Oleh: Azhar Yusuf
Mahasiswa Prodi KPI IAIN Ternate
_____
SETIAP orang ingin melakukan perubahan, dan semua orang pasti mengambil sebuah pilihan dalam hidupnya. Dan memilih untuk menjadi relawan bisa termasuk opsi untuk memperkaya pengalaman sekaligus memberikan perubahan.
Relawan memang tidak dibayar, relawan memang harus berkorban. Nyatanya itu sebuah fakta yang harus diterima ketika ingin menjadi seorang volunter atau relawan. Penulis merasa bahwa setiap pilihan mempunyai risiko masing-masing. Dan penulis dan teman-teman memilih untuk memberikan perubahan dengan menjadi relawan.
Gerakan Mengajar Desa atau biasa dikenal dengan GMD adalah sebuah komunitas yang berfokus pada ranah pendidikan dan utamanya pada anak-anak SD yang jauh belum mendapat fasilitas yang seharusnya bisa didapatkan. Tentunya, penulis dan teman-teman GMD yang lain mencoba menjembatani keresahan tersebut dengan melakukan aksi nyata dengan melakukan pengabdian selama satu minggu di salah satu desa yang dirasa belum mendapat fasilitas pendidikan yang cukup memadai.
Gerakan Mengajar Desa (GMD) Maluku Utara adalah komunitas yang tentunya berdiri untuk lebih memajukan negara Indonesia tercinta sesuai dengan jargonnya “Pintar Desanya, Maju Negaranya”. Pada tahun ini GMD Maluku Utara kembali melakukan pengabdian di salah satu desa bernama Tataleka yang ada di Kecamatan Jailolo Selatan, Kabupaten Halmahera Barat.
Ada beberapa hal yang penulis ingin bagikan, di antaranya :
- Komunitas/Organisasi, jadikanlah tempat itu sebagai rumah. Tempat untuk pulang bukan saling berkompetisi untuk menjatuhkan.
Bagaimana tidak, penulis merasa bahwa sudah terlalu banyak organisasi atau komunitas yang di dalamnya sudah tidak kondusif dalam artian bahwa setiap anggota takut untuk menyuarakan sesuatu, melakukan apa yang seharusnya atau bahkan takut untuk kembali berkumpul dengan komunitas/organisasi tersebut.
GMD Maluku Utara, bukan tempat untuk berkompetisi bukan juga wadah untuk saling memusuhi. Namun, tempat ternyaman untuk pulang. Sebab, penulis merasa bahwa setiap orang yang ada di GMD Maluku Utara tidak takut menjadi dirinya sendiri, saling memberikan apresiasi dan memotivasi satu sama lain.
Seharusnya, komunitas/organisasi yang lain juga bisa meniru atau bahkan melebihi ikatan tersebut agar yang ada bukan saling memusuhi tetapi saling mengapresiasi.
- Tempat Pengabdian; Desa Tataleka
Desa Tataleka adalah sebuah desa yang berada di Kecamatan Jailolo Selatan, Kabupaten Halmahera Barat. Banyak hal yang ingin diceritakan karena terlalu banyak keunikan yang ada di desa ini.
Mulai dari nama Tataleka yang ternyata berasal dari kata Tatale yang berarti Singgah tapi tak menetap. Masyarakat Tataleka bukan asli lahir dan menetap di Tataleka, akan tetapi mereka berasal dari berbagai suku yang ada di Maluku Utara, semisal Makian, Ternate, Tidore, Sanana dan lain-lain. Juga ada antusias dari anak-anak dan masyarakat ketika kami melakukan pengabdian di sana. Dan tentunya, alam Tataleka yang sangat syahdu membuat penulis dan teman-teman GMD yang lain sangat merasa aman dan nyaman dalam beraktivitas.
- Pengabdian Selama Seminggu
GMD Maluku Utara melakukan pengabdian selama seminggu di Desa Tataleka dimulai dari tanggal 1-9 Maret 2024. Kami diterima secara langsung oleh masyarakat dan tentunya setelah itu kami diserahkan kepada papa dan mama piara untuk tinggal bersama mereka. Konsepnya mirip dengan KKN tapi ini Semi-KKN.
Selama pengabdian, kami melakukan berbagai kegiatan semisal mengajar di SD Negeri 41 Tataleka, mengajar mengaji di TPQ, membuat sosialisasi dan simulasi mitigasi bencana dengan berkolaborasi dengan BPBD setempat, juga membuat event lomba agar anak-anak yang di Desa Tataleka bisa menyalurkan bakat dan minat mereka. Tentunya, suasana rumah juga menjadi tempat untuk kembali dirindukan. Sebab, mama dan papa piara sudah menjadi orangtua kedua dan tidak membeda-bedakan kita dengan yang lain.
Pendidikan memang salah satu tolak ukur untuk mengetahui seberapa majunya sebuah bangsa, dan tentunya kita sebagai pemuda/pemudi yang masih penuh dengan semangat dan kekuatan untuk memotivasi juga harus turut mengambil peran dalam memajukakan dunia pendidikan. Jangan melihat tidak dibayarnya kita sebagai relawan dan berbagai pengorbanan yang kita berikan. Namun, lihatlah usaha yang kita lakukan dan dibalas dengan senyuman dan tentunya pengalaman yang tidak akan tergantikan. (*)