Oleh: Raihun Anhar, S.Pd
Pemerhati Umat
___
PENJAJAHAN Zionis yang terjadi di Palestina (Baitul Maqdis) sudah sejak 1940-an. Yahudi diberikan kebebasan oleh Inggris untuk kembali ke tanah yang dijanjikan (Baitul Maqdis). Begitu juga para militer untuk menjaga keberlangsungan perpindahan Yahudi di sana. Mereka mengusir penduduk Palestina dan membentuk pemukiman ilegal Yahudi. Juga membunuh untuk perluasan sehingga terjadilah peristiwa Nakba (bencana).
Kemudian pada 15 Mei 1948 sudah banyaknya Yahudi di sana, mereka pun mendeklarasikan berdirinya negara Israel. Mereka memperluas wilayah negara dengan berbagai cara keji.
Bertambahnya tahun, wilayah Israel makin luas. Hal itu dibuktikan dengan peta Palestina yang tahun ke tahun makin kecil. Bahkan tidak ada lagi di peta dunia. Dapat dikatakan bahwa Palestina bukan lagi negara karena dikuasai Israel. Ia tidak memiliki kedaulatan alias terjajah.
Hal ini dialami Palestina (Baitul Maqdis) setelah runtuhnya Khilafah Utsmani pada 3 Maret 1924. Dahulu Baitul Maqdis dikuasai oleh Khilafah, mereka hidup aman dan damai. Tidak ada genosida selama mereka di bawah kepemimpinan Islam. Namun, setelah keruntuhan itulah awal mula penjajahan di Palestina dan seluruh negeri-negeri Islam.
Awal Mula Zionis ke Palestina
Hal ini berawal dari Yahudi yang dimana-mana ditolak. Hampir 71 negara menolak Yahudi karena selalu berbuat kekacauan. Sehingga muncul gerakan perlawanan anti Yahudi. Kemudian lahirlah Bapak Zionis yang mengatakan bahwa Yahudi harus memiliki negara agar tidak mengalami penolakan. Mereka pun memilih Baitul Maqdis sebagai negaranya. Mengingat negeri tersebut pernah diperintahkan Allah untuk mereka (Bani Israil) masuk ke sana bersama Nabi Musa. Akan tetapi, pada waktu itu mereka menolak. Dari sini dapat dikatakan bahwa Zionis memilih Baitul Maqdis sebagai pusat negaranya atas dasar agama. Maka masalah ini adalah masalah agama.
Bapak Zionis, Theodor Herzl, pernah meminta sepetak tanah untuk Yahudi di sana. Namun, ditolak oleh Khalifah Abdul Hamid II. Dimana khalifah mengatakan tanah itu milik umatku, sehingga ia tidak berhak memberikan kepada siapapun termasuk Zionis. Namun, ia mengatakan silakan ambil gratis jika tidak ada Khilafah.
Berlanjut hingga PD 1 pada tahun 1914-1918 yang dimenangkan oleh Sekutu (Inggris, Prancis, dan Rusia). Hasilnya adalah runtuhnya kekaisaran Jerman, Rusia, dan Khilafah Utsmani. Sebagai konsekuensi dari kekalahan tersebut, maka wilayah Khilafah dibagi-bagi termasuk Baitul Maqdis. Waktu itu Inggris yang menguasainya.
Ditengah Perang Dunia (PD) I (1916), ternyata terjadi perjanjian Sykes-Picot yang memecahkan bangsa arab menjadi negara-negara (nation state) yang kita kenal hari ini. Padahal dulunya satu yakni Khilafah. Setelah itu, tepatnya pada tahun 1917 dilaksanakan deklarasi Balfour, Inggris mendukung dibangunnya rumah bagi orang Yahudi di Baitul Maqdis/Palestina. Walhasil Yahudi dari berbagai negara Eropa pergi Palestina.
Berlanjut pada tahun 1939-1945 terjadi Perang Dunia (PD) II dan dimenangkan oleh pihak sekutu juga, munculnya Amerika Serikat dan Uni Soviet sebagai negara super power, serta pembentukan PBB. 1991 Uni Soviet runtuh beserta Ideologi Sosialisme. Amerika-lah yang menjadi satu-satunya negara super power dunia. Ia yang memegang kendali dunia.
Pada 14 Mei 1948 terjadi deklarasi pendirian negara Israel dan diakui oleh PBB. Di sinilah awal Baitul Maqdis dikuasai Zionis Israel. Mereka berbuat sesuka hati. Mereka membunuh warga sipil yang tak berdosa. Dengan tujuan untuk menguasai Palestina secara keseluruhan. Namun, Gaza terus melawan penjajah itu hingga kini masih berlangsung perang antar Gaza dan Zionis.
Butuh Persatuan untuk Membebaskan Baitul Maqdis
Untuk membebaskan Baitul Maqdis, dibutuhkan persatuan terutama bersatu dalam pemikiran. Karena dengan bersatunya pemikiran, kaum muslim akan bangkit untuk melawan penjajahan. Kaum muslim tidak akan berjihad tanpa adanya pemahaman (persatuan pemikiran) akan Baitul Maqdis. Apabila pikiran belum Islam maka selama itu pula manusia takut untuk berjihad. Ingatlah Nabi Saw. pernah bersabda:
« مَنْ أَحَبَّ لِقَاءَ اللَّهِ أَحَبَّ اللَّهُ لِقَاءَهُ وَمَنْ كَرِهَ لِقَاءَ اللَّهِ كَرِهَ اللَّهُ لِقَاءَهُ ». فَقُلْتُ يَا نَبِىَّ اللَّهِ أَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ فَكُلُّنَا نَكْرَهُ الْمَوْتَ فَقَالَ « لَيْسَ كَذَلِكِ وَلَكِنَّ الْمُؤْمِنَ إِذَا بُشِّرَ بِرَحْمَةِ اللَّهِ وَرِضْوَانِهِ وَجَنَّتِهِ أَحَبَّ لِقَاءَ اللَّهِ فَأَحَبَّ اللَّهُ لِقَاءَهُ وَإِنَّ الْكَافِرَ إِذَا بُشِّرَ بِعَذَابِ اللَّهِ وَسَخَطِهِ كَرِهَ لِقَاءَ اللَّهِ وَكَرِهَ اللَّهُ لِقَاءَهُ »
“Barangsiapa suka berjumpa dengan Allah, Allah juga mencintai perjumpaan dengannya. Sebaliknya barangsiapa membenci perjumpaan dengan Allah, Allah juga membenci perjumpaan dengannya.” Kontan ‘Aisyah berkata, “Apakah yang dimaksud benci akan kematian, wahai Nabi Allah? Tentu kami semua takut akan kematian.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas bersabda, “Bukan begitu maksudnya. Namun maksud yang benar, seorang mukmin jika diberi kabar gembira dengan rahmat, keridhaan serta surga-Nya, ia suka bertemu Allah, maka Allah pun suka berjumpa dengan-Nya. Sedangkan orang kafir, jika diberi kabar dengan siksa dan murka Allah, ia pun khawatir berjumpa dengan Allah, lantas Allah pun tidak suka berjumpa dengan-Nya.” (HR. Muslim no. 2685).
Dari hadis di atas menunjukkan kepada kita bahwa umat Islam di seluruh dunia sedang terjajah pikirannya kecuali Gaza. Sehingga mereka terpecah belah oleh nation state dan paham-paham barat lainnya. Susah untuk bertindak di saat saudara terzalimi. Inilah bukti nyata pikiran kaum muslim masih terjajah. Jika kaum muslim berpikiran Islam maka yang dilakukan adalah melawan kezaliman Zionis dengan jihad.
Persatuan kaum muslim akan membentuk kekuatan besar di tengah umat, yakni negara. Negara tersebut dikenal dengan Khilafah. Dengannya, maka persatuan itu akan membawa pengaruh besar di dunia seperti dulu di masa kejayaannya. Baitul Maqdis pun akan kembali ke tangan kaum muslim dan menciptakan kehidupan yang aman dan tentram di sana.
Oleh sebab itu, satu-satunya cara melawan Zionis adalah persatuan kaum muslim. Kemudian persatuan itu dikuatkan oleh negara (Khilafah). Selanjutnya berjihad agar penjajah terusir dari sana.
Maka dari itu, sangat penting (urgen) untuk wujudkan persatuan umat dengan terus berdakwah. Mengedukasi umat sebagaimana Nabi Muhammad Saw mengedukasi para sahabat setelah turunnya Surah At-Tin. Dengan dakwah akan membuat kaum muslim paham bahwa Baitul Maqdis itu milik Islam, dijaga kehormatannya dan dikembalikan ke pangkuan Islam. Setelah paham barulah tergerak girah untuk berjihad sebagaimana Gaza yang terus melawan penjajah. (*)