Opini  

Kisah Dua Orang Nelayan dan Kehidupan di Desa Masure

Oleh: Sukanti Saleh
Prodi Ekonomi Pembangunan

_____

DESA kecil ini terletak di Patani Timur, Kabupaten Halmahera Tengah. Desa ini menyimpan begitu banyak memori dalam benak orang-orang yang pernah berdiam di desa tersebut. Dalam kurun waktu yang relatif lama, seperti saya begitu juga bagi mereka yang baru mengunjunginya meski hanya sebentar, desa itu di namai Desa Masure.

Andri dan Ali sang nelayan di Desa Masure

Mayoritas penduduk Desa Masure memiliki mata pencaharian sebagai nelayan dan petani. Hal ini dikarenakan desanya berada tepat di tepian pantai memasuki Desa Masure, bila kita datang dari arah utara terlihat sangat jelas kekontrasannya, di sebelah kiri jalan tampak jelas daerah perbukitan dan perkebunan, tempatnya bagi para petani. Sementara itu sebelah kanan jalan, terlihat laut membiru yang begitu dekat. Indahnya tempat para nelayan bekerja demi sesuap nasi, demi kehidupan keluarga serta pendidikan anak-anak.

Ada dua orang lelaki paruh baya, sebut saja namanya Andri dan Ali. Mereka sekarang bekerja sebagai seorang nelayan. Sebelumnya, mereka adalah seorang petani yang keseharian mereka selalu memanjat pohon kelapa untuk dibuat kopra, tetapi pengolahan lahan tanaman kelapa masih sangat sederhana dan juga terkadang harga kopra pun menurun, itu semua tidak menjamin untuk kebutuhan hidup sehari hari.

Setelah cukup gagal dengan bercocok tanam pohon kelapa, mereka alih profesi menjadi kuli bangunan, mereka mencari nafkah dengan bekerja sebagai kuli bangunan dan menerima upah harian. Namun sayangnya, usia mereka tidaklah muda terus, kini mereka bertambah tua dan stamina mereka juga semakin berkurang, tenaga tidak sekuat dahulu lagi.

Untuk menyiasati kehilangan pekerjaan, mereka pun secara kreatif berpindah lokasi. Kini seluruh upah penghidupan untuk memenuhi kebutuhan keluarga, mereka gantungkan pada profesi barunya, yakni menjadi nelayan. Bermodalkan sebuah perahu sampan dan sebuah perahu motor pinjaman, mereka kini sudah beralih dari petani, kuli bangunan, kemudian menjadi nelayan.

Dengan berjalannya waktu, para nelayan mendapatkan bantuan dari pemerintah daerah, dengan memfasilitasi sebuah perahu motor atau di sebut dengan (fiber), sehingga para nelayan dalam beraktivitas untuk pergi memancing, mereka tidak lagi mengalami kerusakan perahu, ketika musim ombak perahu mereka tidak mudah terbalik, dan tidak terbawa arus. Dari bantuan tersebut mereka mendapatkan fasilitas yang memadai sehingga dalam beraktivitas mereka selalu semangat.

Setiap subuh, mereka sudah keluar rumah, mereka baru kembali setelah matahari sudah mulai memasuki peraduannya. Kadang kala mereka keluar rumah melaut pada sore menjelang malam dan baru kembali menjelang subuh. Tak menentu tergantung musim dan keadaan, juga tergantung kesehatan tubuh mereka yang tentu saja semakin menua.

Sudah setahun mereka melakoni profesi  nelayan, sebuah pekerjaan yang mereka yakini sangat mulia. Hasil ikan yang mereka dapatkan setiap hari memberi hidup bagi keluarga mereka dan memenuhi kebutuhan masyarakat desa tersebut, yang dengan sendirinya tentu saja memberi hidup bagi warga setempat lainnya.

Hasil tangkapan mereka tidak dijual ke pasar, tetapi biasanya warga yang langsung menunggu mereka pulang dan langsung membeli ikan-ikan yang didapat. Terkadang mereka menjual dengan menggunakan kendaraan roda dua, mereka juga menelusuri berbagai desa seberang untuk menjual ikan hasil tangkapan mereka. Mereka menekuni pekerjaan itu dengan motivasi yang tinggi dan ucapan syukur. (*)