Oleh: Raihun Anhar, S.Pd
Pemerhati Umat
LAMA tidak dengar kabar penyerangan Israel pada Palestina namun bukan berarti masalahnya telah usai. Hingga kini belum usai. Biasa terdengar berita Israel yang serang lebih dulu. Namun kali ini berbeda dimana Hamas (pasukan militan Palestina) yang menyerang. Tepatnya pada Sabtu (7/10/2023). Hal ini disebabkan oleh keagresifan Israel di wilayah Masjid Al Aqsha.
Penyerangan ini tentu tidak diterima Israel. Mereka pun membalas dengan serangan udara dan laut yang menewaskan 687 orang di Gaza yang tidak dapat melarikan diri. Hal ini ditulis dalam berita cnbcindonesia.com (10/10). Hingga kini juga masih terus ada penyerangan dari Israel ke Palestina.
Jika ada yang berpendapat bahwa Hamas salah, tentu itu adalah keliru. Mengapa? Karena Israel adalah penjajah yang mesti di lawan dan diusir. Namun apalah daya mereka hanya bisa membalas perbuatan Israel dengan bertahan jihad dengan peralatan peran yang masih kalah canggih dengan musuh. Penjajah tidak pantas diberikan kebebasan untuk menginjak-injak tempat suci kaum muslim. Itulah yang dilakukan Hamas, mereka berjihad untuk menjaga Al Aqsa.
Sebagai muslim, kita harus melihat hal ini sebagai semangat baru menuju kemenangan Islam. Berharap jiwa-jiwa kesatria tentara muslim di seluruh dunia untuk melawan Israel. Namun harapan itu kecil, mengingat kaum muslim disekat dengan paham nasionalisme. Adanya ketakutan untuk terlibat langsung karena takut mati dan masih cinta dunia. Inilah penyakit yang telah diingatkan Rasulullah Saw dan telah menimpa pemimpin-pemimpin muslim serta tentara muslim. Mereka takut jika ikut campur nanti Israel dan kawan-kawannya menyerang mereka. Hal itu bisa dilihat tidak ada reaksi Pemimpin Negara-negara Islam di dunia tatkala Israel menyerang Palestina.
Masalah Palestina sejatinya bukan masalah mereka saja. Akan tetapi itu masalah seluruh kaum muslim. Ingatlah dahulu negeri Syam masuk ke dalam kekhilafahan di bawah kepemimpinan Khalifah Umar bin Khattab dengan damai. Mereka terjaga dan tidak ada yang berani mengganggu bahkan menjajah mereka seperti sekarang ini. Hal tersebut berlanjut hingga kekhilafahan Utsmani di Turki, dimana Theodor Herzl (pemimpin Zionis) yang berusaha meminta tanah Palestina untuk Yahudi, namun ditolak dengan tegas oleh Khalifah Sultan Abdul Hamid II. Dari sinilah dapat dikatakan bahwa Palestina adalah milik kaum muslim sehingga kita harus merebutnya kembali dari Israel.
Hamas dan warga Palestina telah berjuang bertahun-tahun untuk menjaga Al Aqsa agar tidak jatuh ke tangan Israel. Tidakkah kita sebagai saudara se-akidah yang merasa tergerak hati untuk membersamai mereka? Dimana hati nurani pemimpin muslim hari ini? Mereka punya kuasa, namun kok tega sekali membiarkan Palestina diserang Israel. Padahal mereka bisa saja bersatu dan meminta tentara muslim untuk bersatu melawan Israel. Pemimpin muslim banyak tapi tidak ada satupun yang mampu melindungi nyawa kaum muslim di Palestina. Mengapa demikian?
Hal ini mengingatkan pada hadis bahwa Rasulullah Saw bersabda:
“Nyaris orang-orang kafir menyerbu dan membinasakan kalian, seperti halnya orang-orang yang menyerbu makanan di atas piring.” Seseorang berkata, “Apakah karena sedikitnya kami waktu itu?” Beliau bersabda, “Bahkan kalian waktu itu banyak sekali, tetapi kamu seperti buih di atas air. Dan Allah mencabut rasa takut musuh-musuhmu terhadap kalian serta menjangkitkan di dalam hatimu penyakit wahn.” Seseorang bertanya, “Apakah wahn itu?” Beliau menjawab, “Cinta dunia dan takut mati,” (HR. Ahmad, Al-Baihaqi, Abu Dawud).
Hal itu juga disebabkan oleh pengaruh ideologi yang diterapkan sekarang yaitu sekularisme ditambah nasionalisme yang menganggap masalah Palestina itu masalah teritorial saja. Sehingga negara lain tidak perlu ikut campur. Agama dipisahkan dari negara, walhasil masalah Palestina dianggap masalah teritorial antara kedua negara itu bukan masalah islam. Jika ada pemimpin yang berani pun yang keluar hanyalah kecaman yang tidak akan berpengaruh sama sekali untuk Israel biadab.
Berbeda dengan dulu kaum muslim berada di bawah satu komando khilafah. Dimana satu pemimpin (Khalifah), namun ia bisa menjaga nyawa seluruh rakyatnya walau bukan Islam. Khalifah tidak akan membiarkan Israel menyerang Palestina berulang kali.
Untuk itu, jika semangat Hamas kemarin tidak cukup membuat pemimpin dan tentara muslim tergerak, maka sebagai kaum muslim kita harus terus menyerukan kebenaran Islam agar ada di antara pemimpin-pemimpin muslim hari ini yang menjadi Sa’ad bin Mu’adz. Ia rela memberikan kekuasaannya untuk tegaknya Islam. Ia bahkan mempertaruhkan nyawanya untuk Islam. Dengan demikian tidak ada lagi penjajahan di muka bumi dan Islam menjadi tinggi dan tidak tertandingi lagi. Allahuakbar. (*)