Oleh: Raihun Anhar, S.Pd
Pemerhati Umat
MUCHLIS S Djumadil, pejabat yang merupakan Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Kadisperindag) Kota Ternate melakukan tindakan diskriminatif (rasis) terhadap pedagang asal Tobelo, Halut. Hal itu diketahui melalui video singkat yang berisi kemarahannya kepada pedagang yang tidak menetap di Ternate. Hal ini menimbulkan kemarahan masyarakat Maluku Utara umumnya, dan Halut khususnya.
Pasca video viral tersebut, Muchlis dinonaktifkan sementara dari jabatannya. Namun bukan dikarenakan rasis, tetapi banyaknya kasus yang melibatkan Disperindag di antaranya adalah jual beli lapak di Pasar Higienis Gamalama dengan harga yang tinggi, penyalahgunaan retribusi pasar dan parkir. Untuk menjalankan tugas Disperindag, Wali Kota Ternate memilih Mursidah Dj Mahmud sebagai penggantinya.
Pejabat yang tak patut dicontohi. Sebagian besar pejabat dalam sistem demokrasi kapitalisme memang tak pantas dicontohi. Mengapa? Karena kebanyakan mereka adalah koruptor, penipu (suka mengumbar janji namun tidak pernah ditepati), dan rasis serta lain sebagainya. Sudah digaji besar, namun kerjanya tidak baik.
Kapitalisme memiliki pandangan bahwa hidup untuk mendapatkan manfaat sebanyak mungkin. Walhasil para pejabat sibuk menggapai posisi tertentu untuk mendapatkan manfaat. Manfaat itu bisa berupa banyak harta dan dipandang baik oleh orang lain.
Selain tujuannya meraih manfaat, asas kapitalisme adalah memisahkan agama dari kehidupan (sekularisme). Walhasil, banyak kita temukan manusia yang rasis namun ia beragama. Mereka seperti tidak mengetahui bahwa perbuatan itu menyalahi syariat agamanya. Dengan tujuan dan asas kapitalisme tersebutlah, pejabat rasis pun hadir.
Sesungguh perbedaan yang ada seperti suku diciptakan Allah untuk manusia agar saling mengenal. Sebagaimana Allah berfirman:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَٰكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَىٰ وَجَعَلْنَٰكُمْ شُعُوبًا وَقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوٓا۟ ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ ٱللَّهِ أَتْقَىٰكُمْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
“Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa.” (QS. Al Hujurat [49]: 13)
Islam telah mengajarkan kita sejak lama bahwa perbedaan suku itu bukan untuk saling menjelekkan (rasis). Namun bertujuan untuk saling mengenal. Tak ada guna menghina orang lain dengan perbedaan yang ada antara kita. Kadang manusia merasa yang berkulit putih itu lebih baik dari kulit hitam. Walhasil, yang hitam didiskriminasi. Padahal tidak demikian. Lihatlah seorang sahabat Nabi yang dijamin masuk surga yaitu Bilal bin Rabah dikarenakan ketakwaannya kepada Allah SWT. Jika berkulit hitam itu hina, tidak mungkin Bilal dijamin surga.
Dalam sejarah Islam, dalam negara khilafah tidak ditemukan pejabat yang rasis seperti mantan Kadis Perindang ini. Mengapa? Karena pejabatnya paham bahwa ia ditugaskan untuk mengurusi urusan umat, bukan mendiskriminasi rakyatnya. Jika kedapatan mereka rasis, tentu akan dihukum oleh Negara. Bukan hanya berlaku pada pejabat kepada rakyat, tetapi sesama manusia secara keseluruhan. Karena menghina orang dengan ciri khas mereka itu berarti menghina Allah SWT. Mengapa? Karena yang menciptakan manusia dengan segala perbedaan adalah Allah.
Maka daripada itu, jika menginginkan pejabat yang takwa dan tidak rasis, kita butuh Negara. Dengan negara saat ada pejabat yang mendeskriminasi suku lain, maka negara akan segera menghukumnya. Pemimpin yang takwa akan mengajak rakyatnya untuk takwa. Dengan demikian, akan tercapailah rahmat bagi seluruh alam. Sebagaimana Allah SWT berfirman:
وَلَوْ اَنَّ اَهْلَ الْقُرٰٓى اٰمَنُوْا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَاۤءِ وَالْاَرْضِ وَلٰكِنْ كَذَّبُوْا فَاَخَذْنٰهُمْ بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ
‘Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan” (QS. Al Araf [7]: 96). (*)