Oleh: Raihun Anhar, S.Pd
Pemerhati Umat
___
KONDISI Palestina memasuki 21 hari penyerangan. Pintu bantuan Arafah dibuka, namun hanya mengizinkan 20 truk bantuan yang masuk per hari. Sedangkan menurut Ustadz M. Husein, mereka butuh bantuan 200 truk per hari. Sungguh kondisi yang sangat sulit.
Mereka dikasih bantuan seperti minyak goreng dan beras, sedangkan kondisi mereka di pengungsian tidak ada kompor. Bagaimana mereka mau masak jika begitu kondisinya. Inilah yang menjadi keresahan para aktivis kemanusiaan di Gaza, mereka kesulitan menyalurkan bantuan. Hal ini membuat Ustadz M. Husein menggunakan cara pembagian voucher belanja untuk membantu warga Palestina. Obat-obatan yang dibutuhkan juga habis, kebutuhan makin menipis dan stok mulai habis. Bisa disaksikan dalam video YouTubenya hari Kamis, 26 Oktober kemarin.
Dari kondisi mereka yang seperti itu, harusnya kita sebagai muslim berpikir bagaimana solusi tepat untuk Palestina. Kita membantu doa dan logistik tidak cukup untuk mereka, karena sejatinya yang mereka butuh sekarang adalah kemerdekaan. Kita membantu logistik dan doa, namun mereka masih terus dibombardir. Lalu apa yang harus kita lakukan agar mereka bebas dari penjajahan?
Sudah begitu, Israel mendapat bantuan yang hebat dari Amerika Serikat, Inggris, dan Prancis seperti mendukung untuk memerangi Palestina dengan kekuatan negara. Berbeda dengan negara-negara muslim yang memberikan bantuan logistik dan kecaman, padahal memiliki kekuatan militer yang bisa membantu. Mengapa pemimpin muslim tidak membantu sebagaimana AS, Inggris, dan Prancis? Jawabannya tentu karena takut, entah itu takut diserang balik oleh Israel dan sekutu, atau takut hal-hal lain.
Begitulah gambaran kepemimpinan dalam negara demokrasi. Walaupun muslim, namun ia tidak paham agamanya. Mereka (para pemimpin) tidak mau mengorbankan kekuasaan untuk membebaskan saudara seimannya dan juga Al Quds dari penjajah.
Mereka tidak paham akan sabdanya Nabi Muhammad Saw berikut ini:
Dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Barangsiapa dari kalian melihat kemungkaran, ubahlah dengan tangannya. Jika tidak bisa, ubahlah dengan lisannya. Jika tidak bisa, ingkarilah dengan hatinya, dan itu merupakan selemah-lemahnya iman.” (HR. Muslim, no. 49).
Hadis di atas mengajarkan kita bahwa jika ada kemungkaran, kita harus melawan dengan tangan, lisan, dan hati. Melawan dengan tangan adalah porsinya untuk penguasa, karena mereka memiliki kekuatan militer yang bisa dipakai membebaskan Palestina. Pilihan menggunakan lisan dan hati berlaku untuk kita yang bukan penguasa. Kita menyerukan kebenaran di saat banyaknya propaganda Palestina-Israel dengan ilmu dan data/fakta. Jika tidak mampu dengan lisan,maka pilihan terakhir adalah hati dan itulah bentuk lemahnya iman kita.
Israel ingin membangun sebuah negara Yahudi yang menguasai seluruh negeri Arab sebagaimana yang ada di bendera mereka. Mereka berusaha mengusir warga Palestina dan memasukkan warga mereka yang bisa dilihat dengan hadirnya pemukiman ilegal Yahudi di Palestina. Israel juga menjanjikan kemerdekaan untuk Palestina, namun ditolak karena mereka tahu Israel adalah penjajah.
Dengan demikian, melawan Israel dibutuhkan negara super power (khilafah) dan jihad. Dengan Khilafah akan mampu mengusir Israel dan sekutunya dari negeri Syam. Tidak akan dibiarkan penjajah di sana. Masyarakat akan mendapatkan kemerdekaan yang sesungguhnya. Hidup damai dalam perbedaan seperti sejak perjanjian damai yang dibuat oleh Khalifah Umar bin Khattab. Khilafah juga akan menjaga Palestina dan tidak akan memberikan sepenggal tanah untuk Zionis seperti yang dilakukan Khalifah/Sultan Abdul Hamid II.
Mengapa harus jihad dan Khilafah? Karena sudah terlihat Israel terus menyerang Palestina walau ada kecaman dari berbagai negeri. Bahkan sekarang Israel didukung oleh negara-negara besar untuk memerangi Palestina. Maka butuh negara Islam yang melindungi jiwa kaum muslim karena negara-negara Islam hari ini tidak melawan dengan jihad walaupun banyak. Kemudian kedua adalah Islam mengharamkan berdamai dengan orang-orang yang telah membunuh saudara se-akidah. Alasan ketiga adalah Islam mewajibkan jihad dan meminta masuk Islam secara kaffah (lihat QS. Al-Baqarah ayat 208) dan Islam kaffah hanya bisa terwujud dalam Khilafah.
Ada khilafah tanpa jihad juga tidak akan bisa menyelamatkan Palestina. Maka keduanya sangat dibutuhkan dan harus sejalan. Dalam sejarah peradaban Islam tidak pernah dibiarkan suatu negeri dijajah, melainkan akan dibebaskan dengan jihad. Sejak masa Kenabian hingga disusul oleh Kekhilafahan, setiap wilayah yang terjajah akan dibebaskan. Hal ini bisa dilihat bagaimana Mekah dibebaskan dari berhala dan jahiliyyah. Kemudian ditaklukkan berbagai negeri dari kekufuran hingga penaklukkan Konstantinopel oleh Sultan Muhammad Al Fatih dan juga Palestina oleh Salahuddin Al Ayyubi. Khilafah akan membebaskan setiap wilayah dari penjajahan fisik maupun pemikiran. Oleh sebab itu, maka jihad dan khilafah adalah solusi tuntas masalah yang terjadi di Palestina dan negeri-negeri muslim lainnya. (*)