Oleh: Syafrijal Sibua
_____
HARI raya kurban atau Iduladha sudah tiba, kini saatnya orang-orang berbondong-bondong pulang kampung untuk melepas rindu dengan keluarga, sanak saudara, tetangga beserta yang tercinta. Demikian pun saya, seorang mahasiswa yang berkuliah di IAIN Ternate mendapat kesempatan mudik, pulang ke tanah kelahiran, di Sangowo Barat, Morotai.
Sepanjang perjalanan dari Daruba ke Sangowo, saya disuguhkan pemandangan yang asri. Mulai dari pepohonan rimbun, pemandangan pantai dan hiruk pikuk aktivitas manusia yang menyambut datangnya hari raya Iduladha.
Ketika sedang asyik menikmati pemandangan dengan menggunakan mobil, saya dikejutkan dengan hentakan keras sehingga saya langsung bertanya kepada sang sopir perihal apa yang terjadi. Kata sang sopir, hentakan tadi disebabkan roda kendaraan yang masuk ke jalan berlubang atau sudah rusak.
Muncul pertanyaan dibenak saya, bukannya jalan berlubang ini sudah rusak sejak beberapa tahun belakangan? Kenapa sampai sekarang belum juga ditangani oleh pemerintah?
Perjalanan terus berlanjut hingga ke jalan Muhajirin Baru. Berdasarkan informasi dari sejumlah media massa, proyek pembangunan jalan tersebut berasal dari dana pinjaman Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) dengan nomor kontrak 600.03/BM/PEN/SP/DPUPR-PM/XI/2020 senilai Rp2.970.994.000,00 di bangun sepanjang 1 KM dan sudah 100 persen terselesaikan.
Kondisi jalan yang baru dibangun empat tahun yang lalu tentunya masih dilalui dengan mulus, sebab masih baru sehingga belum rusak atau berlubang. Namun kondisi ini berbeda ketika sudah melewati jalan Muhajirin Baru, tepatnya di Desa Totodoku, Sabatai Tua, Sabatai Baru, Daeo hingga ke Desa Sambiki kita harus menahan keseimbangan agar tidak kembali terbentur ke mobil akibat jalanan yang sudah sedemikian rusak parah karena berlubang.
Pembangunan jalan di jalan Muhajirin Baru diklaim sebagai bukti keseriusan pemerintah daerah dalam hal ini Bupati untuk ikut serta melakukan pemerataan akses jalan di Morotai. Akan tetapi pemerintah harus melihat lebih jauh lagi apakah pembangunan ini sudah tepat sasaran atau belum.
Dengan begitu, banyaknya jalan berlubang di sejumlah titik sepanjang jalan khususnya dari Daruba ke Sangowo tidak mendapat perhatian serius dari pemerintah. Padahal yang harusnya dikerjakan terlebih dahulu atau diprioritaskan adalah jalan yang sudah rusak (berlubang) ketimbang jalan yang dibangun dari nol, karena sangat rentan terhadap kecelakaan dan kenyamanan pengguna jalan.
Pulau Morotai yang terkenal banyak tempat wisata tentu menjadi aib apabila kondisi infrastruktur salah satunya jalan dalam kondisi yang buruk. Padahal ini juga menjadi salah satu cara untuk mempromosikan dan membuat kesan yang baik bagi para wisatawan yang datang dari jauh-jauh di luar Morotai maupun wisatawan lokal yang hendak bepergian ke tempat wisata.
Tahun 2024 rencananya proyek pembangunan jalan akan dianggarkan sebesar Rp77 miliar yang bersumber dari Dana Alokasi Umum (DAU) senilai Rp45 miliar dan dari Dana Alokasi Khusus (DAK) senilai Rp32 miliar.
Semoga kepemimpinan Morotai yang baru, Pj Bupati yang baru dilantik dan resmi menjabat bisa melihat problem ini, sehingga mengalokasikan anggaran yang sebegitu besar dengan tepat sasaran. Semoga kita bisa mengambil falsafah Iduladha setidaknya dapat mengurbankan kepentingan ambisius dan mencari nama demi mengutamakan kemaslahatan umat. Aamiin. (*)