil siswanya saat jam belajar dengan tujuan melihat nilai di ruang kerjanya. Selain itu ia juga menjanjikan memberi uang dan smartphone ditulis haliyora.id.

Miris dan menyedihkan melihat seorang guru yang semestinya mengajar dan mendidik siswa menjadi lebih baik malah menjadi pelaku pencabulan. Hal ini tentu akan membuat anak-anak yang mengalaminya trauma dan makin terancam anak perempuan yang bersekolah. Mengapa? Karena kemungkinan hal ini bisa terjadi di sekolah manapun.

Dengan memanfaatkan jabatannya, ia berhasil mencabuli dua siswanya. Tentu hal ini tidak bisa dibiarkan. Dari hal ini makin memperburuk citra pendidikan di Malut. Mengigat beberapa waktu lalu di Kepulauan Sula terdapat kelompok remaja yang berpesta miras di ruang kelas.

Kepsek Cabul Lahir dari Pendidikan Sekuler

Mengapa bisa hal-hal buruk terjadi di sekolah? Padahal kita tahu bersama bahwa sekolah adalah tempat menimbah ilmu, kita di didik oleh guru untuk menjadi pribadi yang berilmu dan berakhlak. Namun image sekolah perlahan rusak akibat ulah manusia bejat yang dihasilkan dalam sistem sekuler (pemisahan agama dari kehidupan). Mereka tak lagi peduli dengan agama dalam bertindak. Walhasil haram pun dilakukan demi penuhi hawa nafsu.

Sekularisme (paham yang memisahkan agama dari kehidupan) adalah biang kerok dari segala kerusakan yang ada termasuk masalah ini. Manusia punya agama namun tak ingin diatur oleh agama dalam hidupnya sehingga ia berbuat sesuka hati. Tak lagi melihat apakah baik atau buruk. Selagi ada kesenangan maka akan dilakukan. Itulah gambaran kehidupan yang sekuler. Begitupun dengan pendidikan.

Pendidikan yang mestinya penuh dengan kebaikan tetapi menjadi buruk akibat sekularisme. Pencabulan bukan baru kali ini terjadi di dunia pendidikan. Sudah berulang kali, bahkan tempat belajar agama seperti pesantren pun ada guru yang bejat yang pernah menjadi perbincangan beberapa tahun lalu.

Bukti kuat pendidikan hari ini sekuler adalah bisa dilihat dari penamaan sekolah sejak SD sampai PT. Dipisahkan menjadi sekolah umum dan agama seperti SD berbeda dengan MI. SMP beda dengan MTs, SMA beda dengan MA, berbeda dengan Pesantren, hingga PT. Semuanya dipisahkan karena sekularisme.

Peraturan-peraturan yang mengatur pendidikan hari ini juga menjauhkan dari Islam. Beberapa tahun lalu diminta pelajaran tentang khilafah di buku MI-MA dihapuskan oleh Kemenag. Padahal kita tahu bahwa khilafah adalah ajaran Islam. Dengan demikian wajar jika output atau hasil dari pendidikan sekuler adalah pelaku pencabulan.

Pendidikan Islam Melahirkan Manusia Terbaik

Jika dalam pendidikan sekuler melahirkan pelaku pencabulan, maka berbeda dengan pendidikan Islam. Islam melahirkan manusia terbaik karena asasnya adalah akidah Islam. Islam berhasil mencetak generasi yang berpegang teguh pada agamanya dan unggul dalam bidang ilmu yang digeluti. Seperti Ibnu Sina yang ahli dalam bidang kedokteran namun ia juga merupakan seorang ulama, Imam Al Ghazali, Khwarizmi, Maryam Asturlabi, dan masih banyak lagi output manusia unggul yang dididik dengan Islam.

Output dari pendidikan Islam adalah mencetak generasi yang cerdas dan berkepribadian Islam. Ia cerdas namun tak lupa akan agamanya. Ilmunya ia pergunakan untuk menolong agama Allah. Sehingga ilmunya membawa manfaat untuk orang di dunia dan juga sebagai penolongnya kelak di akhirat.

Hasil pendidikan dalam Islam dikaitkan dengan tujuan hidup manusia. Sebagaimana sudah Allah sampaikan dalam Alquran tentang tujuan hidup manusia. Allah SWT berfirman:

وَمَا خَلَقْتُ ٱلْجِنَّ وَٱلْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. (QS. Az Zariyat [51] : 56)

Dengan begitu maka tidak akan kita temukan pelajar seperti hari ini yang cerdas namun lalai dalam kewajibannya sebagai umat muslim. Mislanya hari ini mengaku muslim namun shalatnya bolong-bolong, mengaku Islam namun masih pacaran. Potret generasi dalam Islam adalah generasi terbaik yang cerdas dan bertakwa.

Selain itu pendidikan Islam juga mengajarkan kita untuk tidak melupakan peran manusia sebagai khalifah. Allah SWT berfirman :

وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً

(Ingat) ketika Tuhanmu berkata kepada malaikat, ‘Aku ingin menjadikan khalifah di bumi. (QS. Al Baqarah [2] :30)

Khalifah diartikan sebagai pengganti atau wakil Allah yang bertugas mengurus bumi atau bisa disebut sebagai pemimpin. Pemimpin dari semua makhluk Allah di bumi. Yang  mengatur kehidupan dengan aturan Allah. Hidupnya senantiasa terpaut pada Islam. Kemudian mengajak orang-orang untuk berbuat baik dan menjauhi yang buruk (dakwah). Maka lahirlah manusia yang terbaik. Allah SWT berfirman:

كُنْتُمْ خَيْرَ اُمَّةٍ اُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ ۗ وَلَوْ اٰمَنَ اَهْلُ الْكِتٰبِ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُمْ ۗ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُوْنَ وَاَكْثَرُهُمُ الْفٰسِقُوْنَ

Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik. (QS. Ali Imran [3] : 110)

Dengan pendidikan Islam akan terciptanya kehidupan manusia yang dipenuhi dengan keimanan dan ketakwaan kepada Allah. Yang dengan iman dan takwalah sehingga mendapatkan kehidupan yang diberkahi Allah Sang Pencipta manusia dan hidup. Sebagaimana Allah SWT berfirman:

وَلَوْ اَنَّ اَهْلَ الْقُرٰٓى اٰمَنُوْا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَاۤءِ وَالْاَرْضِ وَلٰكِنْ كَذَّبُوْا فَاَخَذْنٰهُمْ بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ

Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan. (QS. Al Araf [7] : 96)

Oleh sebab itu, kita membutuhkan pendidikan Islam dan hal itu tidak bisa diwujudkan oleh negara demokrasi tetapi negaranya khilafah. Mengapa demikian? Karena demokrasi adalah sistem pemerintahan kufur alias bukan diajarkan Nabi. Maka kita butuh sistem pemerintah yang Nabi ajarkan. Islam melarang mencampurkan yang haq dan bathil. Demokrasi bathil sedangkan pendidikan Islam haq. Allah SWT berfirman:

وَلَا تَلْبِسُوا الْحَقَّ بِالْبَاطِلِ وَتَكْتُمُوا الْحَقَّ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ

Jangan kalian mencampur kebenaran dengan kebatilan. Jangan juga kalian menyembunyikan kebenaran. Padahal kalian menyadarinya, (QS. Al-Baqarah [2] : 42). (*)